Industri penerbangan Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dengan peningkatan jumlah penumpang dan armada pesawat secara signifikan. Namun, pertumbuhan ini juga diiringi dengan meningkatnya risiko kecelakaan dan insiden serius. Berdasarkan data dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), 67,12% dari 82 kecelakaan penerbangan dan 130 insiden serius antara 2010-2016 disebabkan oleh kesalahan manusia. Untuk mengurangi risiko ini, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) menetapkan Safety Management System (SMS) sebagai standar wajib bagi industri penerbangan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi SMS di Bandara Adisumarmo, dengan menggunakan metode analisis kesenjangan (gap analysis), fault tree analysis (FTA), dan barrier analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa kesenjangan dalam implementasi standar SMS di bandara tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan observasional dengan metode:
- Analisis Kesenjangan (Gap Analysis): Perbandingan antara standar SMS (Doc 9859) dengan kondisi aktual di Bandara Adisumarmo.
- Fault Tree Analysis (FTA): Identifikasi penyebab utama kegagalan dalam implementasi SMS.
- Barrier Analysis: Mengidentifikasi hambatan dalam pelaksanaan SMS dan memberikan rekomendasi perbaikan.
Empat komponen utama SMS yang dianalisis adalah:
- Kebijakan dan Tujuan Keselamatan
- Manajemen Risiko Keselamatan
- Jaminan Keselamatan
- Promosi Keselamatan
Hasil analisis kesenjangan menunjukkan bahwa dari 71 pertanyaan dalam checklist SMS, 92,68% standar telah dipenuhi. Namun, beberapa elemen masih memiliki kekurangan, yaitu:
- Kebijakan dan Tujuan Keselamatan: Tidak semua kebijakan keselamatan dikomunikasikan dengan baik.
- Manajemen Risiko Keselamatan: Format pelaporan bahaya hanya mencakup aspek keselamatan udara, sementara pelaporan keselamatan darat belum diterapkan sepenuhnya.
- Jaminan Keselamatan: Evaluasi SMS belum dilakukan secara internal, melainkan hanya oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
- Promosi Keselamatan: Sosialisasi informasi keselamatan belum menjangkau seluruh pihak terkait.
FTA digunakan untuk memahami bagaimana kegagalan dalam implementasi SMS dapat terjadi. Beberapa penyebab utama yang diidentifikasi antara lain:
- Kurangnya komunikasi kebijakan keselamatan di seluruh lini organisasi.
- Prosedur evaluasi keselamatan yang memakan waktu lama sehingga menghambat perbaikan cepat.
- Kekurangan personel yang memiliki keahlian dalam keselamatan penerbangan.
- Tidak adanya insentif bagi pelaporan bahaya yang menyebabkan rendahnya partisipasi dalam pelaporan insiden.
Untuk mengatasi kesenjangan ini, dilakukan barrier analysis guna mengidentifikasi solusi yang dapat diterapkan. Beberapa rekomendasi perbaikan adalah:
- Meningkatkan pelatihan dan sosialisasi kebijakan keselamatan kepada seluruh pegawai, termasuk staf administrasi dan operasional.
- Menetapkan prosedur review kebijakan keselamatan yang lebih cepat dengan melibatkan pakar eksternal.
- Menambah personel dengan keahlian keselamatan penerbangan untuk mempercepat implementasi SMS.
- Menyediakan insentif bagi pelaporan insiden untuk meningkatkan partisipasi dalam pelaporan bahaya.
Meskipun implementasi SMS di Bandara Adisumarmo telah memenuhi sebagian besar standar ICAO, masih terdapat beberapa kesenjangan yang perlu diperbaiki. Dengan menerapkan rekomendasi yang diberikan, diharapkan keselamatan penerbangan dapat lebih terjamin dan risiko kecelakaan dapat diminimalkan.
Sumber: Pramono, S. N. W., Ulkhaq, M. M., Ardi, F., & Raharjo, R. (2018). ‘A Gap Analysis on Implementation of Safety Management System in Airport: A Case Study’. 4th International Conference on Science and Technology (ICST), Yogyakarta, Indonesia.