Akuntansi Biaya sebagai Alat Strategis Industri Manufaktur: Analisis Mendalam Berbasis Dua Kasus Nyata

Dipublikasikan oleh Guard Ganesia Wahyuwidayat

05 Desember 2025, 22.55

Selama beberapa dekade, akuntansi biaya sering dipandang sebagai disiplin administratif yang berurusan dengan angka, laporan biaya, dan penyusunan harga pokok produksi. Namun, lanskap industri manufaktur modern memaksanya bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih strategis: sebuah sistem informasi yang mengarahkan keputusan besar—dari perencanaan kapasitas, manajemen risiko bahan baku, strategi persediaan, hingga perancangan portofolio produk.

Tulisan ini mengaplikasikan konsep-konsep fundamental akuntansi biaya—direct materials, direct labor, overhead, WIP, finished goods, sistem costing, dan ABC—untuk menganalisis secara mendalam dua fenomena nyata yang mengguncang industri manufaktur dalam beberapa tahun terakhir. Keduanya bukan hanya insiden ekonomi, tetapi menjadi laboratorium nyata tentang bagaimana akuntansi biaya bekerja di bawah tekanan.

Dua kasus tersebut adalah:

  1. Krisis semikonduktor global (2020–2022) yang mengubah struktur biaya banyak perusahaan.

  2. Pergeseran struktur produksi akibat otomasi, di mana overhead menjadi penggerak biaya utama.

Melalui ulasan ini, pembaca diharapkan mendapatkan perspektif lebih luas tentang bagaimana konsep-konsep akuntansi biaya diterapkan untuk membaca, mendiagnosis, dan merespons perubahan operasional yang kompleks.

Krisis Semikonduktor: Ketika Kekurangan Bahan Baku Mengubah Struktur Biaya dan Arus Kas

Industrialisasi global sedang memasuki fase baru ketika pandemi COVID-19 melanda. Salah satu dampaknya yang paling besar adalah kelangkaan semikonduktor. Perusahaan otomotif, elektronik, hingga telekomunikasi menghadapi kekurangan komponen yang sebelumnya dianggap “selalu tersedia”.

Pada permukaan, krisis ini tampak seperti masalah rantai pasok. Namun jika ditelusuri dengan lensa akuntansi biaya, dampaknya jauh lebih dalam dan merusak.

Dampak Pertama: Lonjakan Direct Materials

Bahan baku utama (raw materials) adalah komponen terbesar dalam banyak jenis manufaktur. Ketika chip langka, pemasok menaikkan harga secara drastis. Perusahaan yang sebelumnya mengalokasikan DM sekitar 60% dari total biaya mendapati proporsi itu naik ke 70% atau lebih.

Sebagai ilustrasi, jika total biaya sebelum krisis adalah 100 per unit dengan DM 60, kenaikan 20% pada harga chip meningkatkan biaya menjadi sekitar 112—bahkan sebelum memperhitungkan efek domino lainnya.

Kenaikan ini berdampak langsung pada Cost of Goods Manufactured (COGM). Produk yang selesai diproduksi menjadi lebih mahal, sementara perusahaan belum tentu mampu menaikkan harga jual dengan cepat.

Dampak Kedua: WIP Menjadi Lubang Biaya

Dampak yang lebih sering dilewatkan adalah peningkatan Work in Process (WIP). Banyak pabrik memproduksi komponen-komponen awal dari suatu produk, tetapi tidak dapat menyelesaikan unit karena kekurangan satu bagian kritis: chip.

Saat WIP menumpuk:

  • overhead (listrik, penyusutan mesin, supervisi) tetap berjalan,

  • tetapi biaya tersebut tidak menjadi pendapatan karena unit belum selesai,

  • biaya per unit finished goods otomatis naik karena overhead terbagi ke unit lebih sedikit.

Dalam istilah akuntansi biaya, ini adalah fenomena over-absorption dan under-absorption overhead. Ketika produksi melambat, unit yang tersisa menanggung beban overhead lebih besar dari yang seharusnya.

Dampak Ketiga: Finished Goods Berkurang, Cash Flow Menyempit

Krisis chip membuat banyak perusahaan tidak memiliki barang jadi untuk dijual. Mereka mungkin sudah menanggung biaya direct materials, direct labor, dan sebagian overhead, tetapi tidak mendapatkan kas masuk.

Dengan kata lain: modal kerja terperangkap dalam WIP.

Perusahaan elektronik besar di Asia melaporkan bahwa 30–40% modal kerjanya mengendap dalam WIP pada kuartal tertentu. Ketika inventory finished goods menurun, perusahaan tidak bisa mengonversi biaya menjadi arus kas. Dari sisi akuntansi biaya, ini memengaruhi:

  • rasio perputaran persediaan,

  • perhitungan COGS,

  • perencanaan overhead periode berikutnya.

Diagnosa Menggunakan Kerangka Akuntansi Biaya

Konsep fundamental dalam kursus akuntansi biaya menjadi alat diagnostik penting:

  • Direct Materials naik → perlu analisis harga beli vs kualitas substitusi.

  • Overhead per unit naik → karena absorpsi overhead terbagi pada lebih sedikit unit selesai.

  • WIP berkembang → indikator kapasitas yang tidak sinkron dengan supply chain.

  • COGM meningkat → margin terancam jika tidak ada penyesuaian harga.

  • Cash flow terganggu → tanda inventory mengikat modal secara berlebihan.

Solusi Berbasis Akuntansi Biaya

  1. Activity-Based Costing (ABC) sementara
    Mengalokasikan overhead berdasarkan aktivitas (setup, inspeksi, downtime) jauh lebih akurat dibanding metode tradisional selama gangguan produksi.

  2. Perhitungan ulang safety stock untuk komponen kritis
    Dengan standar deviasi permintaan dan lead time yang berubah drastis, perhitungan safety stock perlu model baru.

  3. Simulasi dampak COGM terhadap harga jual
    Tanpa simulasi, perusahaan berisiko menetapkan harga yang tidak menutup biaya marginal.

  4. Analisis make-or-buy untuk komponen tertentu
    Jika chip tidak tersedia, apakah modul tertentu bisa di-outsourcing?

Krisis semikonduktor menunjukkan bahwa akuntansi biaya bukan sekadar catatan, tetapi alat untuk merespons krisis operasional.

Transformasi Otomasi: Ketika Tenaga Kerja Turun dan Overhead Naik

Industri otomotif dan elektronik sedang mengalami apa yang disebut “otomasi generasi ketiga”. Robot tidak lagi sekadar membantu proses produksi, tetapi menjadi tulang punggung lini produksi.

Namun perubahan ini mendorong perubahan besar dalam struktur biaya.

Pergeseran Fundamental: Dari Direct Labor ke Overhead

Jika dulu direct labor menjadi 40–50% biaya produksi, kini banyak pabrik modern hanya mengalokasikan 5–15% biaya pada tenaga kerja langsung. Di sisi lain, overhead meledak:

  • penyusutan robot,

  • biaya maintenance,

  • software engineering,

  • kalibrasi mesin otomatis,

  • upgrade firmware,

  • IoT sensors.

Dalam kerangka akuntansi biaya, ini memaksa perusahaan mempertanyakan: apakah base alokasi overhead lama masih relevan?

Masalah Distorsi Biaya pada Metode Tradisional

Overhead biasanya dialokasikan berdasarkan jam tenaga kerja. Ketika jam tenaga kerja menurun drastis, basis ini kehilangan korelasi dengan konsumsi overhead. Akibatnya:

  • produk kompleks menjadi under-costed (biaya tampak terlalu murah),

  • produk standar menjadi over-costed (harga pokok tampak terlalu mahal),

  • keputusan pricing, margin, bahkan kelayakan bisnis menjadi bias.

Ilustrasi Masalah

Misal dua produk: A (kompleks) dan B (standar).
Jika overhead total Rp12 miliar per tahun dialokasikan berdasarkan jam kerja:

  • sebelum otomasi: jam kerja A = 60%, B = 40%

  • setelah otomasi: A justru menggunakan lebih banyak engineering hours, bukan labor hours

Namun metode tradisional akan terus membagi overhead seolah struktur jam kerja tidak berubah. Hasil? Produk A tampak lebih murah dari sebenarnya, produk B tampak lebih mahal.

Solusi: Activity-Based Costing sebagai Penyelamat

ABC menawarkan cara membagi overhead berdasarkan aktivitas:

  • jumlah setup,

  • jumlah inspeksi,

  • siklus mesin,

  • jam pemrograman robot,

  • area penggunaan energi.

Ketika ABC diterapkan, produsen akan melihat bahwa produk kompleks menyedot 50–70% overhead, bukan 30%. Ini menjelaskan mengapa margin sebenarnya tidak pernah sesuai estimasi.

Dampak Strategis

Setelah perusahaan menerapkan ABC:

  • harga produk kompleks bisa dinaikkan untuk mencerminkan biaya aktual,

  • produk standar dapat dipasarkan lebih agresif,

  • lini produk rugi dapat dihentikan,

  • investasi mesin baru dapat diperhitungkan lebih akurat.

ABC bukan sekadar sistem costing, tetapi alat taktis dalam era otomasi.

Penutup

Dua kasus besar—krisis semikonduktor dan transformasi otomasi—membuktikan bahwa akuntansi biaya bukanlah disiplin statis. Ia harus membaca situasi, menyeimbangkan risiko bahan baku, mengendalikan overhead, dan menghasilkan informasi yang akurat di tengah ketidakpastian.

Dalam industri modern:

  • Direct materials menjadi sumber risiko harga.

  • WIP menjadi cerminan kesehatan operasi.

  • Overhead menjadi pusat gravitasi baru biaya.

  • ABC menjadi alat diagnostik penting.

  • COGM dan COGS menjadi indikator denyut profitabilitas.

Perusahaan yang mampu menerjemahkan konsep akuntansi biaya ke dalam tindakan nyata—berbasis analitik, aktivitas, dan pemodelan biaya—adalah perusahaan yang tidak hanya bertahan dalam krisis, tetapi juga memimpin ketika industri kembali stabil.

 

Daftar Pustaka

Bloomberg. (2021). Global Chip Shortage Impact on Automotive and Electronics Industries.

McKinsey & Company. (2022). The Chip Shortage: Structural Changes and Risks in Global Supply Chains.

Toyota Production System Support Center. (2020). Automation, Overhead Structure, and Modern Manufacturing.
Cooper, R., & Kaplan, R. S. (1988). Measure Costs Right: Make the Right Decisions. Harvard Business Review.

Statista Research Department. (2023). Global Semiconductor Demand and Supply Trends.

PwC. (2020). Industry 4.0 and Cost Transformation in Manufacturing.

International Federation of Robotics. (2022). World Robotics Report: Automation Growth and Productivity Impacts.