Kota Pontianak dikenal dengan julukan “Kota Khatulistiwa” karena letaknya tepat di garis ekuator. Kota ini juga terkenal dengan curah hujannya yang tinggi—lebih dari 3.000 mm per tahun. Namun ironisnya, pasokan air bersih masih menjadi masalah yang belum tuntas. Menurut data BPS 2024, layanan PDAM baru menjangkau sekitar 63,54% rumah tangga di Pontianak.
Situasi ini juga berdampak pada institusi pendidikan seperti Universitas Panca Bhakti, yang kerap menghadapi kendala air bersih untuk operasional sehari-hari. Dalam konteks inilah, penelitian Gunawan dkk. menjadi sangat relevan: bisakah air hujan yang melimpah dijadikan sumber air bersih yang andal di lingkungan kampus?
Tujuan dan Metodologi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keandalan dan volume air hujan yang dapat ditampung dari atap bangunan di lingkungan Universitas Panca Bhakti. Fokusnya adalah menilai sejauh mana air hujan bisa menggantikan atau melengkapi kebutuhan air PDAM, khususnya untuk kegiatan non-konsumsi seperti flushing toilet, mencuci, atau penyiraman taman.
Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan:
- Pengukuran luas atap seluruh gedung kampus (data primer),
- Pengumpulan data curah hujan dari BPS Kota Pontianak,
- Simulasi volume air hujan yang dapat ditampung,
- Analisis efisiensi penampungan dan tingkat pemenuhan kebutuhan air.
Hasil Utama: Volume vs. Kebutuhan Air
1. Luasan Atap Kampus
Penelitian mencatat total luas atap dari enam bangunan utama kampus:
- Fakultas Teknik: 87,34 m²
- Fakultas Pertanian: 362,37 m²
- Gedung CC: 727,84 m²
- Rektorat Baru: 155,79 m²
- Rektorat Lama: 86,86 m²
- Fakultas Ekonomi: 88,79 m²
➡️ Total luas atap: 1.508,99 m²
2. Curah Hujan Rata-Rata
- Rata-rata curah hujan bulanan: 233,75 mm
- Rata-rata hari hujan per bulan: 16 hari
3. Volume Air Hujan yang Dapat Ditampung
Dengan efisiensi penampungan sebesar 80% (mengacu pada kehilangan akibat penguapan dan limpasan), volume air hujan yang dapat dimanfaatkan dihitung sebagai berikut:
Volume = Curah hujan x Luas atap x Koefisien efisiensi
= 233,75 mm x 1.508,99 m² x 0,8
= 282.181,13 liter/bulan atau 11.757 liter/hari
4. Kebutuhan Air Kampus
Mengacu pada penelitian terdahulu, konsumsi harian air bersih di kampus diperkirakan sebesar:
69.926 liter/hari
5. Keandalan Sistem
Dari simulasi tersebut, air hujan hanya mampu memenuhi sekitar:
16,814% dari total kebutuhan air harian kampus
Meskipun jauh dari cukup untuk kebutuhan total, volume ini sangat signifikan jika difokuskan untuk kebutuhan non-potable (tidak perlu standar air minum), seperti mencuci lantai, irigasi taman, atau toilet.
Analisis Kontekstual: Apa Artinya Angka Ini?
A. Bukan Pengganti Total, Tapi Pendukung Strategis
Air hujan tidak bisa diandalkan sebagai satu-satunya sumber air bersih, tetapi dapat mengurangi ketergantungan terhadap PDAM. Dengan efisiensi 16,8%, penghematan tagihan air bulanan kampus bisa mencapai jutaan rupiah, tergantung pada tarif PDAM dan volume penggunaan.
B. Mengurangi Dampak Lingkungan
Penggunaan air hujan untuk keperluan kampus juga mengurangi:
- Limpasan permukaan (runoff) yang bisa menyebabkan banjir lokal,
- Eksploitasi air tanah yang dapat memicu penurunan muka air,
- Emisi karbon dari pengolahan air PDAM (karena pompa dan distribusi).
Studi Kasus: Kampus Tropis, Solusi Tropis
Universitas Panca Bhakti bukanlah satu-satunya kampus di kawasan tropis yang berpotensi mengandalkan air hujan. Beberapa studi internasional juga menunjukkan tren serupa:
- Universitas Nasional Singapura (NUS): Menggunakan sistem PAH untuk irigasi lanskap dan toilet umum.
- Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang: Sudah mulai menerapkan sistem serupa di beberapa gedung.
- Bangladesh University of Engineering and Technology (BUET): Memanfaatkan air hujan selama musim monsun untuk cadangan musim kemarau.
Kunci dari keberhasilan implementasi adalah adanya desain sistem yang terstandarisasi dan pemeliharaan berkala agar kualitas air tetap aman.
Opini dan Kritik: Mengapa Penelitian Ini Penting?
✔ Memberikan Data Kuantitatif Lokal
Studi ini penting karena menyediakan angka konkret dari lapangan—bukan asumsi teoritis. Banyak kampus atau sekolah di daerah tropis menghadapi masalah serupa, tetapi belum punya baseline data untuk merancang sistem PAH.
✔ Menunjukkan Keuntungan Ekonomi dan Ekologis
Dampak ekonomi (penghematan tagihan) dan ekologis (konservasi air tanah, pengurangan banjir) menjadi argumen kuat bagi pihak manajemen kampus maupun pembuat kebijakan daerah.
✔ Perluasan ke Skala Komunitas
Meskipun studi ini terbatas pada kampus, pendekatannya bisa dengan mudah direplikasi untuk:
- Rumah tangga perkotaan,
- Pesantren atau asrama sekolah,
- Kantor pemerintahan dan tempat ibadah.
Rekomendasi Implementatif
Agar sistem pemanenan air hujan bisa diterapkan secara luas dan efektif, berikut beberapa rekomendasi:
1. Integrasi dengan Sistem Plumbing Gedung
Desain ulang jaringan pipa untuk memisahkan air hujan (non-potable) dan air PDAM (potable).
2. Penggunaan Filter dan Desinfeksi Sederhana
Meski air digunakan untuk kegiatan non-minum, penyaringan dasar tetap diperlukan untuk menjaga kebersihan dan mencegah penyumbatan saluran.
3. Edukasi dan Sosialisasi Warga Kampus
Diperlukan kampanye penggunaan air hemat dan pemahaman tentang manfaat air hujan.
4. Standardisasi dan Regulasi
Pemerintah daerah bisa mengeluarkan peraturan atau insentif untuk mendorong pembangunan gedung baru dengan sistem PAH terintegrasi.
Potensi Jangka Panjang
Jika kampus seperti Universitas Panca Bhakti bisa menjadi percontohan nasional, maka konsep ini bisa meluas ke kawasan urban lainnya. Bayangkan jika semua sekolah dan kampus di Pontianak memiliki tangki air hujan sendiri. Penghematan air dan pengurangan banjir lokal bisa menjadi dampak nyata yang sangat terasa.
Kesimpulan: Dari Langit ke Keran, Solusi Lokal yang Global
Air hujan adalah berkah tropis yang belum dimaksimalkan. Penelitian oleh Ivan Andri Gunawan dan timnya membuktikan bahwa meskipun tidak mampu memenuhi 100% kebutuhan air bersih kampus, sistem PAH tetap menjadi solusi cerdas—murah, ramah lingkungan, dan aplikatif.
Dalam dunia yang makin terdampak perubahan iklim dan krisis air, pemanfaatan air hujan bukan sekadar opsi teknis, tapi juga keputusan etis. Saatnya lebih banyak institusi pendidikan, pemerintah daerah, dan komunitas lokal menoleh ke langit sebagai solusi air bersih masa depan.
Sumber Asli Artikel:
Gunawan, I. A., Widodo, M. L., & Anggraini, I. M. (2024). Studi Keandalan Potensi Pemanfaatan Air Hujan sebagai Sumber Air Bersih di Lingkungan Universitas Panca Bhakti, Kota Pontianak. E-Journal Teknologi Infrastruktur, Volume 3, Nomor 1, Juni 2024.