Nusa dua, bali (antara) - Sebanyak 3.500 insinyur Indonesia memiliki peluang berkiprah menembus pangsa pasar Asia Tenggara karena sudah mengantongi sertifikasi organisasi insinyur ASEAN (AFEO).“Ini penting agar insinyur Indonesia yang memiliki mobilitas tinggi sehingga bisa mengerjakan proyek di luar negeri, bahkan menempati posisi strategis seperti manajer proyek hingga direktur proyek,” kata ketua umum persatuan insinyur indonesia (PII) Danis Hidayat Sumadilaga di sela Konferensi AFEO ke-41 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu.
Total sebanyak 3.500 insinyur profesional Indonesia tersebut terdaftar dalam ASEAN Engineer Register (AER), yang sebanyak 90 orang di antaranya baru mendapatkan sertifikasi AER di sela Konferensi AFEO ke-41 di Nusa Dua, Kabupaten Badung. Sertifikasi itu bertujuan untuk memberikan standarisasi dasar terkait profesi insinyur dalam menghadapi persaingan global.
“Syarat untuk diusulkan ke AER ini adalah insinyur harus minimum di tingkatan insinyur profesional Madya yang disyaratkan oleh Persatuan Insinyur Indonesia,” imbuhnya. Selain di tataran ASEAN, PII juga mempunyai kerja sama dengan insinyur australia, sehingga inisinyur yang sudah memenuhi kualifikasi diakui juga sebagai insinyur di australia, demikian juga sebaliknya.
Saat ini, PII mempunyai anggota hampir 82 ribu insinyur non-hayati dan hayati dan merupakan anggota dari Organisasi Insinyur Dunia (WFEO), aliansi insinyur internasional (IEA), federasi institut insinyur asia tenggara dan pasifik (FEISEAP), asosiasi pendidikan insinyur Asia Tenggara dan Pasifik dan organisasi insinyur ASEAN (AFEO).
Sebagai organisasi quasi pemerintah yang bertugas sesuai dengan amanah Undang-undang Nomor 11 tahun 2014 dan peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2019 tentang Keinsiyuran, PII mendapat amanah Undang-undang untuk menjalankan tugas registrasi dan sertifikasi profesi insinyur di Indonesia.
Sementara itu, ajang konferensi organisasi insinyur ASEAN (CAFEO) ke-41 di nusa dua, bali, diharapkan mempertemukan para insinyur di Asia Tenggara untuk saling berbagi pengalaman dan bertukar ilmu pengetahuan serta isu terkini terkait keinsinyuran. Beberapa tahun belakangan tengah hangat pembahasan seputar energi ramah lingkungan atau energi baru terbarukan (EBT) termasuk memasifkan kendaraan listrik. Melalui pertemuan itu, para insinyur di kawasan asia tenggara dapat menyumbangkan pemikiran agar negara ASEAN memanfaatkan maksimal potensi kekayaan laut dan sumber daya alam untuk ekonomi biru dan energi hijau.
Sumber: bali.antaranews.com