Transisi Energi Terbarukan: Kebijakan Global untuk Masa Depan Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

24 Juni 2025, 09.11

pixabay.com

Pendahuluan

Laporan Renewable Energy Policies in a Time of Transition oleh IRENA, IEA, dan REN21 (2018) memberikan analisis komprehensif tentang kebijakan energi terbarukan di sektor listrik, transportasi, serta pemanas dan pendingin. Dengan fokus pada tantangan dan peluang transisi energi, laporan ini menawarkan wawasan berharga bagi pembuat kebijakan, pelaku industri, dan masyarakat umum. 

 Tren Global Energi Terbarukan 

1. Sektor Listrik

    Kapasitas terpasang energi terbarukan mencapai 2.000 GW pada 2016, dengan tenaga air mendominasi (56%), diikuti angin (23%) dan surya (15%). 

  •     Biaya listrik surya turun 75% (2010–2017), sementara angin darat turun 25%. 
  •     Auksi menjadi instrumen populer, dengan harga ratarata PLS turun dari USD 250/MWh (2010) menjadi USD 50/MWh (2016). 

2. Sektor Transportasi: 

  •     Hanya 3,1% energi transportasi global berasal dari terbarukan (2015), terutama biodiesel dan etanol. 
  •     68 negara telah menerapkan mandat pencampuran biofuel, tetapi kebijakan untuk kendaraan listrik masih terbatas. 

3. Pemanas dan Pendingin: 

  •     Pemanas menyumbang 50% konsumsi energi akhir global, tetapi hanya 9% yang bersumber dari terbarukan. 
  •     Swedia memimpin dengan 68,6% pemanas terbarukan berkat pajak karbon tinggi dan distrik pemanas biomassa. 

 Studi Kasus Kebijakan 

1. Swedia: Pajak Karbon & Distrik Pemanas 

  •     Pajak karbon sebesar USD 187/ton CO₂ membuat bahan bakar fosil tidak kompetitif. 
  •     80% bahan bakar distrik pemanas berasal dari biomassa dan limbah. 

2. India: Tantangan Clean Cooking 

  •     64% rumah tangga India masih menggunakan biomassa tradisional untuk memasak. 
  •     Program Ujjwala (2016) mendistribusikan 50 juta tabung LPG bersubsidi, tetapi adopsi terhambat oleh biaya pengisian ulang. 

3. Brazil: Sukses Biofuel dengan Kendaraan Fleksibel 

  •     Mandat pencampuran etanol 27% dan biodiesel 10%. 
  •     72% kendaraan ringan Brazil menggunakan mesin fleksibel yang bisa menggunakan etanol murni. 

 Tantangan & Rekomendasi Kebijakan 

1. Integrasi Sistem: 

    Tingginya variabilitas energi surya dan angin membutuhkan fleksibilitas jaringan, seperti penyimpanan baterai dan smart grids. 

2. Ketimpangan Sektoral: 

    Kebijakan terbarukan masih terpusat di sektor listrik, sementara transportasi dan pemanas tertinggal. 

3. Subsidi Fosil vs. Terbarukan: 

    Subsidi fosil global 4x lebih besar daripada terbarukan, menghambat transisi. 

4. Peran Pemangku Kepentingan: 

    Kotakota seperti São Paulo (40% pemanas air surya di gedung baru) dan korporasi (RE100) menjadi aktor kunci. 

 Kesimpulan 

Transisi energi terbarukan membutuhkan pendekatan holistik yang mencakup: 

  •  Kebijakan harga karbon untuk menciptakan insentif ekonomi. 
  •  Integrasi lintas sektor (listrik, transportasi, pemanas). 
  •  Dukungan finansial dan riset untuk teknologi seperti powertoX dan biofuel lanjutan. 

Laporan ini menegaskan bahwa meski kemajuan signifikan telah dicapai, akselerasi kebijakan dan kolaborasi global tetap penting untuk memenuhi target Perjanjian Paris. 

Sumber:  IRENA, IEA, and REN21. Renewable Energy Policies in a Time of Transition. 2018.