Pendahuluan: Tantangan Layanan Gigi di Tengah Pandemi
Wabah COVID-19 yang melanda sejak akhir 2019 tidak hanya mengguncang sektor kesehatan secara umum, tetapi juga menciptakan tantangan besar di bidang kedokteran gigi. Dengan sifat penyebaran virus melalui droplet dan aerosol—yang merupakan bagian integral dari prosedur perawatan gigi—praktik dokter gigi menjadi salah satu yang paling terdampak. Akibatnya, mayoritas praktik gigi, khususnya di Bali, memilih tutup sementara atau hanya melayani kasus darurat.
Dalam situasi ini, kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan solusi atas masalah gigi dan mulut tetap tinggi. Maka, konsep teledentistry atau konsultasi jarak jauh menjadi solusi yang relevan. Artikel ilmiah yang ditulis oleh Hervina, Haris Nasutianto, dan Ni Kadek Ari Astuti ini meneliti pelaksanaan edukasi dan konsultasi kesehatan gigi secara daring melalui platform "Tanya Pepsodent" di Provinsi Bali selama pandemi COVID-19.
Latar Belakang: Mengapa Teledentistry Diperlukan?
Risiko Tinggi dalam Perawatan Gigi
Praktik kedokteran gigi tergolong prosedur dengan risiko tinggi karena:
-
Melibatkan aerosol dan droplet (skaler, handpiece, syringe)
-
Kontak erat antara dokter dan pasien
Berdasarkan data WHO dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), disarankan agar seluruh praktik dokter gigi menunda layanan non-darurat selama pandemi. Namun, masyarakat tetap membutuhkan informasi dan solusi atas keluhan gigi ringan hingga sedang.
Kesehatan Gigi dan Kesehatan Sistemik
Penelitian menunjukkan hubungan erat antara kesehatan gigi dan daya tahan tubuh, terutama dalam menghadapi penyakit seperti COVID-19 (Sampson, 2020). Oleh karena itu, edukasi mengenai oral hygiene tetap penting dilakukan.
Rumusan Masalah dan Solusi
Permasalahan:
-
Bagaimana masyarakat bisa berkonsultasi dengan dokter gigi tanpa kontak langsung?
-
Bagaimana cara mengedukasi masyarakat terkait kesehatan gigi dan protokol COVID-19?
Solusi:
Implementasi teledentistry melalui:
-
Platform WhatsApp "Tanya Pepsodent"
-
Fitur "Surbo Chat" untuk konsultasi live
-
Dashboard untuk rekam medis dan edukasi
Metode Pelaksanaan
Kemitraan Strategis
Program ini merupakan kerja sama antara:
-
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
-
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Saraswati
-
PT Unilever Indonesia melalui brand Pepsodent
Sosialisasi Program
-
Penyebaran leaflet digital melalui media sosial
-
Dukungan alumni FKG UNMAS dan database Unilever
Mekanisme Teledentistry
-
Registrasi Awal: Pengguna mendapat username dan password.
-
Konsultasi: Melalui live chat di Surbo Chat (dengan dokter) atau chatbot di luar jam aktif.
-
Pemberian Edukasi: Brosur digital dikirim terkait cara menyikat gigi dan protokol kesehatan.
-
Feedback dan Diagnosa Awal: Dokter mengirim PDF hasil konsultasi dan rekomendasi.
Hasil Kegiatan dan Analisis Data
Partisipasi dan Profil Pasien
-
Jumlah peserta: 112 orang
-
Wilayah dominan: Kota Denpasar, Badung, Gianyar
-
Kasus terbanyak:
-
Gigi nyeri dan berlubang
-
Gigi ngilu dan karang gigi
-
-
100% peserta belum pernah mengikuti teledentistry sebelumnya
Efektivitas Program
-
Keluhan ringan seperti gigi ngilu atau nyeri dapat diatasi dengan saran penggunaan analgesik atau pasta gigi khusus.
-
Keluhan berat diarahkan ke klinik dengan sistem triase.
-
Respon masyarakat sangat positif, merasa terbantu, cepat, dan aman.
Analisis Tambahan: Mengapa Ini Penting?
Akses Kesehatan Gigi di Tengah Krisis
Teledentistry memberikan akses baru bagi masyarakat yang takut atau tidak bisa datang ke klinik. Ini bukan hanya solusi pandemi, tapi juga strategi jangka panjang bagi:
-
Wilayah terpencil
-
Komunitas dengan keterbatasan mobilitas
Efisiensi Tenaga Medis
-
Mengurangi antrean pasien
-
Menyaring kasus sebelum tindakan langsung
-
Memberikan diagnosa awal berbasis digital
Edukasi yang Konsisten
Dengan materi visual seperti video, leaflet digital, dan chat interaktif, masyarakat belajar:
-
Cara menyikat gigi yang benar
-
Protokol kesehatan saat kunjungan ke dokter
-
Pencegahan masalah gigi sejak dini
Kritik dan Saran Pembangunan Lanjut
Kelebihan:
-
Adaptif terhadap kondisi pandemi
-
Platform mudah digunakan oleh masyarakat awam
-
Memberikan pengalaman konsultasi pertama yang menyenangkan
Keterbatasan:
-
Bergantung pada koneksi internet
-
Tidak menggantikan tindakan medis langsung
-
Butuh pelatihan lanjutan untuk dokter dan pasien
Rekomendasi:
-
Pemerataan sosialisasi hingga ke daerah non-perkotaan
-
Pengembangan AI chatbot yang lebih interaktif
-
Integrasi teledentistry dalam sistem layanan BPJS Kesehatan
Relevansi dengan Masa Depan Kesehatan Gigi
Tren Digitalisasi Kesehatan
Teledentistry adalah bagian dari transformasi digital layanan kesehatan yang kini berkembang pesat:
-
Telemedicine
-
E-prescription
-
Health monitoring apps
Potensi Jangka Panjang
Jika diformalkan secara nasional, model ini bisa menjawab:
-
Krisis tenaga dokter gigi
-
Kebutuhan edukasi massal di luar ruang klinik
-
Perawatan preventif berbasis teknologi
Kesimpulan: Gigi Sehat Tanpa Takut Tatap Muka
Studi ini menunjukkan bahwa teledentistry adalah inovasi penting dalam menjawab keterbatasan konsultasi gigi di era pandemi. Platform Tanya Pepsodent berhasil menjadi media edukasi dan komunikasi yang cepat, aman, dan tepat sasaran.
Dengan dukungan teknologi, kemitraan strategis, dan edukasi visual yang komunikatif, program ini dapat direplikasi di wilayah lain. Lebih dari sekadar konsultasi, teledentistry adalah wajah baru kesehatan gigi Indonesia pasca pandemi.
Sumber
Hervina, Nasutianto, H., & Astuti, N. K. A. (2021). Konsultasi dan Edukasi Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut serta Protokol Kesehatan Selama Masa Pandemi COVID-19 Secara Online Melalui Teledentistry. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), Vol. 4 No. 2, 299–306.