Pendahuluan
Dalam dunia yang terus berubah, rantai pasok (supply chain/SC) perlu beradaptasi dengan tantangan global seperti pandemi dan disrupsi ekonomi. Paper ini memperkenalkan Viable Supply Chain (VSC), model rantai pasok yang menggabungkan agility, resilience, dan sustainability agar dapat bertahan dalam berbagai kondisi. Studi ini memberikan wawasan bagaimana bisnis dapat membangun rantai pasok yang lebih tangguh untuk menghadapi masa depan.
Konsep Viable Supply Chain (VSC)
Viability dalam supply chain didefinisikan sebagai kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi dalam lingkungan yang berubah melalui redesign struktur dan replanning performa jangka panjang. VSC menggabungkan tiga elemen utama:
- Agility – Kemampuan rantai pasok untuk merespons perubahan pasar dengan cepat.
- Resilience – Kapasitas untuk menyerap gangguan, pulih, dan tetap beroperasi.
- Sustainability – Memastikan kelangsungan rantai pasok dengan dampak minimal terhadap lingkungan dan masyarakat.
Metodologi & Studi Kasus
Paper ini mengacu pada berbagai penelitian terdahulu dan memberikan analisis tentang bagaimana perusahaan di berbagai industri menerapkan strategi VSC. Beberapa contoh kasus yang diangkat:
- Industri Otomotif
Studi kasus: Volkswagen Autoeuropa- Menerapkan strategi Agile dalam rantai pasoknya, meningkatkan fleksibilitas produksi hingga 30%.
- Menggunakan teknologi digital twins untuk simulasi dan prediksi risiko rantai pasok.
- Industri Farmasi
Studi kasus: Pfizer & AstraZeneca- Memanfaatkan AI dan big data untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok selama pandemi.
- Kecepatan produksi vaksin meningkat 50% berkat optimasi distribusi berbasis data.
- Industri Makanan
Studi kasus: Nestlé- Implementasi rantai pasok hijau (green supply chain) mengurangi emisi karbon hingga 20% dalam 5 tahun terakhir.
- Beralih ke supplier lokal untuk meningkatkan ketahanan pasokan bahan baku.
Tantangan dan Solusi Implementasi VSC
- Kurangnya integrasi digital – Banyak perusahaan masih mengandalkan sistem manual, sehingga sulit merespons perubahan dengan cepat. Solusi: Penerapan IoT, AI, dan blockchain untuk transparansi dan efisiensi.
- Biaya investasi tinggi – Transformasi rantai pasok memerlukan investasi besar. Solusi: Model collaborative supply chain yang memungkinkan berbagi sumber daya antar perusahaan.
- Perubahan kebijakan global – Regulasi lingkungan dan perdagangan internasional yang berubah cepat mempersulit prediksi pasar. Solusi: Penerapan predictive analytics untuk strategi adaptasi proaktif.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Paper ini menegaskan bahwa Viable Supply Chain (VSC) adalah masa depan rantai pasok global. Dengan kombinasi agility, resilience, dan sustainability, perusahaan dapat menghadapi disrupsi besar seperti pandemi, perubahan iklim, dan krisis ekonomi. Rekomendasi utama bagi bisnis adalah:
- Mengadopsi digital supply chain berbasis AI dan big data.
- Menerapkan strategi kolaborasi dengan mitra rantai pasok.
- Fokus pada keberlanjutan lingkungan dan efisiensi energi.
Sumber Artikel:
Ivanov, Dmitry (2020). Viable supply chain model: integrating agility, resilience and sustainability perspectives—lessons from and thinking beyond the COVID-19 pandemic. Annals of Operations Research, Vol. 319, Iss. 1, pp. 1411-1431.