Industri konstruksi global sedang mengalami transformasi besar-besaran. Dua pendekatan manajemen yang sering diperbincangkan untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan adalah Lean Construction (LC) dan Sustainable Construction (SC). Namun, dalam praktiknya, integrasi dua pendekatan ini belum optimal, terutama di negara berkembang seperti Malaysia. Dalam artikel “The Integration of Lean Construction and Sustainable Construction: A Stakeholder Perspective in Analyzing Sustainable Lean Construction Strategies in Malaysia,” Ahmad Huzaimi Abd Jamil dan Mohamad Syazli Fathi mencoba menjembatani kesenjangan ini dengan menyusun kerangka kerja konseptual yang mendalam, berbasis kajian pustaka dan pendekatan pemangku kepentingan (stakeholder).
Lean dan Sustainable Construction: Dua Pilar yang Seharusnya Saling Menguatkan
Secara prinsip, baik LC maupun SC sama-sama berupaya menghilangkan pemborosan (waste), hanya saja orientasinya berbeda. LC fokus pada efisiensi proses dan nilai pelanggan, sementara SC menekankan keseimbangan antara aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dalam artikel ini, penulis menunjukkan bahwa sinergi antara keduanya bisa menghasilkan manfaat ganda—meningkatkan profitabilitas sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Namun, hasil literatur dari 118 studi menunjukkan bahwa integrasi LC dan SC belum banyak dipraktikkan secara holistik, bahkan cenderung berjalan sendiri-sendiri. Banyak proyek konstruksi yang gagal karena kurangnya perhatian pada aspek lingkungan dan ketidakterlibatan pemangku kepentingan secara penuh.
Metodologi dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini bersifat konseptual dengan metode integrative literature review dan kerangka pengodean (coding framework). Tujuannya adalah membangun pemahaman teoritis dan praktis dari integrasi LC dan SC menjadi Sustainable Lean Construction (SLC). Fokus utama ditujukan pada bagaimana keterlibatan pemangku kepentingan dapat meningkatkan keberhasilan implementasi SLC.
Penulis juga mengembangkan sebuah model integrasi berdasarkan kajian literatur terdahulu, khususnya dari Koranda et al. (2012), namun memperluasnya dengan pendekatan analisis pemangku kepentingan yang lebih komprehensif.
Pilar-Pilar Sustainable Construction (SC)
SC dalam konteks ini mencakup tujuh komponen utama:
- Integrasi Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
- Desain dan Pengadaan Hijau
- Teknologi dan Inovasi
- Struktur Organisasi dan Proses
- Pendidikan dan Pelatihan
- Pengukuran dan Pelaporan
- Strategi Bisnis Inovatif
Beberapa studi menyatakan bahwa keberhasilan implementasi SC sangat tergantung pada pengetahuan dan komitmen stakeholder. Studi dari Abdullah et al. (2009) menyebutkan bahwa kurangnya pemahaman SC menjadi salah satu hambatan utama. Lam et al. (2010) mengidentifikasi kendala lainnya seperti hambatan budaya, kurangnya teknologi hijau, serta rendahnya keterlibatan pemangku kepentingan.
Pilar-Pilar Lean Construction (LC)
LC memiliki akar dari industri manufaktur dan berfokus pada pengelolaan produksi berbasis nilai tambah. Prinsip utama LC meliputi:
- Penghapusan aktivitas yang tidak bernilai tambah
- Optimalisasi penggunaan sumber daya
- Komunikasi terbuka dan transparan
- Komitmen terhadap perbaikan berkelanjutan
Namun, dalam praktik di Malaysia, LC masih terhambat. Studi oleh Johansen dan Walter (2007) menunjukkan bahwa implementasi LC di industri konstruksi Malaysia tergolong lambat. Hambatan yang sering muncul antara lain rendahnya kesadaran lean, kurangnya dukungan manajemen puncak, serta lemahnya sistem kolaborasi antar-stakeholder.
Studi Kasus: Proyek Pentagon dan Toyota South Campus
Dua studi kasus penting yang dibahas dalam artikel ini adalah renovasi Pentagon dan pembangunan kampus Toyota South di Amerika Serikat. Keduanya berhasil menerapkan integrasi SC dan LC melalui:
- Penggunaan metode design-build
- Komunikasi terbuka antara kontraktor dan desainer
- Strategi kontrak inovatif yang mengurangi konflik
- Penghapusan inventori berlebih di lokasi
Dalam proyek Pentagon, integrasi SC dan LC menghasilkan penghematan biaya dan waktu yang signifikan. Strategi pengadaan yang fleksibel menjadi kunci keberhasilan.
Model Integrasi LC dan SC (Koranda et al., 2012)
Penulis mengadopsi dan memodifikasi model Koranda untuk merancang pendekatan implementasi SLC di Malaysia. Model ini menekankan:
- Identifikasi nilai proyek sejak tahap perencanaan
- Eliminasi pemborosan dari hulu ke hilir
- Indikator kinerja sebagai alat ukur kemajuan
- Kolaborasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan (arsitek, kontraktor, supplier, manajer proyek)
Dalam konteks Malaysia, pendekatan ini sangat penting karena 45,9% keterlambatan proyek konstruksi terjadi pada fase pelaksanaan (Abdul Rahman et al., 2006). Selain itu, masalah klasik seperti banjir kilat, erosi tanah, dan pencemaran suara adalah indikator lemahnya implementasi SC.
Peran Kritis Stakeholder dalam SLC
Salah satu sumbangan utama paper ini adalah memperluas pendekatan lean menjadi berbasis stakeholder. Menurut Aaltonen (2011), persepsi pemangku kepentingan tentang keberhasilan proyek dapat sangat berbeda. Oleh karena itu, keterlibatan aktif mereka dari tahap awal sangat penting. Hal ini diperkuat oleh studi Davis (2014) yang menyatakan bahwa pemahaman terhadap lingkungan stakeholder akan menentukan pendekatan strategi SC dan LC yang digunakan.
Studi ini menegaskan bahwa komunikasi lintas fungsi, seperti pada proyek Integrated Project Delivery (IPD), mampu mereduksi konflik desain dan meningkatkan efisiensi waktu.
Tantangan Utama dan Saran Ke Depan
Berikut adalah beberapa tantangan utama yang diidentifikasi:
- Budaya organisasi yang resistif terhadap perubahan
- Minimnya pelatihan lean dan keberlanjutan
- Struktur kontrak tradisional yang menghambat kolaborasi
- Ketidakseimbangan antara tujuan ekonomi dan lingkungan
Untuk menjawab tantangan tersebut, penulis menyarankan:
- Pengembangan sistem insentif berbasis performa SC dan LC
- Integrasi teknologi seperti BIM dan Industrialized Building System (IBS)
- Penyusunan kurikulum pelatihan LC-SC untuk seluruh rantai pasok
- Implementasi analisis kendala untuk identifikasi hambatan proses
Model yang dikembangkan diharapkan menjadi panduan praktis bagi pemangku kepentingan untuk mengartikulasikan kebutuhan dan tujuan proyek secara lebih strategis.
Simpulan
Paper ini menjadi landasan penting bagi perumusan strategi Sustainable Lean Construction di negara berkembang seperti Malaysia. Dengan pendekatan berbasis stakeholder dan model integrasi yang jelas, artikel ini bukan hanya memperkaya literatur akademik, tetapi juga memberikan arahan praktis bagi pelaku industri konstruksi.
Keberhasilan integrasi LC dan SC sangat tergantung pada kolaborasi lintas fungsi, kepemimpinan yang visioner, dan kemampuan memahami dinamika lokal. Apabila diterapkan secara konsisten, strategi ini dapat menjadi alat transformatif bagi industri konstruksi yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan berorientasi sosial.
Sumber artikel asli:
Ahmad Huzaimi Abd Jamil dan Mohamad Syazli Fathi. “The Integration of Lean Construction and Sustainable Construction: A Stakeholder Perspective in Analyzing Sustainable Lean Construction Strategies in Malaysia.” Procedia Computer Science, 100 (2016) 634–643.