Mengapa Manajemen Risiko Jadi Penentu Kesuksesan Proyek Konstruksi?
Dalam industri konstruksi, setiap proyek memiliki risiko yang tidak bisa dihindari. Mulai dari keterlambatan pengiriman material, perubahan desain di tengah pengerjaan, hingga ketidaksesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan di lapangan. Risiko-risiko ini, jika tidak dikelola dengan baik, berpotensi menyebabkan pembengkakan biaya, keterlambatan waktu, bahkan kerugian finansial yang signifikan.
Artikel berjudul “Analisis Risiko Pada Proyek Konstruksi Perumahan Dengan Metode House of Risk (HOR)” oleh Siti Aisyah Maharani dkk., memberikan kontribusi penting dalam memahami bagaimana risiko proyek perumahan dapat diidentifikasi, dianalisis, dan dimitigasi secara sistematis menggunakan pendekatan House of Risk (HOR). Penelitian ini mengambil studi kasus pada proyek PT ABC, perusahaan pengembang sekaligus kontraktor di wilayah Jakarta dan Depok.
Proyek Perumahan PT ABC: Masalah Klasik dalam Skala Modern
PT ABC kerap menghadapi sejumlah masalah dalam proyek konstruksinya, termasuk:
- Biaya proyek yang melebihi RAB (Rencana Anggaran Biaya)
- Keterlambatan pengiriman material
- Perubahan desain selama pembangunan
- Cuaca buruk yang mengganggu kegiatan konstruksi
- Kesalahan estimasi biaya awal
- Peralatan yang rusak atau tidak memadai
Masalah-masalah ini mengindikasikan lemahnya manajemen risiko di proyek-proyek sebelumnya. Oleh karena itu, dilakukan analisis mendalam menggunakan pendekatan HOR untuk mengidentifikasi sumber risiko utama dan menyusun strategi mitigasi yang konkret.
Metodologi: Menerapkan House of Risk (HOR) dalam Dua Tahap
Penelitian ini menggunakan metode House of Risk yang terbagi menjadi dua fase:
HOR Fase 1
Menentukan prioritas sumber risiko (risk agent) berdasarkan nilai ARP (Aggregate Risk Potential), yaitu gabungan antara frekuensi terjadinya risiko dan dampaknya terhadap proyek.
HOR Fase 2
Menentukan aksi mitigasi berdasarkan efektivitas dan kemudahan pelaksanaan, dihitung menggunakan skor ETD (Effectiveness to Difficulty Ratio).
Sampel dalam penelitian ini adalah enam responden dari total 52 orang dalam struktur proyek, dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Data diolah menggunakan Excel dan SPSS untuk validasi dan analisis lebih lanjut.
Identifikasi Risiko: Dari Sumber Hingga Kejadian
Penelitian mengidentifikasi 25 kejadian risiko (risk event) dan 25 sumber risiko (risk agent), yang mencakup berbagai aspek:
- SDM: Pemogokan kerja, kecelakaan, tenaga kerja tidak kompeten
- Material: Keterlambatan pengiriman, kerusakan saat pemasangan, volume tidak sesuai
- Peralatan: Keterlambatan, kerusakan, perawatan kurang
- Desain: Perubahan desain mendadak, kesalahan perhitungan
- Manajemen: Kurangnya koordinasi dan pengawasan
- Finansial: Kesalahan estimasi, cash flow tidak lancar
- Force Majeure: Cuaca ekstrem, bencana alam
Hasil observasi menunjukkan bahwa risiko seringkali tumpang tindih dan saling mempengaruhi, sehingga analisis multi-dimensi diperlukan untuk menangani akar permasalahannya secara komprehensif.
Analisis Risiko HOR Fase 1: Menemukan Sumber Risiko Tertinggi
Berdasarkan analisis HOR Fase 1, diperoleh tujuh sumber risiko dengan nilai ARP tertinggi, yaitu:
- Penambahan desain di tengah konstruksi – ARP: 656
- Perubahan desain mendadak – ARP: 576
- Keterlambatan pengiriman material – ARP: 528
- Keterlambatan pengiriman alat dari supplier – ARP: 450
- Kesalahan estimasi biaya – ARP: 372
- Kurangnya koordinasi antar pihak – ARP: 345
- Kurangnya pengawasan di lapangan – ARP: 344
Hasil ini diperkuat dengan prinsip Pareto (80/20), di mana sekitar 80% kejadian risiko berasal dari 20% sumber risiko utama. Temuan ini menjadi dasar dalam perumusan strategi mitigasi yang terfokus dan efisien.
Studi Kasus: Dampak Perubahan Desain di Tengah Konstruksi
Perubahan desain menjadi salah satu risiko paling krusial dalam proyek PT ABC. Dalam salah satu proyek perumahan, klien mengajukan permintaan perubahan layout dapur dan posisi kamar mandi setelah pekerjaan struktur selesai 70%. Perubahan ini berdampak pada:
- Keterlambatan 3 minggu karena harus menunggu revisi gambar kerja
- Tambahan biaya Rp 150 juta untuk bongkar pasang dan pekerjaan ulang
- Disrupti jadwal supplier material yang sudah terlanjur dijadwalkan sesuai gambar awal
Risiko ini sebenarnya bisa diminimalisasi jika terdapat prosedur baku untuk menangani permintaan perubahan desain dari klien sejak awal.
HOR Fase 2: Strategi Aksi Mitigasi yang Direkomendasikan
Dari tujuh risk agent prioritas di atas, peneliti merancang delapan strategi mitigasi dengan memperhitungkan efektivitas dan kemudahan implementasi. Strategi tersebut meliputi:
- Meningkatkan efektivitas komunikasi antar pihak proyek
→ Mendapat skor ETD tertinggi: 7359,75
→ Strategi ini dianggap paling penting untuk mengurangi miskomunikasi dan kesalahan di lapangan. - Pengawasan terhadap penjadwalan proyek
→ Menyasar risiko keterlambatan alat/material. - Sistem pengawasan dan sanksi bagi pelaksana proyek
→ Untuk mendorong disiplin kerja dan mengurangi risiko human error. - Prosedur pengawasan dan sanksi yang tertulis dan terstruktur
→ Menyediakan guideline bagi pengawas dan pekerja. - Checklist pelaksanaan proyek yang komprehensif
→ Menjamin kualitas dan urutan pengerjaan tidak terlewat. - SOP pembuatan dan perubahan desain
→ Untuk menghindari perubahan desain mendadak tanpa justifikasi teknis. - Jadwal pemesanan material dan peralatan yang lebih adaptif
→ Meminimalisasi keterlambatan dari supplier. - Estimasi biaya yang adaptif dan realistis
→ Untuk menghindari kesalahan perencanaan anggaran.
Setiap strategi ini dirancang tidak hanya untuk mengatasi risiko saat ini, tetapi juga memperkuat sistem manajemen risiko perusahaan secara jangka panjang.
Nilai Tambah Penelitian: Praktis dan Relevan untuk Industri
Penelitian ini memberikan kontribusi besar, terutama bagi perusahaan pengembang dan kontraktor yang ingin menerapkan manajemen risiko yang sistematis. Nilai plus dari penelitian ini antara lain:
- Menggunakan data nyata dari proyek yang sedang berjalan
- Memadukan pendekatan teoritis dengan observasi lapangan
- Memberikan output yang actionable dan implementatif
Metode House of Risk, yang sebelumnya lebih banyak digunakan di industri manufaktur dan logistik, terbukti sangat relevan jika diterapkan pada proyek konstruksi.
Komparasi dengan Penelitian Sebelumnya
Pendekatan HOR dalam proyek konstruksi juga telah digunakan dalam:
- Proyek pembangunan jalan tol Gempol–Pasuruan (Kurniasri Dewi, 2020)
- Proyek utilitas PDAM di Jakarta (Safrudin & Hasibuan, 2020)
- Proyek pembangkit listrik mini hidro di Blitar (Saraswati & Negoro, 2014)
Namun, keunikan dari penelitian ini adalah fokusnya pada proyek perumahan dengan skala yang lebih kecil namun frekuensi tinggi. Risiko di proyek perumahan cenderung lebih banyak muncul dari sisi koordinasi dan perubahan desain dibandingkan proyek besar seperti infrastruktur jalan atau energi.
Rekomendasi untuk Industri Konstruksi
Dari temuan dalam artikel ini, ada beberapa poin yang bisa menjadi pedoman industri konstruksi:
- Bangun budaya komunikasi proaktif
Komunikasi lintas tim harus dijadwalkan rutin dan terdokumentasi dengan baik. - Siapkan standar operasional perubahan desain sejak awal proyek
Semua pihak harus memahami batasan perubahan dan prosedurnya. - Gunakan pendekatan data-driven dalam merencanakan proyek
Hindari estimasi yang hanya berdasarkan pengalaman subjektif. - Manfaatkan digitalisasi dan software project management
Banyak risiko seperti keterlambatan dan miskomunikasi bisa dikurangi dengan teknologi yang tepat.
Kesimpulan: Mitigasi Risiko = Menjamin Keberhasilan Proyek
Risiko adalah bagian tak terpisahkan dari proyek konstruksi. Yang membedakan proyek sukses dan gagal adalah kemampuan manajemen dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menanggapi risiko secara cepat dan tepat. Penelitian oleh Siti Aisyah Maharani dkk. ini menunjukkan bahwa pendekatan sistematik seperti House of Risk bukan hanya membantu memetakan risiko, tetapi juga merancang aksi nyata yang relevan, efektif, dan bisa langsung diterapkan di lapangan.
Dengan mengintegrasikan HOR ke dalam sistem kerja proyek, perusahaan seperti PT ABC dapat memperkecil kemungkinan kerugian, mempercepat waktu penyelesaian, dan meningkatkan kepercayaan klien. Bagi industri konstruksi di Indonesia, pendekatan seperti ini patut dipertimbangkan sebagai standar operasional baru.
Sumber Asli Artikel
Siti Aisyah Maharani, Santika Sari, Muhamad As’adi, Annisa Putriana Saputro. (2022). Analisis Risiko Pada Proyek Konstruksi Perumahan Dengan Metode House of Risk (HOR) (Studi Kasus: Proyek Konstruksi Perumahan PT ABC). Journal of Integrated System, Vol. 5 No. 1, Juni 2022: hlm. 16–26. ISSN: 2714-6349.