SocioHydrology: Ilmu Baru untuk Menjawab Krisis Air dan Tantangan SDGs

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

03 Juli 2025, 14.52

pixabay.com

Pendahuluan: Dari Hidrologi Klasik ke SocioHydrology

Krisis air global saat ini bukan hanya soal kekurangan air, tetapi juga soal kegagalan sistem sosial dalam mengelola sumber daya tersebut secara adil dan berkelanjutan. Artikel karya Xia, Dong, dan Zou (2022) menelusuri evolusi sociohydrology sebagai disiplin baru yang menjembatani ilmu alam dan sosial untuk memahami dinamika timbal balik antara manusia dan sistem hidrologi. Dengan menyoroti empat isu ilmiah utama dan tantangan metodologis, artikel ini menjadi peta jalan penting bagi masa depan pengelolaan air berbasis keberlanjutan.

 Evolusi SocioHydrology: Tiga Tahap Paradigma

Penulis menguraikan perkembangan paradigma hidrologi dalam tiga fase:

1. Pra1970an: Fokus pada dampak manusia terhadap air (I=PAT).

2. 1970–2010an: Interaksi dua arah antara manusia dan air (hydrosociology, IWRM).

3. Pasca2012: Coevolution manusiaair melalui pendekatan sociohydrology (Sivapalan et al., 2012).

Transformasi ini mencerminkan pergeseran dari pendekatan eksogen ke endogen, di mana manusia bukan hanya pengguna air, tetapi juga bagian dari sistem dinamis yang saling memengaruhi.

 Empat Isu Ilmiah Kunci dalam SocioHydrology

1. Evolusi Jangka Panjang Sistem SosioHidrologi 

   Studi historis menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan, proyek irigasi besar, dan polusi industri memiliki efek jangka panjang terhadap kualitas dan kuantitas air. Misalnya, proyek bendungan besar dapat mengubah pola aliran sungai selama ratusan tahun.

2. Deskripsi Kuantitatif dan Mekanisme Penggerak 

   Penulis menekankan pentingnya metode kuantitatif seperti content analysis, mapping knowledge domain, dan model berbasis agen (ABM) untuk memahami dinamika sosialair. Contoh: Wei et al. (2015) menganalisis evolusi isu air di Australia melalui 150 tahun arsip surat kabar.

3. Prediksi Jalur KoEvolusi Sistem SosialAir 

   Tantangan utama adalah mengakomodasi ketidakpastian perilaku manusia dalam model prediktif. Faktor seperti nilai, kepercayaan, dan pendidikan memengaruhi respons terhadap kebijakan air. Big data dan media sosial mulai digunakan untuk menangkap dinamika ini secara realtime.

4. Manajemen Terintegrasi Sumber Daya Air (IWRM) Berbasis Sistem 

   Sociohydrology mendukung IWRM dengan menyediakan kerangka kerja untuk mengevaluasi dampak kebijakan dan merancang intervensi adaptif. Contoh sukses: penerapan IWRM di MurrayDarling Basin, Australia.

 Studi Kasus dan Model Terapan

Artikel ini menyajikan berbagai studi kasus dari 10 tahun terakhir, termasuk:

  •  Iran: Aghaie et al. (2020) menggunakan ABM untuk mensimulasikan pasar air tanah berbasis norma sosial.
  •  India: Srinivasan et al. (2015) mengembangkan model multihipotesis untuk menjelaskan penyusutan Sungai Arkavathy.
  •  Pakistan: Sawada & Hanazaki (2020) mengintegrasikan data dan model untuk memahami interaksi manusiabanjir di Punjab.
  •  Bangladesh: Yu et al. (2017) menerapkan evolutionary game theory untuk menganalisis ketahanan banjir berbasis institusi lokal.

Model yang digunakan mencakup system dynamics, Bayesian networks, dan conceptual models, menunjukkan keragaman pendekatan dalam sociohydrology.

 Kritik dan Kesenjangan Penelitian

Penulis mengidentifikasi tiga celah utama:

 Kurangnya mekanisme interaksi yang jelas antara sistem sosial dan hidrologi.

 Dominasi pendekatan kualitatif, padahal prediksi membutuhkan kuantifikasi yang kuat.

 Keterbatasan data lintas disiplin, terutama dalam skala spasial dan temporal yang sesuai.

Selain itu, banyak model masih menyederhanakan perilaku manusia dan gagal menangkap dinamika nilai, konflik, dan institusi secara mendalam.

 Peluang Masa Depan: Interdisiplin dan Big Data

Sociohydrology memiliki peluang besar untuk berkembang melalui:

  •  Integrasi teori dari ilmu sosial seperti sosiologi, ekonomi air, dan sistem kompleks.
  •  Pemanfaatan big data dari media sosial, sensor lingkungan, dan data spasial untuk meningkatkan akurasi model.
  •  Pengembangan model prediktif adaptif yang mampu menangkap respons tak terduga dari masyarakat terhadap kebijakan air.

Contoh: penggunaan data Twitter untuk memetakan persepsi publik terhadap krisis air di Cape Town (Ren et al., 2019).

 Kontribusi terhadap SDGs dan Tata Kelola Global

Sociohydrology berperan penting dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya:

  •  SDG 6: Air bersih dan sanitasi
  •  SDG 11: Kota dan komunitas berkelanjutan
  •  SDG 13: Aksi iklim

Dengan pendekatan sistemik dan partisipatif, sociohydrology dapat membantu merancang kebijakan air yang lebih adil, adaptif, dan berbasis bukti.

 Kesimpulan: Ilmu Baru untuk Dunia yang Berubah

Artikel ini menegaskan bahwa sociohydrology bukan sekadar cabang baru dari hidrologi, tetapi paradigma ilmiah baru yang menjawab kompleksitas dunia modern. Dengan menggabungkan sejarah, prediksi, dan manajemen dalam satu kerangka, disiplin ini menawarkan harapan baru untuk mengatasi krisis air global secara berkelanjutan dan inklusif.

Sumber Artikel

Xia, J., Dong, Y., & Zou, L. (2022). Developing sociohydrology: Research progress, opportunities and challenges. Journal of Geographical Sciences, 32(11), 2131–2146.