Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam beberapa tahun terakhir telah membangun dan menerapkan sistem pembelajaran berdasarkan prestasi lulusan, melalui sistem pembelajaran Outcome Based Education atau OBE. OBE merupakan sistem pendidikan tinggi yang menitikberatkan pada capaian pembelajaran dengan mengacu pada kriteria dan kompetensi lulusan yang dirancang oleh suatu program. Dalam pelaksanaannya, sistem OBE menggunakan pendekatan yang menekankan pada keberlangsungan proses pembelajaran secara inovatif, interaktif dan efektif.
Teknik Geologi sebagai bagian dari Fakultas Teknik Universitas Diponegoro juga menerapkan sistem OBE dalam proses pembelajaran mahasiswa. Untuk memenuhi standar penerapan OBE, Teknik Geologi telah mengembangkan kriteria dan kompetensi lulusan Teknik Geologi sebagai berikut:
- Menguasai teori, konsep dan paradigma ilmu dan teknologi kebumian.
- Mampu melaksanakan penelitian dan mengembangkan ilmu dan teknologi kebumian.
- Mampu mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan penerapan ilmu dan teknologi kebumian serta merumuskan penyelesaian yang tepat.
Pencapaian kriteria lulusan tersebut sebenarnya tidak mudah dan memerlukan komitmen dari seluruh pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. Salah satu kendala yang terlihat jelas di depan mata kita adalah terkait kurikulum yang kemudian menjadi terlalu padat karena harus mampu menampung seluruh hasil pembelajaran sesuai dengan capaian lulusan yang diharapkan.
Akibat padatnya kurikulum, proses pembelajaran itu sendiri menjadi terhambat. Ini merupakan dilema yang tidak ada habisnya dan mahasiswalah yang paling menderita karenanya. Pada akhirnya kriteria pencapaian lulusan yang diharapkan tidak tercapai secara maksimal pula.
Berkaca pada kriteria lulusan bidang ilmu kebumian pada perguruan tinggi di luar negeri, lulusan sarjana atau sarjana lebih ditekankan pada penguasaan konsep dasar dan sedikit mengenal penerapan ilmu kebumian dalam bidang industri. Mata kuliah terapan Teknik Geologi di Indonesia selama ini diajarkan mulai tingkat 3 (semester 5 dan 6), baru kemudian diajarkan pada jenjang pendidikan tinggi di luar negeri.
Perbedaan besar ini bukan tanpa alasan, jelas Indonesia membutuhkan lulusan Sarjana Teknik Geologi yang siap bekerja di berbagai bidang industri seperti perminyakan, pertambangan, hidrologi, konstruksi, dan lain sebagainya karena tingginya permintaan. Oleh karena itu, mau tidak mau, sistem pendidikan tinggi di Indonesia diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dalam waktu singkat.
Oleh karena itu, sesungguhnya prestasi lulusan yang dihimpun departemen Teknik Geologi di Indonesia bukanlah suatu cacat yang harus diperbaiki dan disamakan dengan lulusan universitas di luar negeri. Hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan industri.
Disadur dari: geologi.ft.undip.ac.id