Sektor Unggulan Tapi Tak Merata: Ketimpangan Ekonomi Jawa Timur Terungkap!

Dipublikasikan oleh

21 Mei 2025, 09.37

Sumber: Pixabay

Pendahuluan

Ketimpangan ekonomi antarwilayah di Indonesia, termasuk di Provinsi Jawa Timur, masih menjadi tantangan utama dalam pembangunan nasional. Skripsi karya Dina Layli Susanti dari UIN Sunan Ampel Surabaya berjudul "Analisis Klasifikasi Sektor Lapangan Usaha dan Ketimpangan Wilayah di Provinsi Jawa Timur Tahun 2018–2022" mencoba menjawab persoalan tersebut. Penelitian ini menyoroti sektor-sektor potensial penyumbang pertumbuhan ekonomi dan bagaimana distribusi pertumbuhan tersebut berkontribusi terhadap ketimpangan antar wilayah.

Dengan memanfaatkan metode kuantitatif deskriptif, penelitian ini mengombinasikan tiga pendekatan utama: Location Quotient (LQ), Tipologi Klassen, dan Indeks Williamson. Ketiganya digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis dan non-basis serta mengukur tingkat ketimpangan ekonomi di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.

Latar Belakang

Pembangunan ekonomi wilayah idealnya dapat merata, namun kenyataan menunjukkan masih adanya jurang perbedaan antara wilayah maju dan tertinggal. Hal ini dapat disebabkan oleh:

  • Kesenjangan potensi sumber daya alam dan manusia

  • Distribusi investasi yang tidak merata

  • Fokus pembangunan yang terpusat pada sektor tertentu

Identifikasi sektor unggulan tiap daerah diperlukan untuk mendesain kebijakan pembangunan yang lebih adil dan berbasis potensi lokal.

Metodologi

Penelitian menggunakan data sekunder dari BPS tahun 2018–2022. Alat analisis yang digunakan:

  1. Location Quotient (LQ):

    • Untuk menentukan sektor basis (unggulan) dan non-basis.

    • LQ > 1 menunjukkan sektor basis.

  2. Tipologi Klassen:

    • Mengelompokkan sektor ke dalam 4 kuadran:

      • Kuadran I: sektor maju dan tumbuh pesat

      • Kuadran II: sektor maju tapi tertekan

      • Kuadran III: sektor potensial namun tertinggal

      • Kuadran IV: sektor tidak unggul dan tertinggal

  3. Indeks Williamson (IW):

    • Mengukur ketimpangan pembangunan antarwilayah.

    • Nilai IW mendekati 1 menandakan ketimpangan tinggi.

Hasil Penelitian

1. Analisis LQ – Sektor Basis

Lima sektor dengan nilai LQ > 1 (sektor basis di Jatim):

  • Industri pengolahan

  • Pengadaan air

  • Penyediaan akomodasi

  • Informasi dan komunikasi

  • Perdagangan besar & reparasi mobil/motor

12 sektor lainnya tergolong non-basis karena nilai LQ < 1. Sektor basis ini menjadi tulang punggung perekonomian Jawa Timur.

2. Tipologi Klassen – Kuadran Dominan

Empat sektor masuk dalam Kuadran I (maju & tumbuh pesat):

  • Industri Pengolahan

  • Pengadaan Air

  • Perdagangan Besar dan Reparasi Mobil/Sepeda Motor

  • Penyediaan Akomodasi

Artinya, sektor-sektor ini tidak hanya dominan tetapi juga berkembang dengan cepat dan bisa menjadi fokus investasi daerah.

3. Indeks Williamson – Ketimpangan Tinggi

Hasil perhitungan IW dari tahun 2018–2022 menunjukkan angka mendekati 1, menandakan ketimpangan yang cukup tinggi dan cenderung meningkat. Ini berarti pertumbuhan ekonomi belum merata dan hanya dinikmati oleh sebagian wilayah seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Malang.

Analisis Tambahan & Opini

Signifikansi Temuan

Sektor basis seperti industri pengolahan dan informasi-komunikasi memainkan peran strategis dalam pertumbuhan regional. Namun, jika pertumbuhan ini hanya terpusat di wilayah tertentu, maka akan memperparah ketimpangan.

Kritik terhadap Penelitian

  • Tidak dilakukan analisis regresi untuk mengetahui hubungan kausal antara sektor unggulan dan ketimpangan.

  • Tipologi Klassen hanya mengelompokkan sektor, belum menganalisis penyebab stagnasi sektor di Kuadran IV.

  • Indeks Williamson sebagai alat ukur ketimpangan bersifat agregat dan tidak menunjukkan sebaran spesifik.

Studi Kasus Daerah

  • Surabaya dan Sidoarjo mendominasi sektor industri pengolahan, informasi, dan perdagangan.

  • Madura dan daerah tapal kuda seperti Bondowoso dan Situbondo cenderung tertinggal dalam hampir semua sektor.

Implikasi Kebijakan

  • Pemerataan Investasi: Mendorong sektor basis masuk ke wilayah tertinggal dengan insentif investasi.

  • Diversifikasi Ekonomi: Mendorong pertumbuhan sektor potensial di Kuadran III agar bisa naik kelas.

  • Perencanaan Wilayah: Integrasikan hasil LQ dan Tipologi Klassen dalam RPJMD provinsi.

  • Penguatan Data Mikro: Dibutuhkan data sektoral tahunan untuk memantau dinamika pertumbuhan ekonomi daerah secara real-time.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

  • Selaras dengan temuan Enrico (2019) tentang konsentrasi sektor basis di wilayah perkotaan Jawa Timur.

  • Bertentangan dengan Rajab et al. (2021) yang menyebut ketimpangan di Jatim mulai menurun pasca COVID-19.

  • Pendekatan Tipologi Klassen juga digunakan dalam penelitian Sari et al. (2019) pada kawasan Subosukawonosraten.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat sektor ekonomi yang berkembang pesat di Jawa Timur, ketimpangan wilayah tetap tinggi. Klasifikasi sektor basis dan kuadran pertumbuhan dapat digunakan sebagai acuan penyusunan kebijakan pembangunan berbasis potensi lokal.

Saran

  • Lakukan studi lanjutan dengan pendekatan kuantitatif regresi dan spasial.

  • Tingkatkan kapasitas SDM daerah tertinggal untuk mengelola sektor potensial.

  • Kembangkan program pelatihan industri digital dan logistik di luar wilayah Surabaya.

Sumber

Susanti, D. L. (2024). Analisis Klasifikasi Sektor Lapangan Usaha dan Ketimpangan Wilayah di Provinsi Jawa Timur Tahun 2018–2022. Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya. http://digilib.uinsa.ac.id/3932/