Risiko dalam Proyek Design and Build di Indonesia: Analisis Mendalam dan Strategi Pengelolaan yang Efektif

Dipublikasikan oleh Anisa

05 Mei 2025, 10.28

Unplash.com

Pendahuluan: Kompleksitas Proyek Design and Build di Indonesia

Model proyek design and build (D&B) semakin populer di industri konstruksi Indonesia karena efisiensi waktu dan biaya yang ditawarkannya. Namun, kompleksitas dan integrasi antara desain serta pelaksanaan membuat model ini sarat risiko. Paper karya Muhammad Farhan Ramadhan mengkaji secara komprehensif jenis-jenis risiko yang sering terjadi pada proyek D&B di Indonesia dan menawarkan strategi pengelolaan berbasis analisis kuantitatif.

Latar Belakang dan Fokus Penelitian

Proyek D&B di Indonesia mengalami peningkatan pesat, seiring dengan perkembangan infrastruktur dan tuntutan efisiensi. Metode ini menyatukan tanggung jawab desain dan konstruksi pada satu entitas kontraktor, sehingga mempercepat proses dan mengurangi konflik. Namun, model ini juga memunculkan tantangan risiko yang unik: dari ketidakjelasan spesifikasi awal, potensi perbedaan persepsi, hingga perubahan desain mendadak saat proyek berjalan.

Penelitian ini bertujuan untuk:

  • Mengidentifikasi risiko signifikan dalam proyek D&B di Indonesia.

  • Mengukur probabilitas dan dampaknya.

  • Menyusun strategi mitigasi berdasarkan analisis data lapangan.

Metodologi: Survei, Analisis Risiko, dan Matriks Evaluasi

Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei yang disebarkan kepada para profesional di bidang konstruksi (konsultan, kontraktor, pemilik proyek). Kuesioner dirancang untuk mengukur persepsi terhadap:

  • Kemungkinan terjadinya risiko (probability).

  • Dampak risiko terhadap proyek (impact).

  • Tingkat signifikansi risiko (risk significance).
     

Masing-masing risiko kemudian dipetakan dalam matriks probabilitas-dampak untuk mengidentifikasi prioritas pengelolaan.

Responden:
Sebanyak 48 profesional konstruksi di Indonesia, terdiri dari:

  • 40% dari perusahaan kontraktor.

  • 33% dari konsultan pengawas atau perencana.

  • 27% dari pemilik proyek (owner representative).
     

Temuan Utama: 10 Risiko Paling Signifikan dalam Proyek D&B

Dari hasil analisis, 10 risiko teratas dalam proyek D&B di Indonesia berdasarkan risk significance adalah:

  1. Perubahan desain selama konstruksi.

  2. Ketidaksesuaian antara desain dan kebutuhan di lapangan.

  3. Ketidakjelasan lingkup pekerjaan di awal.

  4. Kurangnya koordinasi antara tim desain dan konstruksi.

  5. Kurangnya pengalaman kontraktor dalam proyek D&B.

  6. Keterlambatan pengambilan keputusan oleh owner.

  7. Kegagalan dalam memahami kebutuhan pengguna akhir.

  8. Kesalahan dalam estimasi biaya proyek.

  9. Ketidaksesuaian antara jadwal desain dan jadwal konstruksi.

  10. Ketidaktepatan waktu dalam penyediaan material.
     

Sebagian besar risiko tersebut bersumber dari komunikasi yang buruk dan kurangnya perencanaan terpadu antara desain dan konstruksi—dua aspek yang dalam model D&B seharusnya saling menguatkan.

Studi Kasus dan Konteks Industri di Indonesia

Dalam konteks Indonesia, banyak proyek D&B dikerjakan oleh perusahaan yang belum terbiasa mengelola aspek desain secara komprehensif. Misalnya, pada pembangunan jalan tol atau fasilitas publik (seperti LRT Jakarta), sering ditemukan perubahan desain di tengah jalan akibat ketidakjelasan dokumen awal atau perbedaan interpretasi antarpihak. Hal ini menyebabkan penundaan dan pembengkakan biaya, dua masalah klasik dalam proyek D&B.

Contoh konkret bisa dilihat pada proyek pembangunan RSUD di beberapa daerah yang menggunakan skema D&B, namun mengalami revisi gambar kerja di tahap konstruksi karena kurangnya koordinasi awal antara desainer dan eksekutor.

Strategi Mitigasi: Membangun Sistem Manajemen Risiko Proaktif

Penelitian ini tidak hanya mengidentifikasi risiko, tetapi juga menyusun strategi mitigasi yang relevan, antara lain:

  • Kick-off meeting yang menyeluruh antara tim desain dan konstruksi sejak awal proyek.

  • Dokumentasi kebutuhan pengguna akhir secara detail, termasuk skenario penggunaan bangunan.

  • Review desain berkala yang melibatkan semua stakeholder, termasuk kontraktor lapangan.

  • Pelatihan dan sertifikasi kontraktor untuk proyek D&B agar memahami alur kerja desain.

  • Kontrak berbasis risiko (risk-based contract) dengan klausul fleksibilitas namun terkendali.

Strategi ini sangat relevan dengan praktik internasional, di mana proyek D&B sukses biasanya didukung oleh manajemen risiko yang terstruktur dan kolaboratif.

Perbandingan dengan Studi Sebelumnya

Menariknya, temuan Ramadhan selaras dengan riset internasional, seperti oleh Molenaar et al. (2000) dan Ling et al. (2004), yang juga menempatkan risiko desain sebagai titik kritis dalam proyek D&B. Namun, kontribusi unik dari penelitian ini adalah fokusnya pada konteks Indonesia yang masih berkembang dan cenderung kurang memiliki standar komunikasi yang kuat dalam proyek konstruksi terpadu.

Sementara di negara-negara maju sudah ada software kolaboratif seperti BIM (Building Information Modeling) yang terintegrasi dalam proyek D&B, di Indonesia implementasinya masih sangat terbatas. Ini memperkuat argumen bahwa manajemen risiko di sini harus difokuskan pada soft skill seperti komunikasi, pengambilan keputusan, dan penyusunan kebutuhan awal proyek.

Implikasi Praktis dan Rekomendasi

Penelitian ini memberikan panduan nyata bagi pelaku industri konstruksi di Indonesia:

  • Owner harus lebih aktif dalam menyampaikan ekspektasi secara jelas sejak awal.

  • Kontraktor perlu meningkatkan kapabilitas desain internal, bukan hanya mengandalkan subkontraktor.

  • Konsultan perencana dan pengawas wajib menjembatani komunikasi antara tim desain dan lapangan.
     

Lebih jauh lagi, pemerintah dan asosiasi konstruksi dapat mendorong standar kompetensi khusus untuk proyek D&B, serta mewajibkan penyusunan dokumen design brief yang lengkap.

Kritik dan Saran Pengembangan

Meskipun metode survei memberikan gambaran umum, penelitian ini bisa lebih tajam jika disertai dengan studi kasus kualitatif dari proyek nyata, lengkap dengan data waktu, biaya, dan hasil. Pendekatan mixed-method akan memberikan nuansa yang lebih dalam, terutama pada aspek sosial dan organisasi yang tidak tergambar lewat angka saja.

Selain itu, penggunaan software seperti Monte Carlo Simulation atau FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) bisa memperkuat analisis risiko secara teknis dan prediktif.

Penutup: Membangun Proyek D&B yang Tangguh

Proyek design and build menjanjikan efisiensi, namun di sisi lain, kompleksitas dan ketidakpastian harus dikelola dengan sistematis. Penelitian ini menjadi kontribusi penting dalam mengisi kekosongan literatur lokal tentang risiko proyek D&B di Indonesia, dan menyodorkan solusi yang praktis serta kontekstual.

Bagi pelaku industri, ini adalah pengingat bahwa keberhasilan proyek tidak hanya bergantung pada desain hebat atau teknologi mutakhir, tetapi juga pada kemampuan memahami dan mengelola risiko sejak awal.

Sumber:

Ramadhan, M.F. (2024). Risk Management on Design and Build Construction Project in Indonesia. Universitas Indonesia.
[DOI dan akses resmi akan ditambahkan bila tersedia dari jurnal publikasi]