Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi pada Pemasangan Bata Ringan: Analisis Mendalam dan Implikasi Lapangan

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj

30 April 2025, 11.02

pexels.com

Pendahuluan: Mengapa Produktivitas Tenaga Kerja Itu Krusial?

Dalam industri konstruksi yang kompetitif dan padat modal, produktivitas tenaga kerja menjadi indikator vital keberhasilan proyek. Produktivitas yang tinggi bukan hanya mempercepat waktu penyelesaian proyek, tetapi juga menghemat biaya dan mengurangi pemborosan sumber daya. Salah satu pekerjaan yang sering luput dari perhatian analisis produktivitas adalah pemasangan dinding bata ringan, padahal material ini semakin populer di tengah tren pembangunan vertikal dan efisiensi struktur.

Penelitian oleh Fiqra Afrian, Fitriah Mas’ud, dan La Ode Muhamad Nurrakhmad Arsyad menjawab kebutuhan tersebut dengan menganalisis produktivitas tukang dalam pekerjaan pemasangan bata ringan menggunakan acuan Peraturan Menteri PUPR No. 1 Tahun 2022 tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP).

Metodologi: Studi Empiris dengan Pendekatan Kuantitatif

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan metode survei lapangan langsung pada proyek pembangunan rusun ASN IAIN Kendari. Peneliti mencatat data aktivitas tukang selama 6 hari kerja, mengamati durasi waktu kerja produktif dan non-produktif, serta mengukur volume pekerjaan yang dihasilkan.

Pengukuran produktivitas dilakukan berdasarkan dua kategori:

  1. Tukang Pasang Bata Ringan

  2. Pekerja Pembantu Tukang (Kenek)

Data ini kemudian dibandingkan dengan standar AHSP PUPR No. 1 Tahun 2022 untuk mengetahui kesenjangan antara realita di lapangan dan teori pemerintah.

Hasil dan Temuan Utama

1. Produktivitas Tukang

  • Hasil Lapangan: Rata-rata 0,66 m²/jam.

  • Standar PUPR: 0,57 m²/jam.

Produktivitas tukang di proyek ini melampaui standar sebesar 15,8%.

2. Produktivitas Pekerja (Kenek)

  • Hasil Lapangan: 0,82 m²/jam.

  • Standar PUPR: 0,72 m²/jam.

 Produktivitas pekerja juga lebih tinggi, dengan selisih 13,9%.

3. Durasi Jam Kerja

  • Waktu kerja efektif per hari: ± 6,65 jam dari total 8 jam.

  • Aktivitas non-produktif (menunggu bahan, istirahat tidak terjadwal) memakan waktu hingga ± 1,35 jam/hari.

Fakta ini menunjukkan potensi peningkatan efisiensi waktu kerja sebesar 16,9% jika waktu non-produktif bisa ditekan.

Analisis dan Interpretasi Tambahan

Mengapa Produktivitas Lebih Tinggi dari Standar?

Beberapa faktor yang kemungkinan besar mempengaruhi:

  • Spesialisasi Tenaga Kerja: Pekerja sudah terbiasa dengan metode kerja bata ringan.

  • Manajemen Proyek yang Efisien: Koordinasi antar divisi dan penyediaan bahan yang tepat waktu meminimalkan waktu tunggu.

  • Motivasi dan Insentif: Sistem upah harian atau borongan dapat memicu semangat kerja lebih tinggi.

Studi Kasus Tambahan: Proyek Gedung Tinggi di Jakarta

Pada proyek pembangunan apartemen di Jakarta tahun 2023 yang menggunakan bata ringan precast, ditemukan bahwa produktivitas tukang bisa mencapai 0,70–0,75 m²/jam—lebih tinggi dari standar namun sejalan dengan temuan Afrian dkk. Ini menunjukkan bahwa standar pemerintah perlu dievaluasi ulang secara berkala untuk menyesuaikan dengan kemajuan teknologi dan kebiasaan lapangan.

Tantangan Umum di Lapangan

Berikut beberapa hambatan umum dalam pekerjaan bata ringan yang dapat menurunkan produktivitas:

  • Keterlambatan pengadaan bahan bangunan.

  • Kurangnya pelatihan khusus pemasangan bata ringan.

  • Penjadwalan kerja yang tidak optimal (misalnya overlap dengan pekerjaan MEP).

Dengan perencanaan yang lebih presisi dan manajemen waktu yang disiplin, hambatan ini bisa ditekan.

Nilai Tambah Penelitian: Relevansi dengan Industri Konstruksi Terkini

1. Validasi Lapangan terhadap Regulasi

Penelitian ini memberikan feedback nyata terhadap AHSP yang digunakan sebagai rujukan seluruh Indonesia. Ketika data aktual di lapangan melebihi standar, ini menandakan potensi efisiensi biaya dan waktu yang belum dimanfaatkan secara optimal dalam perhitungan RAB (Rencana Anggaran Biaya).

2. Rekomendasi untuk Kontraktor dan Konsultan

Kontraktor dapat menggunakan data ini untuk memetakan estimasi kerja lebih realistis, serta menerapkan sistem insentif berbasis produktivitas aktual.

3. Relevansi terhadap Pembangunan Rendah Emisi

Penggunaan bata ringan yang lebih cepat dan efisien berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon dari kegiatan konstruksi, karena waktu proyek yang lebih singkat = konsumsi energi lebih rendah.

Kesimpulan dan Implikasi Praktis

Penelitian ini menyimpulkan bahwa produktivitas tukang dan pekerja dalam pekerjaan pemasangan bata ringan di proyek studi lebih tinggi dibandingkan standar nasional. Temuan ini memberi insight berharga bahwa standar AHSP PUPR No. 1 Tahun 2022 bisa saja perlu direvisi atau disesuaikan menurut kondisi regional dan kemajuan metode kerja.

Implikasi Praktis:

  • Bagi Kontraktor: Dapat mengoptimalkan jadwal proyek dan penghitungan tenaga kerja.

  • Bagi Pemerintah: Perlunya penyusunan AHSP yang lebih dinamis dan berbasis data lapangan terkini.

  • Bagi Akademisi: Membuka peluang riset lanjutan di bidang benchmarking produktivitas pekerja konstruksi.

Sumber Artikel

Fiqra Afrian, Fitriah Mas’ud, dan La Ode Muhamad Nurrakhmad Arsyad. “Analisis Produktivitas Tenaga Kerja pada Pekerjaan Dinding Bata Ringan Berdasarkan PUPR No. 1 Tahun 2022.” Dapat diakses melalui Journal of Advanced Civil Engineering