Prediksi Cerdas Sedimentasi Sungai Kal-e Shur: Solusi Machine Learning untuk Tantangan Erosi dan Banjir

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti

15 Mei 2025, 11.04

pexels.com

Mengapa Sedimentasi Jadi Masalah Besar?

Dalam dunia rekayasa lingkungan dan manajemen sumber daya air, sedimentasi sungai sering kali menjadi persoalan laten. Ia tak hanya merusak kualitas air, mempercepat pengendapan waduk, dan mengancam habitat akuatik, tapi juga memperbesar risiko banjir akibat kapasitas aliran sungai yang menurun. Di kawasan semi-arid seperti lembah Kal-e Shur di timur laut Iran, masalah ini menjadi semakin kompleks, mengingat curah hujan singkat yang menghasilkan aliran permukaan tinggi, serta kondisi geologis yang rentan erosi.

Inilah konteks yang diangkat oleh penelitian Zangeneh Asadi dkk., yang memadukan data spasial, algoritma pembelajaran mesin, dan analisis statistik untuk meramalkan beban sedimen tersuspensi (suspended sediment load)—sebuah inovasi penting dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS).

Sekilas tentang Wilayah Studi: Kal-e Shur, Kombinasi Alam Kering dan Banjir Mendadak

Kal-e Shur adalah sungai sepanjang 310 km yang membelah wilayah Sabzevar dengan cakupan DAS mencapai 21.343 km². Mengalir dari dataran tinggi Binalud hingga dataran rendah Mazinan, sungai ini menjadi tempat berkumpulnya limpasan dari berbagai arah, terutama selama musim hujan singkat yang intens. Kombinasi tanah dangkal, topografi curam, dan tutupan lahan yang minim menjadikan wilayah ini rentan terhadap erosi tinggi dan sedimentasi masif.

Metodologi: Perpaduan Data Besar dan Algoritma Cerdas

Data dan Parameter

Tim peneliti mengumpulkan data dari 354 titik pengukuran sedimen, mencakup variabel-variabel seperti debit air, curah hujan, jenis tanah, kemiringan lahan, dan kepadatan sungai. Semua data ini diolah menggunakan software seperti SPSS, ArcGIS, ENVI, R Studio, dan Excel.

Validitas data diuji menggunakan metode double mass curve untuk memastikan homogenitas sebelum data dibagi 70% untuk pelatihan model dan 30% untuk pengujian.

Algoritma Pembelajaran Mesin yang Digunakan

Enam algoritma utama digunakan untuk prediksi muatan sedimen:

  1. Gradient Boosting Machine (GBM)
  2. Bagging Ensemble (BE)
  3. Genetic Algorithm (GA)
  4. Naïve Bayes (NB)
  5. Gradient Boosting Decision Tree (GBDT)
  6. Extremely Randomized Trees (ERT)

Selain itu, Partial Least Squares (PLS) digunakan untuk analisis pengaruh faktor-faktor terhadap sedimentasi.

Temuan Kunci: GBM Memenangkan Lomba Prediksi

Dari seluruh model, GBM menunjukkan kinerja terbaik dengan nilai akurasi tinggi:

  • R² (koefisien determinasi): 0,95
  • RMSE (galat kuadrat rata-rata): 0,019
  • NSE (efisiensi Nash–Sutcliffe): 0,78
  • Tingkat kesalahan relatif: hanya 8,54% dalam estimasi konsentrasi sedimen

Ini menunjukkan GBM sangat presisi dalam menangkap dinamika kompleks sedimen tersuspensi.

Faktor-Faktor Penentu Sedimentasi: Bukan Hanya Hujan

Faktor Topografi dan Geologi

  • Kemiringan tanah (>30°) mempercepat aliran permukaan, mengurangi infiltrasi, dan meningkatkan erosi.
  • Jenis batuan seperti batu gamping, tufa, dan lempung berperan besar dalam produksi sedimen halus.
  • Jarak ke sungai mempengaruhi tingkat sedimentasi; semakin dekat, semakin tinggi potensi erosi tepi sungai.

Curah Hujan dan Vegetasi

  • Curah hujan intens berdurasi singkat menjadi pemicu utama limpasan permukaan.
  • Vegetasi minim menyebabkan ketidakstabilan tanah, yang mempermudah pengangkutan partikel tanah oleh air.

Aktivitas Manusia

  • Alih fungsi lahan dari padang rumput ke pertanian tanpa pengelolaan konservatif memperparah laju erosi.
  • Praktik pengolahan tanah dan penggembalaan berlebih mempercepat degradasi lahan.

Zoning Sedimentasi: Peta Panduan Mitigasi

Peneliti membuat peta zonasi sedimentasi menggunakan output dari masing-masing algoritma. Peta ini membagi kawasan menjadi lima tingkat risiko: sangat rendah hingga sangat tinggi.

  • Zona risiko tinggi: umumnya berada di wilayah tengah dan timur DAS
  • Korelasi kuat: antara intensitas curah hujan dan aktivitas manusia dengan tingkat sedimentasi

Peta ini bisa menjadi panduan strategis untuk menentukan lokasi prioritas intervensi konservasi tanah dan air.

Kritik dan Nilai Tambah: Apa yang Membuat Studi Ini Unik?

Lebih dari Sekadar Perbandingan Model

Tak seperti studi lain yang hanya membandingkan akurasi model, penelitian ini juga menggunakan uji statistik lanjutan (Friedman & Wilcoxon) untuk menguji signifikansi perbedaan antar model. Ini membuat kesimpulan mereka lebih kuat secara metodologis.

Pemanfaatan PLS

Penggunaan Partial Least Squares tidak hanya membantu dalam memilih variabel paling berpengaruh, tapi juga memperkaya interpretasi model. Variabel dengan pengaruh tertinggi seperti jenis batuan, kemiringan tanah, dan penggunaan lahan menjadi dasar pengambilan keputusan pengelolaan DAS.

Implikasi Praktis

Temuan ini relevan bagi:

  • Pengelola DAS: dalam perencanaan konservasi tanah dan pemetaan risiko banjir
  • Perencana kota: dalam tata ruang berbasis risiko bencana
  • Lembaga konservasi: untuk rehabilitasi kawasan rawan erosi

Kesimpulan: Machine Learning dan Pengelolaan DAS, Pasangan Ideal?

Penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran mesin bukan hanya alat prediksi futuristik, tetapi sudah menjadi solusi konkret bagi masalah lingkungan masa kini. Dengan akurasi tinggi dan fleksibilitas dalam menangani data multivariat, algoritma seperti GBM dan Bagging layak menjadi bagian dari sistem pendukung keputusan dalam pengelolaan sedimen.

Namun, peneliti juga jujur dengan keterbatasan studi: akurasi model masih tergantung pada kualitas data input, dan beban komputasi dari model kompleks cukup tinggi. Untuk ke depan, integrasi data real-time dan teknologi penginderaan jauh sangat potensial untuk memperkuat hasil prediksi.

Sumber

Zangeneh Asadi, M. A., Goli Mokhtari, L., Zandi, R., & Naemitabar, M. (2025). Modeling, evaluation and forecasting of suspended sediment load in Kal-e Shur River, Sabzevar Basin, in northeast of Iran. Applied Water Science, 15(44). https://doi.org/10.1007/s13201-025-02361-0