Perbandingan Metode 3D Finite Difference dan Shell-Spring dalam Desain Pembukaan Cross-Passage Terowongan: Studi Kasus dan Analisis Kekuatan Struktur

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

06 Mei 2025, 08.05

freepik.com

Pendahuluan: Pentingnya Analisis Pembukaan Cross-Passage pada Terowongan TBM

Dalam konstruksi terowongan menggunakan Tunnel Boring Machine (TBM), pembukaan cross-passage-jalur penghubung antara terowongan utama-merupakan tahap kritis yang menuntut perhatian khusus pada stabilitas struktur. Saat segmen precast lining dibuka untuk membuat cross-passage, terjadi redistribusi tegangan yang dapat mengancam integritas terowongan jika tidak ditangani dengan benar. Studi ini mengkaji dua metode analisis yang banyak digunakan untuk mengevaluasi beban dan tegangan pada lining terowongan: 3D Finite Difference Method (FDM) dan 3D Shell-Spring Model (SSM).

Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

Pembukaan cross-passage menyebabkan gangguan pada kontinuitas cincin segmen lining, sehingga gaya-gaya dalam struktur berubah dan perlu dianalisis secara akurat untuk memastikan keamanan. Metode FDM dan SSM memiliki pendekatan berbeda:

  • FDM (Finite Difference Method) menggunakan pendekatan numerik untuk memodelkan interaksi tanah-struktur secara detail.
  • SSM (Shell-Spring Model) menggunakan elemen struktural yang lebih sederhana untuk meniru perilaku lining dengan efisiensi komputasi lebih tinggi.

Penelitian bertujuan membandingkan efektivitas kedua metode ini dalam memprediksi gaya-gaya pada lining saat pembukaan cross-passage, serta menguji desain sistem penyangga sementara yang diperlukan.

Metodologi: Pendekatan Model dan Studi Kasus

Penulis menggunakan perangkat lunak FLAC3D untuk simulasi FDM dan SAP2000 untuk model SSM. Studi kasus yang dianalisis adalah pembukaan cross-passage antara dua terowongan bored tunnel dengan lining segmen precast.

  • Model memperhitungkan sambungan longitudinal dan circumferential antar segmen dan cincin.
  • Simulasi dilakukan sebelum dan sesudah pembukaan cross-passage untuk melihat perubahan gaya dalam lining.
  • Sistem penyangga baja sementara juga dimodelkan untuk menilai efektivitasnya dalam menahan beban tambahan.

Temuan Utama dan Analisis Data

Keselarasan Hasil Sebelum Pembukaan Cross-Passage

  • Kedua metode menghasilkan prediksi gaya anggota lining yang sejalan sebelum pembukaan cross-passage.
  • Ini menunjukkan bahwa untuk kondisi terowongan tanpa gangguan, model SSM yang lebih sederhana dapat menggantikan FDM dengan akurasi yang memadai.

Perbedaan Setelah Pembukaan Cross-Passage

  • Setelah pembukaan cross-passage, terjadi redistribusi tegangan yang kompleks.
  • Hasil gaya anggota lining dari FDM dan SSM mulai berbeda signifikan, terutama di area lateral pembukaan.
  • FDM mampu menangkap efek stres 3D yang lebih detail, sedangkan SSM cenderung menyederhanakan distribusi gaya.

Pengaruh Sambungan Antar Segmen dan Cincin

  • Penambahan model sambungan longitudinal dan circumferential pada lining menunjukkan pengaruh besar pada mekanisme transfer beban.
  • Sambungan ini memperlihatkan bagaimana beban dari cincin yang terbuka dialihkan ke cincin sebelahnya, penting untuk desain penyangga sementara.

Efektivitas Sistem Penyangga Baja Sementara

  • Pemasangan penyangga baja sementara secara signifikan mengurangi beban pada segmen lining yang terbuka.
  • Kedua metode mampu memodelkan pengaruh penyangga ini, meskipun dengan tingkat detail berbeda.
  • Sistem penyangga ini penting untuk menjaga stabilitas selama fase konstruksi pembukaan cross-passage.

Studi Kasus: Data Kuantitatif Penting

  • Model FDM dan SSM menunjukkan perbedaan gaya anggota hingga 15-20% setelah pembukaan.
  • Beban maksimum terjadi pada segmen lateral pembukaan cross-passage.
  • Sistem penyangga baja mengurangi beban tersebut hingga lebih dari 30%, meningkatkan faktor keamanan.

Opini dan Perbandingan dengan Penelitian Lain

Penelitian ini menegaskan bahwa model shell-spring yang lebih sederhana dapat digunakan untuk analisis awal dan desain sistem penyangga, terutama untuk mempercepat proses desain tanpa mengorbankan akurasi signifikan. Namun, untuk analisis mendalam dan validasi akhir, terutama pada area kritis seperti pembukaan cross-passage, metode finite difference 3D tetap lebih unggul karena mampu menangkap distribusi tegangan yang kompleks dan efek interaksi tanah-struktur lebih detail.

Dibandingkan dengan studi lain yang menggunakan metode elemen hingga penuh, pendekatan ini menawarkan keseimbangan antara akurasi dan efisiensi komputasi. Hal ini sangat relevan dalam proyek besar yang membutuhkan simulasi cepat namun tetap akurat.

Relevansi dengan Tren Industri dan Pembelajaran

Dalam industri konstruksi terowongan modern, penggunaan metode numerik yang efisien dan akurat sangat penting untuk mengurangi risiko kegagalan struktur dan meningkatkan keselamatan. Studi ini memberikan wawasan praktis bagi insinyur dan mahasiswa teknik sipil mengenai:

  • Pentingnya pemilihan metode analisis yang tepat sesuai fase konstruksi.
  • Peran sistem penyangga sementara dalam menjaga stabilitas struktur saat pembukaan cross-passage.
  • Integrasi antara simulasi numerik dan desain praktis untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.

Kesimpulan

Penelitian ini membuktikan bahwa 3D shell-spring model adalah alat yang efisien dan cukup akurat untuk analisis struktur lining terowongan tanpa pembukaan, serta untuk desain penyangga sementara. Namun, untuk kondisi setelah pembukaan cross-passage yang menimbulkan redistribusi tegangan kompleks, 3D finite difference method memberikan hasil yang lebih akurat dan detail. Kombinasi kedua metode ini dapat digunakan secara strategis untuk optimasi desain dan pelaksanaan konstruksi terowongan TBM dengan cross-passage.

Sumber : Hosameldin Khogali Suliman Hag Hamid (2023), Design and analysis of tunnel cross-passage opening: 3D finite difference analysis vs 3D shell-spring approach, Master of Science Thesis, Politecnico di Milano.