Peran Sustainable Finance dalam Mewujudkan SDGs: Analisis Kritis dan Studi Kasus Negara Eropa

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

04 Juli 2025, 10.29

pixabay.com

Dalam era perubahan iklim, ketimpangan sosial, dan tantangan ekonomi global, Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi kompas utama pembangunan dunia. Namun, pertanyaan besarnya: bagaimana membiayai 17 tujuan ambisius ini? Paper karya Magdalena Ziolo dkk. (2021) membedah secara mendalam hubungan antara model keuangan berkelanjutan (sustainable finance) dan pencapaian SDGs di negara-negara Uni Eropa anggota OECD. Artikel ini akan mengulas temuan utama, menyoroti studi kasus negara, serta mengaitkannya dengan tren global dan tantangan nyata di lapangan.

Apa Itu Sustainable Finance dan Mengapa Penting untuk SDGs?

Sustainable finance adalah paradigma baru dalam dunia keuangan yang mengintegrasikan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) ke dalam pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan. Berbeda dengan keuangan konvensional yang hanya mengejar profit, sustainable finance menempatkan dampak sosial dan lingkungan sebagai pertimbangan utama.

Tantangan Pendanaan SDGs

  • Kesenjangan pendanaan global: IMF memperkirakan negara berkembang menghadapi gap pendanaan hingga USD 2,6 triliun per tahun untuk sektor-sektor vital seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
  • Kebutuhan transformasi sistem keuangan: Untuk mencapai SDGs, dibutuhkan pergeseran dari “miliar” ke “triliun” dolar dalam pembiayaan pembangunan.

Model Sustainable Finance: Dari Konvensional ke Transformasional

Penelitian ini mengadopsi kerangka dari Schoenmaker (2017) yang membagi model keuangan menjadi empat tipe:

  • Konvensional: Fokus pada profit, minim pertimbangan ESG.
  • Sustainable Finance 1.0: Hindari investasi di sektor “dosa” (misal, rokok, senjata), namun belum internalisasi eksternalitas.
  • Sustainable Finance 2.0: Internalize eksternalitas sosial dan lingkungan untuk mengurangi risiko.
  • Sustainable Finance 3.0: Keuangan sebagai motor utama pembangunan berkelanjutan, dengan keseimbangan antara profit, sosial, dan lingkungan.

Studi Kasus: Negara Skandinavia dan Belanda sebagai Role Model

Ranking dan Pencapaian SDGs

Berdasarkan analisis 23 negara Uni Eropa anggota OECD, ditemukan bahwa negara-negara Skandinavia (Denmark, Finlandia, Swedia) dan Belanda konsisten menempati posisi teratas baik dalam penerapan sustainable finance maupun pencapaian SDGs.

  • Swedia: Masuk kelompok teratas untuk 8 dari 15 SDGs yang dianalisis, serta menjadi pemimpin dalam sustainable finance.
  • Denmark dan Belanda: Selalu berada di peringkat atas untuk tujuan-tujuan utama seperti pengentasan kemiskinan (SDG1), pendidikan (SDG4), inovasi industri (SDG9), dan aksi iklim (SDG13).

Data Penting

  • Swedia: Skor tertinggi untuk SDG1 (pengentasan kemiskinan), SDG4 (pendidikan), SDG5 (kesetaraan gender), SDG8 (pertumbuhan ekonomi), SDG9 (inovasi), SDG13 (aksi iklim), SDG15 (ekosistem darat), SDG16 (institusi damai), dan SDG17 (kemitraan global).
  • Denmark: Skor sempurna (1.000) untuk sustainable finance, menandakan integrasi penuh antara keuangan publik dan privat dalam mendukung SDGs.
  • Belanda: Konsisten di atas rata-rata untuk 11 dari 15 SDGs, menegaskan pentingnya model keuangan berkelanjutan yang matang.

Kontras Negara Lain

  • Hungaria, Lithuania, Spanyol: Masih menerapkan model keuangan konvensional, dengan pencapaian SDGs yang tertinggal, terutama pada tujuan lingkungan dan inovasi.
  • Jerman, Inggris, Austria: Sudah mengadopsi sustainable finance 2.0, namun masih menghadapi tantangan besar dalam pengurangan emisi dan transisi energi.

Korelasi Kuat antara Sustainable Finance dan SDGs

Penelitian ini menggunakan analisis statistik (taxonomic measure dan correspondence analysis) untuk menguji hubungan antara model keuangan dan pencapaian SDGs.

  • Korelasi tertinggi ditemukan antara sustainable finance dan SDG17 (kemitraan global) serta SDG9 (inovasi industri), dengan koefisien Pearson di atas 0,7.
  • Hubungan signifikan juga terlihat pada SDG1 (pengentasan kemiskinan), SDG3 (kesehatan), SDG4 (pendidikan), SDG5 (kesetaraan gender), SDG8 (pertumbuhan ekonomi), dan SDG16 (institusi damai).
  • Variasi tinggi: Koefisien variasi untuk pencapaian SDGs antar negara mencapai 40–100%, menandakan adanya gap besar dalam implementasi di Eropa.

Analisis Kritis: Kekuatan, Kelemahan, dan Implikasi Kebijakan

Kekuatan Studi

  • Pendekatan inovatif: Fokus pada model keuangan, bukan sekadar sumber dana, memberikan perspektif baru dalam studi SDGs.
  • Data komprehensif: Analisis 98 variabel dari 23 negara, mencakup indikator sosial, ekonomi, dan lingkungan.
  • Validasi eksternal: Hasil konsisten dengan berbagai indeks global seperti Sustainable Competitiveness Index dan SDG Index.

Kelemahan dan Tantangan

  • Keterbatasan data: SDG6 (air bersih) dan SDG14 (ekosistem laut) tidak dianalisis karena kurangnya data yang seragam.
  • Kesenjangan antar negara: Negara dengan model keuangan konvensional cenderung hanya berhasil pada SDG1 (pengentasan kemiskinan), namun gagal pada tujuan lingkungan dan inovasi.
  • Ketergantungan pada kebijakan publik: Model keuangan publik saja tidak cukup untuk mendanai inovasi dan transisi energi; butuh sinergi dengan sektor privat.

Implikasi Kebijakan

  • Negara dengan sustainable finance 3.0 (Skandinavia, Belanda) mampu mencapai hampir semua SDGs, terutama aksi iklim dan inovasi.
  • Negara dengan model 2.0 (Jerman, Austria, Inggris) masih perlu memperkuat kebijakan lingkungan dan inovasi teknologi.
  • Negara dengan model 1.0 atau konvensional (Hungaria, Spanyol, Lithuania) harus mempercepat reformasi keuangan dan memperluas instrumen keuangan hijau.

Studi Kasus Nyata: Transformasi Keuangan di Swedia

Swedia menjadi contoh nyata bagaimana integrasi keuangan publik dan privat dapat mempercepat pencapaian SDGs:

  • Green Bond Market: Swedia adalah pelopor penerbitan green bond di Eropa, dengan bank seperti SEB dan Nordea aktif membiayai proyek energi terbarukan.
  • Sistem pajak lingkungan: Pajak karbon dan insentif fiskal mendorong inovasi dan investasi di sektor hijau.
  • Keterlibatan sektor privat: Perusahaan-perusahaan besar di Swedia secara aktif mengadopsi standar ESG dan melaporkan dampak keberlanjutan secara transparan.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

  • Gambetta et al. (2019): Studi di Uruguay menunjukkan bahwa model keuangan publik saja hanya efektif untuk SDG1, namun gagal pada tujuan lain tanpa dukungan sektor privat.
  • Discover the SDGs (2015): Negara-negara Skandinavia selalu menempati posisi teratas dalam pencapaian SDGs, terutama karena integrasi kebijakan fiskal dan keuangan pasar.
  • Sustainable Competitiveness Index (2019): Swedia, Denmark, dan Finlandia selalu berada di lima besar dunia dalam daya saing berkelanjutan.

Tren Global: Masa Depan Sustainable Finance dan SDGs

Inovasi dan Kolaborasi

  • Green finance: Instrumen seperti green bond, social bond, dan ESG fund semakin populer di pasar global.
  • Kolaborasi lintas sektor: Pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil harus bersinergi untuk menciptakan ekosistem keuangan yang mendukung SDGs.
  • Teknologi digital: Fintech dan blockchain mulai digunakan untuk transparansi dan efisiensi pembiayaan berkelanjutan.

Tantangan Masa Depan

  • Transisi energi: Negara dengan ketergantungan tinggi pada bahan bakar fosil harus mempercepat adopsi energi terbarukan.
  • Ketimpangan sosial: Sustainable finance harus memastikan inklusi keuangan dan akses bagi kelompok rentan.
  • Pengukuran dampak: Standarisasi indikator ESG dan pelaporan keberlanjutan masih menjadi pekerjaan rumah global.

Rekomendasi Praktis untuk Indonesia dan Negara Berkembang

  • Bangun ekosistem keuangan berkelanjutan: Integrasikan kebijakan fiskal, insentif pajak, dan instrumen pasar modal hijau.
  • Dorong kolaborasi publik-privat: Libatkan sektor swasta dalam pembiayaan proyek SDGs, terutama di bidang energi, pendidikan, dan kesehatan.
  • Perkuat regulasi dan transparansi: Terapkan standar pelaporan ESG dan audit keberlanjutan untuk semua institusi keuangan.
  • Edukasi dan literasi keuangan: Tingkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku industri tentang pentingnya sustainable finance.

Kesimpulan: Sustainable Finance sebagai Pilar Utama Pencapaian SDGs

Penelitian Ziolo dkk. menegaskan bahwa semakin tinggi tingkat keberlanjutan model keuangan suatu negara, semakin besar peluangnya untuk mencapai SDGs secara menyeluruh. Negara-negara Skandinavia dan Belanda membuktikan bahwa integrasi keuangan publik dan privat, didukung oleh inovasi dan regulasi progresif, adalah kunci sukses pembangunan berkelanjutan. Sebaliknya, negara yang masih bertumpu pada model keuangan konvensional cenderung tertinggal, terutama dalam tujuan lingkungan dan inovasi.

Bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya, pelajaran utamanya adalah: reformasi sistem keuangan menuju sustainable finance bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak untuk masa depan yang inklusif dan berkelanjutan.

Sumber asli:
Ziolo, M., Bak, I., & Cheba, K. (2021). The Role of Sustainable Finance in Achieving Sustainable Development Goals: Does It Work? Technological and Economic Development of Economy, 27(1), 45–70.