Penerimaan Teknologi Modern dalam Manajemen Biaya Proyek Konstruksi: Tantangan dan Arah Masa Depan

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza

30 April 2025, 12.02

Pexels.com

Pendahuluan: Mengapa Teknologi Penting dalam Manajemen Biaya Konstruksi?

Industri konstruksi adalah salah satu sektor dengan tingkat ketidakpastian tertinggi, terutama terkait pengelolaan waktu dan biaya. Dalam konteks ini, peran teknologi menjadi sangat vital untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi. Artikel yang ditulis oleh Uchenna Sampson Igwe dan rekan-rekannya bertujuan mengevaluasi penerimaan terhadap teknologi kontemporer dalam manajemen biaya proyek konstruksi di Nigeria, dengan menyasar pelaku profesional seperti quantity surveyor, insinyur, arsitek, dan manajer proyek.

 

Tujuan dan Signifikansi Studi

Penelitian ini bertujuan untuk:

  • Menilai tingkat pemahaman para profesional terhadap teknologi konstruksi modern

  • Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan teknologi

  • Menentukan strategi adopsi teknologi yang optimal dalam konteks lokal
     

Dengan pendekatan ini, studi berkontribusi langsung terhadap pengambilan keputusan berbasis data dalam implementasi teknologi di sektor konstruksi—khususnya pada area manajemen biaya.

 

Metode Penelitian: Kuantitatif dan Statistis

Responden

Penelitian dilakukan dengan menyebarkan 450 kuesioner ke berbagai profesional di industri konstruksi di Nigeria, dengan tingkat respons sebesar 86,7% (390 responden).

Alat Analisis

  • Deskriptif Statistik: untuk menilai pengetahuan dan pengalaman

  • Exploratory Factor Analysis (EFA): untuk mengidentifikasi klaster faktor yang memengaruhi penerimaan teknologi

  • SPSS 22.0: sebagai alat bantu analisis data
     

 

Hasil Utama: Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Teknologi

Pengetahuan Umum

Mayoritas responden menunjukkan pemahaman tinggi terhadap berbagai teknologi modern seperti:

  • BIM (Building Information Modeling)

  • CostX

  • Microsoft Project

  • Primavera Namun hanya 42% dari responden yang menggunakan teknologi ini secara rutin dalam pekerjaan sehari-hari.
     

Tingkat Penerimaan (Acceptance Level)

Hasil EFA menunjukkan 5 faktor utama yang membentuk dimensi penerimaan teknologi:

  1. Technological Competence

  2. Organizational Readiness

  3. External Influence

  4. Economic Viability

  5. Behavioral Intention
     

Analisis tambahan: Dari kelima faktor tersebut, kompetensi teknis individu memiliki bobot tertinggi (0,781), mengindikasikan bahwa kemampuan personel lebih berpengaruh daripada aspek biaya atau dorongan eksternal.

 

Hambatan Implementasi Teknologi

Faktor Internal

  • Kurangnya pelatihan reguler dan pendidikan berbasis teknologi

  • Keterbatasan dalam integrasi software

  • Resistensi terhadap perubahan, terutama dari staf senior
     

Faktor Eksternal

  • Infrastruktur internet yang buruk

  • Biaya lisensi software yang tinggi

  • Kurangnya dukungan kebijakan dari regulator lokal
     

Studi pembanding: Kondisi ini mirip dengan hasil penelitian di Ghana (Owusu-Manu, 2018), di mana profesional konstruksi mengalami hambatan besar dalam adopsi BIM karena kekurangan infrastruktur dan pelatihan.

 

Rekomendasi Penelitian: Jalan Menuju Transformasi

Penulis merekomendasikan strategi berikut untuk mendorong adopsi teknologi:

  • In-house training dan sertifikasi profesional untuk BIM, CostX, dsb.

  • Investasi dalam infrastruktur digital dan cloud computing

  • Insentif pemerintah atau lembaga proyek bagi kontraktor yang menerapkan teknologi manajemen biaya

  • Kolaborasi antara industri dan institusi pendidikan tinggi dalam kurikulum berbasis teknologi
     

Opini tambahan: Pemerintah dapat mempertimbangkan pemberian subsidi software atau kebijakan pajak progresif untuk mendorong adopsi teknologi bagi perusahaan kecil dan menengah.

 

Dampak Praktis terhadap Industri Konstruksi

Dengan adopsi teknologi yang baik:

  • Proyek bisa mengurangi deviasi anggaran hingga 30% (berdasarkan simulasi dari proyek BIM di Afrika Selatan)

  • Durasi perencanaan proyek dipangkas 20–25%

  • Risiko keterlambatan dan konflik kontrak bisa ditekan melalui visualisasi biaya dan progres waktu secara simultan
     

 

Kritik Terhadap Penelitian

  • Keterbatasan Lokasi: Penelitian hanya fokus pada wilayah Nigeria, sehingga hasilnya mungkin tidak dapat digeneralisasi secara global.

  • Tidak menguji korelasi langsung antar variabel: Seperti antara pengalaman kerja dengan tingkat adopsi teknologi.

  • Aspek gender dan generasi tidak dieksplorasi, padahal perbedaan adopsi antara profesional muda dan senior bisa sangat signifikan.
     

 

Kesimpulan: Teknologi Bukan Pilihan, Tapi Kebutuhan

Penelitian ini secara gamblang menunjukkan bahwa penerimaan terhadap teknologi dalam manajemen biaya proyek konstruksi tidak hanya ditentukan oleh biaya atau tekanan eksternal, melainkan juga kesiapan teknis internal dan niat perilaku. Dalam era digital, kemampuan adaptasi terhadap perangkat lunak dan sistem berbasis data bukanlah nilai tambah, melainkan keharusan.

Untuk negara berkembang, termasuk Indonesia, temuan ini menguatkan pentingnya pembangunan ekosistem teknologi yang mendukung efisiensi biaya proyek, transparansi, serta daya saing sektor konstruksi di masa depan.

 

Sumber Artikel

Igwe, U. S., Okolie, K. C., & Ngwu, C. A. (2023). Acceptance of Contemporary Technologies for Cost Management of Construction Projects. Journal of Engineering, Project, and Production Management, 13(1), 51–63.
Tersedia di: https://www.ppml.url.tw/EPPM_Journal/volumns/13_01_January_2023/ID_9255_13_1_51_63.pdf