Panduan Praktis Modeling IWRM: Strategi Efektif untuk Tata Kelola Air Terpadu

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

25 Juli 2025, 13.32

pixabay.com

Pendahuluan: IWRM dan Peran Modeling dalam Menjawab Tantangan Air Global

Integrated Water Resource Management (IWRM) bukan sekadar konsep, melainkan proses kompleks yang mengintegrasikan aspek sosial, lingkungan, dan teknis dalam pengelolaan air. Artikel karya Badham et al. (2019) ini menyajikan panduan sistematis untuk praktik modeling IWRM yang efektif, dengan menekankan pentingnya konteks, keterlibatan pemangku kepentingan, dan siklus hidup model dari perencanaan hingga pemeliharaan.

Dengan melibatkan 21 penulis lintas disiplin dan pengalaman global, artikel ini menjadi referensi penting bagi praktisi, peneliti, dan pembuat kebijakan yang ingin menerapkan IWRM secara nyata dan berdampak.

 Empat Fase Modeling IWRM: Kerangka Praktis yang Kontekstual.

Penulis membagi proses modeling IWRM ke dalam empat fase utama:

1. Perencanaan (Planning) 

   Fokus pada definisi masalah, identifikasi pemangku kepentingan, perencanaan proyek, dan pengembangan model konseptual awal. 

   Contoh: Dalam proyek MurrayDarling Basin di Australia, model digunakan untuk menentukan batas ekstraksi air yang berkelanjutan.

2. Pengembangan (Development) 

   Meliputi pengumpulan data, konstruksi model, kalibrasi, analisis ketidakpastian, dan pengujian. 

   Catatan penting: Kalibrasi tidak hanya teknis, tapi juga membangun kepercayaan pemangku kepentingan terhadap hasil model.

3. Aplikasi (Application) 

   Model digunakan untuk eksperimen skenario, visualisasi hasil, dan komunikasi kepada pemangku kepentingan. 

   Contoh: Model digunakan untuk mengevaluasi dampak kebijakan alokasi air terhadap ekosistem dan petani.

4. Pemeliharaan (Perpetuation) 

   Termasuk dokumentasi, evaluasi proses, dan rencana pemutakhiran model. 

   Poin penting: Dokumentasi harus mencakup kode, asumsi, dan batasan model agar dapat direplikasi dan dikembangkan.

 Studi Kasus dan Praktik Nyata: Dari Australia hingga AS

Artikel ini tidak hanya teoritis, tetapi juga menyajikan contoh nyata dari berbagai wilayah:

 MurrayDarling Basin (Australia): 

  •   Model digunakan untuk mengevaluasi batas ekstraksi air dan dampaknya terhadap ekosistem sungai. 
  •   Hasil: Model membantu menyusun kebijakan berbasis bukti dalam Basin Plan.

 Chesapeake Bay (AS): 

  •   Model digunakan untuk mengevaluasi skenario pengurangan polusi nutrien. 
  •   Temuan: Model sederhana dengan narasi kuat lebih efektif dalam membangun konsensus dibanding model kompleks yang sulit dipahami.

 Kritik terhadap IWRM dan Peran Modeling sebagai Solusi

Penulis mengakui bahwa IWRM sering dikritik karena terlalu abstrak dan sulit diimplementasikan (Biswas, 2004). Namun, mereka berargumen bahwa modeling yang efektif dapat menjembatani kesenjangan antara konsep dan praktik.

Tiga tantangan utama IWRM yang diangkat:

  •  Masalah wicked (kompleks dan tidak terdefinisi jelas): 

  Seperti konflik antar sektor, ketidakpastian iklim, dan keterbatasan data.

  •  Keterlibatan pemangku kepentingan yang lemah: 

  Banyak proyek gagal karena partisipasi hanya simbolik.

  •  Ketimpangan sosial dan keadilan air: 

  Model sering mengabaikan dimensi keadilan distribusi dan partisipasi.

 Nilai Tambah Artikel: Lima Agenda Riset Masa Depan

Penulis mengusulkan lima area pengembangan modeling IWRM:

1. Berbagi Pengetahuan (Knowledge Sharing): 

   Dokumentasi praktik modeling harus sistematis dan terbuka.

2. Mengatasi Keterbatasan Data

   Gunakan pendekatan semikuantitatif, data satelit, dan media sosial.

3. Keterlibatan Pemangku Kepentingan yang Inklusif: 

   Gunakan visualisasi interaktif dan pendekatan partisipatif sejak awal.

4. Keadilan Sosial: 

   Model harus mempertimbangkan distribusi manfaat dan suara kelompok rentan.

5. Manajemen Ketidakpastian: 

   Gunakan pendekatan robust decisionmaking dan skenario ekstrem.

 Opini dan Perbandingan: Apa yang Membuat Artikel Ini Unggul?

Dibandingkan dengan literatur IWRM lainnya, artikel ini menawarkan panduan praktis yang sangat aplikatif, bukan hanya kerangka konseptual. Pendekatannya mirip dengan design thinking dalam dunia teknologi—berbasis iterasi, kolaborasi, dan kontekstualisasi.

Namun, satu kritik yang layak diajukan adalah kurangnya eksplorasi mendalam terhadap model berbasis kecerdasan buatan atau machine learning, yang kini mulai digunakan dalam prediksi air dan pengambilan keputusan berbasis data besar.

 Relevansi Global dan Implikasi untuk Indonesia

Dengan tantangan pengelolaan air di DAS Citarum, Brantas, dan Kapuas, pendekatan modeling IWRM seperti yang dijabarkan dalam artikel ini sangat relevan. Terutama dalam:

  •  Membangun model partisipatif berbasis komunitas.
  •  Mengintegrasikan data lokal dan pengetahuan tradisional.
  •  Mengembangkan model prediktif untuk skenario perubahan iklim.

 Kesimpulan: Modeling sebagai Jembatan antara Ilmu dan Kebijakan

Artikel ini menegaskan bahwa modeling bukan sekadar alat teknis, tetapi proses sosial yang membentuk cara kita memahami, bernegosiasi, dan memutuskan masa depan air. Dengan pendekatan yang kontekstual, kolaboratif, dan reflektif, modeling dapat menjadi tulang punggung implementasi IWRM yang adil dan berkelanjutan.

Sumber Artikel

Badham, J., Elsawah, S., Guillaume, J. H. A., Hamilton, S. H., Hunt, R. J., Jakeman, A. J., Pierce, S. A., Snow, V. O., BabbarSebens, M., Fu, B., Gober, P., Hill, M. C., Iwanaga, T., Loucks, D. P., Merritt, W. S., Peckham, S. D., Richmond, A. K., Zare, F., Ames, D., & Bammer, G. (2019). Effective modeling for Integrated Water Resource Management: A guide to contextual practices by phases and steps and future opportunities. Environmental Modelling & Software, 116, 40–56.