Pendahuluan
Finlandia, negara dengan bentang alam yang kaya akan hutan, lahan pertanian, dan sumber daya air, menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan air seiring meningkatnya tekanan dari perubahan iklim. Dokumen berjudul Water Management Guidelines for Agriculture and Forestry (2020), diterbitkan oleh Ministry of Agriculture and Forestry Finlandia, menawarkan pendekatan strategis dan praktis berbasis ilmiah terhadap pengelolaan air yang berkelanjutan. Panduan ini menjadi pedoman penting dalam menjawab tantangan agrikultur modern, kelestarian ekosistem, dan mitigasi krisis iklim.
Latar Belakang dan Tujuan Panduan
Panduan ini ditulis oleh Olle Häggblom, Laura Härkönen, Samuli Joensuu, Ville Keskisarja, dan Helena Äijö. Tujuannya adalah menyusun arahan kebijakan dan praktik teknis untuk mengelola air secara berkelanjutan di lahan pertanian dan hutan. Fokusnya pada:
- Mitigasi dampak perubahan iklim
- Peningkatan kualitas air
- Pemeliharaan keanekaragaman hayati
- Penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sektor Air dan Lahan
1. Di antara prediksi paling menonjol adalah peningkatan curah hujan musim dingin hingga tahun 2069, yang akan meningkatkan limpasan dan pencucian nutrien di lahan tanpa salju. Hal ini diproyeksikan berdampak pada kelebihan air di ladang, yang mengganggu pertumbuhan tanaman dan memperburuk erosi serta kompaksi tanah.
2. Tanah gambut menjadi sorotan penting. Drainase yang tidak terkendali mempercepat dekomposisi bahan organik, menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tinggi. Misalnya, budidaya di lahan gambut menyumbang 14% dari total emisi gas rumah kaca Finlandia, bahkan melebihi emisi dari mobil.
Tujuan Strategis Pengelolaan Air yang Berkelanjutan
1. Meningkatkan produktivitas lahan pertanian
Drainase yang optimal meningkatkan daya dukung tanah, mengurangi pemadatan, dan membantu tanaman tumbuh maksimal. Keseimbangan kadar air di tanah juga penting untuk penyerapan karbon yang efektif.
2. Mendorong pertumbuhan hutan secara berkelanjutan
Drainase pada tanah gambut memungkinkan pohon tumbuh dengan lebih baik, meningkatkan daya serap karbon dan suplai kayu untuk bioekonomi.
3. Mengurangi beban pencemaran air
Studi MetsäVesi menunjukkan bahwa 25% beban fosfor dan 16% beban nitrogen di wilayah tangkapan hutan berasal dari kegiatan kehutanan.
Enam Pilar Utama Strategi Pengelolaan Air
1. Governance (Tata Kelola)
Sinkronisasi kebijakan pertanian dan kehutanan diperlukan. Misalnya, pemeliharaan saluran air dan perlindungan lahan gambut harus dilakukan lintas sektor secara terintegrasi.
2. Pendanaan dan Insentif
Panduan merekomendasikan peningkatan alat kebijakan fiskal untuk mendukung proyek drainase ramah lingkungan dan restorasi ekosistem.
3. Perencanaan dan Implementasi
Rencana tindakan harus berbasis skala DAS (daerah aliran sungai), dengan pemetaan dan pemodelan hidrologi yang cermat.
4. Riset dan Inovasi
Masih kurang data tentang dampak drainase pada gas rumah kaca dan kualitas air. Teknologi seperti sensor, pengendalian jarak jauh, dan penggunaan plastik daur ulang di sistem drainase menjadi fokus penelitian lanjutan.
5. Pendidikan dan Pelatihan
Peningkatan kapasitas teknis bagi perencana, pelaksana proyek, dan petani sangat krusial.
6. Digitalisasi
Penggunaan sistem informasi spasial, pemantauan daring, dan alat permodelan untuk deteksi dini banjir dan kekeringan akan memperkuat adaptasi.
Solusi Berbasis Alam sebagai Strategi Utama
Konsep nature-based solutions menekankan penggunaan bendungan alami, lahan basah buatan, dan saluran air dua tingkat untuk mengelola limpasan, mengurangi erosi, serta mendukung keanekaragaman hayati.
Studi Kasus dan Data Kunci
Studi: Proyek MetsäVesi (2019)
- Forestry menyumbang 25% fosfor, 16% nitrogen, dan 4% karbon dalam area tangkapan hutan.
- Menunjukkan efek jangka panjang dari drainase kehutanan terhadap kualitas air.
Tren: Drainase Hutan (1909–2019)
- Telah terjadi lonjakan signifikan dalam drainase pertama dan pemeliharaan saluran parit.
- Rencana terbaru tidak lagi menetapkan target per hektar, tetapi mengedepankan pengelolaan kualitas.
Fakta Iklim:
- Panjang musim tanam meningkat menjadi 105–185 hari tergantung wilayah.
- Curah hujan tahunan 500–750 mm.
- Drainase yang salah mengakibatkan pencemaran dan degradasi tanah.
Kritik dan Nilai Tambah
Meski panduan ini kuat dalam menyelaraskan berbagai kebijakan nasional dan internasional, masih ada tantangan nyata:
- Kurangnya data sistematis terhadap kondisi drainase aktual di lapangan.
- Pendekatan sukarela di sektor pertanian dalam pengurangan fosfor belum cukup untuk memenuhi standar Uni Eropa.
- Ketimpangan antara peran publik dan swasta dalam pelaksanaan juga perlu dikaji lebih lanjut.
Namun demikian, pendekatan berbasis DAS, integrasi solusi alami, dan digitalisasi memberikan kerangka kerja yang kuat dan adaptif, sangat relevan bagi negara lain dengan kondisi agroklimat serupa.
Kesimpulan
Panduan pengelolaan air ini menjadi blueprint penting untuk memastikan keberlanjutan sektor agrikultur dan kehutanan di era perubahan iklim. Dengan pendekatan interdisipliner, berbasis data dan inovasi, serta mendorong partisipasi lintas sektor, Finlandia memberikan contoh praktik terbaik dalam menyeimbangkan produktivitas ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Sumber Asli
Häggblom, Olle; Härkönen, Laura; Joensuu, Samuli; Keskisarja, Ville; Äijö, Helena. Water Management Guidelines for Agriculture and Forestry. Publications of the Ministry of Agriculture and Forestry 2020:12. ISBN PDF: 978-952-366-381-7.