Dalam dunia konstruksi infrastruktur, risiko sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap tahapan proyek. Namun, pandemi Covid-19 membuka mata banyak pihak akan satu kategori risiko yang selama ini luput dari perhatian: unknown unknowns—risiko yang tidak hanya tak terduga, tapi juga tidak diketahui keberadaannya sebelum benar-benar terjadi. Tulisan ini mengupas tuntas bagaimana risiko jenis ini menjadi pemicu disrupsi besar dalam proyek-proyek konstruksi, serta bagaimana industri bisa belajar darinya untuk menghadapi ketidakpastian di masa depan.
Apa Itu Unknown Unknowns dan Mengapa Berbahaya?
Istilah unknown unknowns pertama kali dipopulerkan oleh Donald Rumsfeld (2002), dan sejak itu menjadi konsep penting dalam manajemen risiko. Risiko ini tidak termasuk dalam perencanaan karena:
-
Tidak pernah terjadi sebelumnya.
-
Tidak terbayangkan oleh pihak manapun.
-
Tidak ada data historis sebagai referensi.
Contohnya? Pandemi Covid-19 adalah manifestasi paling nyata dari unknown unknowns dalam sejarah konstruksi modern.
Klasifikasi Risiko Berdasarkan Pengetahuan
Menurut kerangka quadrants of knowledge, risiko diklasifikasikan sebagai:
-
Known Known: Sudah diketahui dan terukur, misalnya kenaikan harga material.
-
Known Unknown: Risiko yang disadari tetapi dampaknya belum bisa dipastikan, seperti kemungkinan keterlambatan proyek.
-
Unknown Known: Informasi diketahui oleh pihak tertentu namun tidak dibagikan.
-
Unknown Unknown: Risiko tak terduga yang belum pernah dialami sebelumnya.
Studi Kasus Pandemi Covid-19: Disrupsi Masif di Proyek Infrastruktur
Paper ini menjadikan pandemi sebagai contoh nyata betapa besarnya dampak unknown unknowns. Selama tahun 2020–2021, Indonesia mengalami keterlambatan proyek, gangguan rantai pasok, kelangkaan tenaga kerja, serta lonjakan biaya konstruksi.
Data Penting Dampak Pandemi
-
Pemotongan anggaran Kementerian PUPR: Rp 44,5 triliun dari total Rp 120 triliun dialihkan untuk penanganan Covid-19.
-
Biaya konstruksi di Jakarta: Mencapai USD 689/m² atau hampir Rp 10 juta per meter persegi.
-
Pertumbuhan industri konstruksi 2021: Hanya 2,7% menurut Fitch Solutions.
Ketika proyek tidak bisa berjalan karena PSBB, atau ketika pekerja dan material tidak bisa masuk lokasi, produktivitas proyek pun jatuh bebas.
Bagaimana Unknown Unknowns Memicu Disrupsi?
Menurut Society of Construction Law Delay and Disruption Protocol (2017), disrupsi adalah gangguan terhadap metode kerja normal kontraktor yang menyebabkan turunnya efisiensi. Unknown unknowns menyebabkan disrupsi karena:
-
Tidak ada mitigasi yang disiapkan.
-
Menimbulkan efek domino di lapangan.
-
Mengganggu urutan kerja dan koordinasi.
-
Menurunkan semangat kerja dan produktivitas tenaga kerja.
Disrupsi Diindikasikan oleh:
-
Pekerjaan terputus-putus.
-
Penumpukan pekerja.
-
Supervisi terganggu.
-
Komunikasi lemah.
-
Perlu overtime yang mahal.
Tantangan Utama: Mengubah Unknown Unknowns Menjadi Known Risks
Meskipun mustahil memprediksi semua unknown unknowns, tujuan utama manajemen risiko modern adalah:
-
Mendokumentasikan pengalaman masa lalu.
-
Mengubah risiko yang tidak diketahui menjadi risiko yang bisa diantisipasi.
-
Menyiapkan protokol respon cepat terhadap kejadian luar dugaan.
Proyek ke depan harus mengandalkan dokumentasi masa lalu agar kejadian luar biasa seperti pandemi tak lagi membuat proyek lumpuh total.
Strategi Menghadapi Unknown Unknowns di Masa Depan
Penulis menawarkan pendekatan manajemen risiko kolaboratif yang bisa digunakan untuk merespons kejadian tak terduga:
1. Dokumentasi & Pembelajaran Berkelanjutan
Setiap disrupsi harus dicatat, agar proyek mendatang bisa belajar dari pengalaman sebelumnya.
2. Joint Risk Analysis
Kolaborasi antara kontraktor, pemilik proyek, dan konsultan untuk berbagi informasi risiko tersembunyi.
3. Manajemen Proyek Transparan
Transparansi mutlak dibutuhkan agar semua pihak memiliki pemahaman yang sama soal risiko.
4. Penyesuaian Kontrak
Kontrak proyek harus lebih fleksibel untuk mengantisipasi force majeure yang tak terduga.
Opini Kritis dan Nilai Tambah
Apresiasi terhadap Kontribusi Ilmiah
Paper ini berhasil mengangkat isu yang selama ini jarang dibahas dalam konteks proyek konstruksi Indonesia. Dengan pendekatan yang reflektif dan empiris, tulisan ini memaksa kita untuk berpikir di luar kerangka manajemen risiko konvensional.
Kritik Terhadap Kurangnya Studi Komparatif
Akan lebih kuat bila penulis membandingkan pengalaman Indonesia dengan negara lain, seperti Singapura atau Jepang, yang memiliki sistem manajemen risiko lebih matang.
Potensi Integrasi Teknologi
Teknologi seperti BIM 5D, AI untuk simulasi skenario, dan dashboard risiko real-time bisa menjadi solusi untuk memetakan unknown unknowns lebih cepat dan efisien.
Implikasi Praktis Bagi Dunia Konstruksi
-
Pemerintah: Harus membuat kebijakan tanggap darurat yang bisa diaktifkan dalam hitungan hari.
-
Kontraktor: Wajib membangun sistem manajemen risiko yang adaptif dan tidak hanya mengandalkan data historis.
-
Akademisi: Didorong melakukan penelitian lanjutan untuk membangun kerangka identifikasi risiko non-tradisional.
Kesimpulan – Siapkah Kita untuk Risiko yang Tak Terduga?
Pandemi Covid-19 mengingatkan kita bahwa tidak semua risiko bisa diprediksi. Ke depan, proyek konstruksi harus siap menghadapi berbagai ketidakpastian dengan sistem yang lebih tangguh, kolaboratif, dan berbasis pengalaman nyata.
Mengubah unknown unknowns menjadi known unknowns adalah tantangan terbesar dalam dunia konstruksi abad ini. Dan langkah awalnya adalah menerima bahwa ketidaktahuan adalah bagian dari proses, bukan musuh yang harus dihindari.
Sumber Artikel
Paper yang diulas berjudul:
“Belajar dari Masa Pandemi Covid-19: Unknown-Unknowns sebagai Sumber Risiko Tidak Teridentifikasi dan Penyebab Disrupsi Proyek Konstruksi Infrastruktur”
Penulis: Puti Farida Marzuki
Dipublikasikan dalam Prosiding KoNTekS ke-15 (2021)
Dapat diakses melalui prosiding resmi Unika Soegijapranata atau website Konteks bila tersedia DOI.