Pendahuluan
Paper ini, yang ditulis oleh Alexander Andersson dan Hanna Klinga dari Chalmers University of Technology, mengeksplorasi strategi dan metrik untuk meningkatkan resiliensi rantai pasok. Dengan meningkatnya kompleksitas rantai pasok global, organisasi harus mengadopsi strategi yang dapat mengantisipasi, merespons, dan pulih dari gangguan. Studi ini memberikan kerangka kerja komprehensif berdasarkan literatur dan wawancara dengan 11 responden dari Assa Abloy Entrance Systems.
Ringkasan Isi
1. Definisi dan Faktor Penentu Resiliensi Rantai Pasok
Resiliensi rantai pasok didefinisikan sebagai kemampuan suatu sistem untuk menyerap, beradaptasi, dan pulih dari gangguan. Paper ini mengidentifikasi beberapa determinan utama:
- Robustness (ketahanan terhadap gangguan)
- Flexibility (kemampuan untuk mengubah operasi)
- Adaptability (kemampuan menyesuaikan strategi)
- Agility (kecepatan dalam merespons perubahan)
- Collaboration (tingkat koordinasi dalam rantai pasok)
- Visibility (transparansi informasi dalam rantai pasok)
- Supply Chain Structure (desain jaringan pasok yang optimal)
2. Studi Kasus: Dampak Gangguan terhadap Assa Abloy Entrance Systems
Paper ini menyajikan berbagai gangguan utama yang memengaruhi rantai pasok Assa Abloy:
- Pandemi COVID-19: Mengurangi kapasitas pemasok, menyebabkan keterlambatan produksi dan lonjakan harga bahan baku hingga 252% (Shanghai-Rotterdam).
- Perang Rusia-Ukraina: Meningkatkan harga energi dan logistik akibat ketergantungan pada pasokan gas Rusia.
- Tarif Perdagangan AS-Tiongkok: Memaksa peralihan sumber pemasok dan meningkatkan biaya produksi.
3. Strategi Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok
Paper ini mengusulkan berbagai strategi untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok:
- Manajemen Inventaris: Penempatan dan ukuran stok strategis, buffer waktu, dan program stok cadangan.
- Sumber Pasokan: Diversifikasi pemasok, lokalitas vs. globalisasi, dan strategi dual sourcing.
- Desain Rantai Pasok: Fleksibilitas dalam jaringan pasok, pengurangan ketergantungan pada satu titik kritis.
- Desain Produk: Standarisasi komponen untuk memudahkan substitusi bahan baku.
- Kolaborasi Rantai Pasok: Hubungan jangka panjang dengan pemasok dan integrasi sistem informasi.
- Manajemen Risiko & Budaya: Simulasi skenario, analisis risiko, dan peningkatan budaya komunikasi dalam organisasi.
4. Pengukuran Resiliensi Rantai Pasok
Untuk mengevaluasi efektivitas strategi resiliensi, paper ini menyajikan 34 metrik berbasis KPI, termasuk:
- Lead Time Variability (Variabilitas waktu pemenuhan pesanan)
- Inventory Turnover (Tingkat perputaran inventaris)
- Supply Chain Visibility Index (Indeks transparansi rantai pasok)
- Supplier Reliability Score (Skor keandalan pemasok)
Analisis dan Kritik
Paper ini menawarkan wawasan berharga dengan menyajikan strategi berbasis bukti dan studi kasus nyata. Namun, ada beberapa area yang dapat dikembangkan lebih lanjut:
- Pendekatan Kuantitatif: Sebagian besar analisis didasarkan pada wawancara, bukan model kuantitatif yang dapat memberikan prediksi lebih akurat.
- Diversifikasi Studi Kasus: Fokus utama pada Assa Abloy Entrance Systems membuat hasil kurang umum untuk diterapkan pada industri lain.
- Dampak Teknologi: Paper ini belum cukup membahas peran AI, blockchain, dan IoT dalam meningkatkan resiliensi rantai pasok.
Kesimpulan
Paper ini berhasil memberikan pemahaman mendalam mengenai strategi dan metrik dalam meningkatkan ketahanan rantai pasok. Studi kasus Assa Abloy Entrance Systems menjadi ilustrasi nyata bagaimana perusahaan dapat menghadapi gangguan besar dan mengembangkan strategi adaptif. Dengan menambahkan lebih banyak data kuantitatif dan mengeksplorasi peran teknologi, studi ini dapat menjadi referensi yang lebih kuat bagi akademisi dan praktisi rantai pasok.
Sumber Artikel:
- Andersson, A., & Klinga, H. (2023). Supply chain resilience: A study of strategies and metrics. Chalmers University of Technology.