Meningkatkan Kinerja Proyek Konstruksi dengan Penerapan SMK3 Berstandar ISO 45001 di Bali

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

08 Mei 2025, 11.38

pixabay.com

Pendahuluan: Relevansi SMK3 dalam Industri Konstruksi

Industri konstruksi adalah sektor berisiko tinggi, sehingga penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menjadi sangat krusial. Artikel karya I Komang Alit Astrawan Putra dan I Gusti Bagus Angga Surya Dharma yang dimuat dalam Jurnal Ilmiah Kurva Teknik Vol. 12 No. 1 (2023) ini membahas secara komprehensif bagaimana implementasi SMK3 dilakukan dalam proyek pembangunan jalan strategis di Bali yang menghubungkan Kota Singaraja dan Kabupaten Badung.

Artikel ini mengkaji implementasi SMK3 berdasarkan ISO 45001:2018, PP No. 50 Tahun 2012, dan Permen PUPR No. 10 Tahun 2021, memberikan data kuantitatif serta studi kasus yang memperlihatkan efektivitas penerapannya dalam lingkungan kerja konstruksi nyata.

Penerapan SMK3 dan Relevansi Regulasi

SMK3 dalam proyek ini diimplementasikan melalui pendekatan SMKK (Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi) yang merujuk pada Permen PUPR No. 10 Tahun 2021. Tujuan utamanya adalah menekan angka kecelakaan kerja, meningkatkan efektivitas kerja, dan memastikan proyek berjalan sesuai standar keselamatan internasional dan nasional.

SMK3 yang diterapkan mengacu pada lima elemen utama:

  1. Penetapan kebijakan K3
  2. Perencanaan
  3. Pelaksanaan dan Operasi
  4. Pemeriksaan dan Evaluasi
  5. Tinjauan dan Peningkatan Manajemen

Model manajemen ini mengikuti siklus Plan-Do-Check-Action (PDCA) dan selaras dengan prinsip tanggung jawab korporat.

Studi Kasus: Proyek Jalan Singaraja – Mengwitani

Ruang Lingkup Proyek

Proyek ini membentang di wilayah Bali Utara menuju selatan, mencakup beberapa titik strategis:

  • Titik 7A (182 m), 7B (278 m), 7C (141 m) → Desa Wanagiri, Gitgit, dan Pegayaman.
  • Titik 8 → Total panjang trase 1.564 m, termasuk 2 jembatan sepanjang 160 m.

Destinasi wisata di sekitar proyek seperti Danau Beratan, Air Terjun Gitgit, dan Kebun Raya Eka Karya menjadi faktor yang menambah urgensi peningkatan keselamatan kerja karena tingginya mobilitas di kawasan tersebut.

Evaluasi Kinerja SMK3: Angka dan Analisis

1. Kinerja Keseluruhan Implementasi SMK3

Penilaian terhadap 17 parameter utama yang diambil dari ISO 45001 dan PP No. 50 Tahun 2012 menunjukkan nilai 74,8%, yang dikategorikan baik. Beberapa elemen penting dalam penilaian ini adalah:

  • Kebijakan K3: 90 (skor tinggi)
  • Perencanaan: 86
  • Komunikasi dan konsultasi: 85
  • Pengendalian Operasional: 80
  • Audit internal: 81

Namun, aspek seperti pengendalian rekaman informasi dan tinjauan manajemen hanya mencetak skor 79, menunjukkan ruang untuk perbaikan.

2. Kelengkapan Fasilitas K3

Tingkat kelengkapan fasilitas K3 di lapangan dinilai sebesar 71%, yang juga dikategorikan baik. Beberapa fasilitas utama yang tersedia dan dinilai antara lain:

  • APD Lengkap: helm, rompi, masker, boots (nilai 5)
  • Safety gloves dan safety glasses: hanya mencapai nilai 3 karena kurang lengkap
  • Rambu & pagar pengaman: nilai 3, artinya layak tapi tidak lengkap
  • Spanduk K3 dan lampu peringatan: hanya dinilai 2, menunjukkan keberadaan seadanya dan tidak optimal

3. Total Penilaian Kombinasi

Dengan menggabungkan kedua aspek tersebut menggunakan rumus persentase total, diperoleh nilai gabungan sebesar 72,9% (dibulatkan menjadi 73%) yang menempatkan proyek ini dalam kategori “cukup baik”. Nilai ini menunjukkan bahwa implementasi SMK3 masih membutuhkan peningkatan, khususnya pada dokumentasi dan penyediaan fasilitas pendukung yang lebih lengkap.

Kritik dan Analisis Tambahan

Meskipun proyek telah mencatat skor yang cukup baik, sejumlah evaluasi mendalam masih diperlukan, khususnya pada aspek berikut:

  • Sumber daya dan struktur organisasi K3 masih memerlukan penyesuaian untuk memastikan tidak terjadi ketimpangan tanggung jawab.
  • Informasi dan dokumentasi K3 masih belum dilakukan secara terintegrasi.
  • Tinjauan manajemen perlu lebih aktif dan strategis, bukan sekadar administratif.
  • Fasilitas visual K3 seperti spanduk dan lampu peringatan harus diperlakukan sebagai sarana edukasi pekerja, bukan formalitas.

Aspek paling krusial dalam keberhasilan SMK3 adalah keterlibatan aktif manajemen proyek dan penanaman budaya sadar risiko kepada seluruh pekerja. Dengan pendekatan berbasis risk-based thinking, perusahaan tidak hanya memenuhi kewajiban hukum, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan berkelanjutan.

Perbandingan dengan Studi Lain

Dibandingkan studi dari Ibrahim (2020) pada proyek Gedung DPRD Sleman, yang hanya mencetak skor kinerja SMK3 sebesar 65%, proyek ini tergolong lebih maju. Namun, jika dibandingkan dengan proyek konstruksi berskala besar di Jakarta yang dilaporkan oleh Fatimah et al. (2021) dengan skor 85%, pelaksanaan di Bali ini masih bisa ditingkatkan lagi.

Hal ini membuka ruang untuk benchmarking, di mana pengelola proyek dapat belajar dari proyek lain dalam penerapan teknologi K3 terkini atau sistem monitoring berbasis digital.

Rekomendasi Strategis

Untuk meningkatkan efektivitas SMK3 dalam proyek-proyek serupa ke depan, berikut beberapa rekomendasi:

  • Penerapan teknologi digital K3, seperti aplikasi pelaporan insiden secara real-time.
  • Pelatihan berkelanjutan dan gamifikasi untuk meningkatkan partisipasi pekerja.
  • Insentif berbasis K3 kepada pekerja atau tim yang menunjukkan kepatuhan tinggi terhadap prosedur keselamatan.
  • Kolaborasi dengan instansi eksternal, seperti Dinas Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan, untuk audit eksternal dan supervisi berkala.

Kesimpulan: Investasi dalam Keselamatan Adalah Investasi dalam Keberhasilan

Penerapan SMK3 pada proyek pembangunan infrastruktur Singaraja – Mengwitani menunjukkan bahwa keselamatan kerja bukan sekadar kewajiban hukum, tetapi juga strategi peningkatan efisiensi dan mutu proyek. Skor 73% secara keseluruhan mencerminkan komitmen yang kuat dari perusahaan, meskipun masih terdapat ruang evaluasi signifikan terutama dalam aspek penyediaan fasilitas dan dokumentasi.

Dengan meningkatkan elemen-elemen yang masih lemah dan mengadopsi inovasi terbaru dalam manajemen keselamatan kerja, proyek-proyek konstruksi di Indonesia dapat menjadi lebih aman, efisien, dan berdaya saing global.

Sumber : Putra, I. K. A. A., & Dharma, I. G. B. A. S. (2023). Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada Pekerjaan Proyek Pembangunan Infrastruktur. Jurnal Ilmiah Kurva Teknik, 12(1), 103–111.