Mengurai Risiko dalam Proyek Gedung Publik: Studi Kasus Mall Pelayanan Publik Kabupaten Gianyar

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

13 Mei 2025, 09.16

freepik.com

Risiko Konstruksi: Ancaman Tersembunyi dalam Proyek Pelayanan Publik

Proyek pembangunan gedung pemerintah, khususnya yang bernilai tinggi seperti Mall Pelayanan Publik (MPP), tidak hanya menghadapi tekanan dari segi kualitas dan waktu, tetapi juga risiko multidimensional yang mengancam kelangsungan proyek. Dengan lokasi yang padat, eksisting yang masih berfungsi, serta keterlibatan banyak pemangku kepentingan, proyek ini sangat rentan terhadap deviasi anggaran, keterlambatan, atau bahkan kegagalan fungsional.

Penelitian yang dilakukan oleh Diputera dkk. ini menjadi sangat relevan karena menggunakan pendekatan menyeluruh terhadap identifikasi dan mitigasi risiko dalam tahap awal proyek yang belum dimulai konstruksinya, tetapi sudah menunjukkan potensi konflik sejak proses tender.

Profil Proyek: MPP Gianyar sebagai Proyek Strategis Daerah

  • Lokasi: Jl. Udayana, Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali
  • Tahapan proyek: Tender tahap manajemen konstruksi
  • Karakteristik:
    • Bangunan eksisting masih beroperasi
    • Nilai proyek besar
    • Target waktu terbatas
    • Potensi risiko teknis dan sosial tinggi

Tujuan Penelitian dan Metodologi

Tujuan:

  1. Mengidentifikasi risiko dari 12 sumber utama
  2. Menilai tingkat penerimaan risiko
  3. Menentukan mitigasi dan kepemilikan risiko

Metode:

  • Jenis data: Primer (kuesioner & wawancara) dan sekunder (literatur)
  • Jumlah responden: 30 orang (stakeholder proyek)
  • Teknik analisis: Likert Scale, SPSS (validitas-reliabilitas), dan risk matrix

Identifikasi Risiko: 43 Risiko dari 12 Sumber

Sebanyak 43 risiko teridentifikasi dan dikelompokkan sebagai berikut:

Distribusi Risiko:

  • Teknis: 11 risiko (26%)
  • Perencanaan & SDM: Masing-masing 6 risiko (14%)
  • Kriminal: 4 risiko (9%)
  • Lingkungan, Proyek, Keselamatan: Masing-masing 3 risiko (7%)
  • Ekonomi, Keuangan, Alami: Masing-masing 2 risiko (5%)
  • Politik: 1 risiko (2%)

Contoh Risiko Utama:

  • Teknis: Kerusakan alat berat, perubahan spesifikasi material, keterlambatan material
  • Perencanaan: Gambar tidak sesuai spesifikasi, permintaan khusus dari owner
  • Manusia: Kurangnya tenaga ahli dan keterampilan operator
  • Kriminal: Pungutan liar, pembongkaran data proyek, kehilangan material

Penilaian Risiko: Hanya Satu Risiko “Tidak Diharapkan”

Dari hasil analisis penerimaan risiko:

  • Unacceptable (X > 12): 0 risiko
  • Undesirable (5 ≤ X ≤ 12): 1 risiko
  • Acceptable (3 ≤ X < 5): 40 risiko
  • Negligible (X < 3): 2 risiko

Risiko yang masuk kategori tidak diharapkan (undesirable) adalah:

Schedule supplier yang padat menyebabkan keterlambatan material

  • Kategori: Risiko teknis
  • Skor risiko: 12 (undesiable)

Studi Kasus: Risiko Dominan “Keterlambatan Material karena Supplier”

Risiko teknis ini muncul karena banyak supplier memiliki jadwal padat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan tepat waktu. Dalam proyek berskala besar dan waktu terbatas seperti ini, ketergantungan pada supplier menjadi titik rawan utama.

Dampak Langsung:

  • Terganggunya alur kerja struktural
  • Bertambahnya waktu tunggu tenaga kerja
  • Kenaikan biaya akibat idle cost

Kepemilikan Risiko:

  • Dialokasikan ke kontraktor
  • Alasan: Kontraktor memiliki kendali langsung terhadap pemesanan, pemilihan supplier, dan logistik

Strategi Mitigasi: 4 Langkah Pengendalian Risiko Dominan

Untuk mengatasi risiko keterlambatan material akibat supplier, penulis merekomendasikan:

  1. Perencanaan material yang presisi
    • Menyusun jadwal kebutuhan bahan sesuai progres lapangan
    • Disesuaikan dengan lead time masing-masing jenis material
  2. Perjanjian komitmen dengan supplier
    • Membuat MoU tertulis dengan sanksi tegas jika gagal memenuhi jadwal
    • Menetapkan penalti keterlambatan untuk meningkatkan kepatuhan
  3. Sistem logistik internal
    • Menyewa atau menyediakan armada sendiri untuk pengambilan material
    • Mengurangi ketergantungan pada pengiriman dari pihak ketiga
  4. Supplier cadangan
    • Menyusun daftar supplier alternatif untuk material kritis

Opini Kritis: Keunggulan dan Kekurangan Studi

Kekuatan:

  • Pendekatan komprehensif mulai dari identifikasi sampai mitigasi
  • Jumlah responden signifikan (30 orang) dari berbagai pihak proyek
  • Penggunaan validitas dan reliabilitas SPSS meningkatkan kredibilitas hasil

Kelemahan:

  • Tidak mencantumkan nilai kontrak proyek, sehingga dampak finansial risiko tidak terlihat
  • Tidak melibatkan pendekatan digital seperti BIM, ERP, atau sistem manajemen risiko real-time
  • Fokus hanya pada satu risiko dominan, padahal ada potensi sinergi antar risiko yang saling mempengaruhi

Relevansi dengan Proyek Pemerintah Lain di Indonesia

Proyek MPP Gianyar adalah refleksi dari banyak proyek pemerintah daerah yang:

  • Menghadapi kendala eksisting yang masih beroperasi
  • Terdorong oleh tenggat waktu politik atau fiskal
  • Melibatkan penyedia jasa lewat tender terbuka

Dalam konteks ini, artikel ini dapat dijadikan model untuk:

  • Membuat dokumen lelang yang lebih siap risiko
  • Mendorong pengalokasian risiko yang adil antara kontraktor dan pemerintah
  • Menanamkan kebiasaan analisis risiko sebelum tahap konstruksi dimulai

Komparasi dengan Studi Lain

Artikel ini sejalan dengan pendekatan manajemen risiko dalam:

  • Farida (2014) tentang tol Cisumdawu yang menyebut pentingnya kontrol risiko teknis
  • Lestari et al. (2022) dalam studi infrastruktur jalan di Badung yang juga menemukan “supplier” sebagai penyebab utama deviasi waktu

Namun, keunggulan artikel Gianyar terletak pada konteks awal (tender) dan penekanan pada kesiapan dokumen oleh MK dan PUPR yang belum banyak disentuh studi lain.

Implikasi untuk Praktisi: Apa yang Bisa Dipetik?

  1. Risk mapping wajib dilakukan sebelum tender: Kesalahan gambar, BOQ, dan spesifikasi teknis bisa memicu banyak risiko lanjutan.
  2. Sanksi supplier perlu diformalisasi: Banyak proyek gagal karena hubungan informal dengan pemasok.
  3. Kesiapan dokumen = mitigasi dini: MK dan PUPR yang aktif dalam review dokumen bisa memangkas potensi risiko hingga 80%.
  4. Tender bukan akhir, tapi awal manajemen risiko: Manajemen risiko bukan hanya tugas kontraktor.

Kesimpulan: Risiko Bisa Diprediksi, Asal Dipetakan Sejak Awal

Artikel ini berhasil membuktikan bahwa meski proyek belum memasuki tahap fisik, risiko sudah bisa dikenali dan disiapkan mitigasinya. Dari 43 risiko yang diidentifikasi, hanya satu risiko yang dianggap signifikan, yaitu keterlambatan pengiriman material karena supplier padat, dan itu pun bisa dikelola dengan langkah konkret.

Pendekatan seperti ini harus ditiru oleh proyek-proyek pemerintah lainnya, agar proyek dapat berjalan tidak hanya tepat waktu dan biaya, tetapi juga aman dan efisien. Terutama pada proyek layanan publik yang memiliki ekspektasi tinggi dari masyarakat.

Referensi Asli:

I Gede Angga Diputera, I Gusti Agung Ayu Istri Lestari, I Putu Rika Agus Utama. Analisis dan Mitigasi Risiko Pembangunan Gedung Mall Pelayanan Publik Kabupaten Gianyar. Jurnal Teknik Gradien, Vol. 16 No. 1, April 2024, halaman 9–17. Universitas Mahasaraswati Denpasar.