Pendahuluan: Mengapa Kualitas Proses Produksi Penting?
Dalam industri otomotif yang makin kompetitif, keandalan produk bukan lagi pilihan—melainkan keharusan. Kegagalan kecil pada komponen seperti Automotive Wire (AW) bisa berdampak besar pada sistem kendaraan secara keseluruhan. Inilah yang mendasari pentingnya pendekatan proaktif dalam mengelola risiko kualitas produksi. Artikel karya Hasbullah dkk. dalam jurnal SINERGI Vol. 21 No. 3, Oktober 2017, menjawab tantangan ini melalui penerapan Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) pada proses insulasi kabel otomotif di PT JLC.
FMEA: Metode Preventif dalam Dunia Produksi
FMEA adalah metode sistematis untuk mengidentifikasi potensi kegagalan dalam proses, produk, atau desain sebelum masalah benar-benar terjadi. Dalam konteks PT JLC, pendekatan ini digunakan untuk menganalisis 6 fungsi utama dalam proses insulasi kabel, yang meliputi:
- Ketebalan dan diameter insulasi
- Kekuatan tarik dan kelenturan (elongation)
- Warna kabel
- Penandaan atau marking
- Permukaan insulasi
- Kemasan kabel
Setiap fungsi dianalisis berdasarkan tiga parameter:
- Severity (S) – seberapa parah dampak kegagalan
- Occurrence (O) – seberapa sering kegagalan bisa terjadi
- Detection (D) – seberapa mudah kegagalan terdeteksi
Ketiga aspek tersebut dikalkulasikan ke dalam skor Risk Priority Number (RPN) sebagai dasar prioritas tindakan.
Temuan Utama: 3 Potensi Kegagalan Tertinggi
Berdasarkan data FMEA yang dikumpulkan melalui diskusi lintas departemen dan analisis laporan internal, tiga potensi kegagalan paling kritis (dengan nilai RPN tertinggi) adalah:
1. Ketidaksesuaian Warna Kabel
- RPN: 200 (Tertinggi)
- Dampak: Menyebabkan kebingungan saat instalasi, berisiko terhadap fungsi sistem otomotif.
- Penyebab utama: Komposisi material PVC compound yang tidak stabil.
- Solusi: Ganti bahan PVC dengan stabilitas warna tinggi atau cari pemasok alternatif berkualitas lebih baik.
2. Marking Kabel Tidak Jelas
- RPN: 160
- Dampak: Menyulitkan proses identifikasi kabel, berisiko terjadi salah pemasangan.
- Penyebab utama: Kerusakan pada permukaan roller marking.
- Solusi: Penggantian roller dengan kualitas material yang lebih baik.
3. Permukaan Insulasi Kasar
- RPN: 125
- Dampak: Produk ditolak oleh pelanggan saat proses pemeriksaan masuk.
- Penyebab: Parameter proses ekstrusi yang tidak optimal atau kualitas bahan buruk.
Visualisasi Data: Pareto Chart dan Fishbone Diagram
Untuk memperjelas pengambilan keputusan, tim peneliti menyusun Pareto Chart yang menunjukkan kontribusi tiap potensi kegagalan terhadap total risiko kumulatif. Hasilnya, tiga kegagalan teratas menyumbang hampir 50% dari total RPN keseluruhan (1025 poin). Ini menegaskan pentingnya fokus pada area kritikal dengan impact paling besar.
Selain itu, analisis Fishbone Diagram digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab masing-masing kegagalan. Metode ini melibatkan evaluasi dari aspek man, machine, method, dan material, memperlihatkan betapa pentingnya kolaborasi lintas fungsi dalam penyelesaian masalah kualitas.
Studi Kasus Industri Nyata: Menghubungkan Teori dengan Praktik
Studi ini sangat aplikatif bagi industri otomotif, karena menyajikan proses yang berbasis data dan pengalaman langsung dari manufaktur nyata. Misalnya:
- Penggunaan PVC compound yang tidak stabil menyebabkan variasi warna → solusi: audit bahan baku & pengadaan.
- Roller cetak yang aus menyebabkan marking tidak jelas → solusi: jadwal perawatan dan inspeksi berkala.
Pendekatan ini mencerminkan filosofi “do it right the first time” yang sangat dihargai dalam dunia manufaktur modern.
Nilai Tambah & Kritis
➕ Kekuatan Studi:
- Praktis: langsung berbasis pengalaman industri.
- Data-driven: penilaian berdasarkan kuantifikasi objektif melalui RPN.
- Kolaboratif: melibatkan tim lintas fungsi dari engineering, QA, hingga R&D.
❗ Catatan Kritis:
- Tidak dijelaskan secara rinci skala pengukuran skor S, O, dan D, padahal variasi persepsi penilaian bisa memengaruhi hasil.
- Tidak disebutkan penerapan tindakan korektif dan evaluasi dampaknya dalam jangka panjang. Ini penting untuk mengukur efektivitas solusi yang diterapkan.
- Fokus hanya pada satu perusahaan, yang bisa membatasi generalisasi hasil ke konteks manufaktur yang berbeda.
Relevansi terhadap Tren Industri & Pembelajaran Modern
Dalam era industri 4.0 dan digitalisasi produksi, penerapan FMEA bisa dipadukan dengan sistem pemantauan berbasis IoT atau AI untuk prediksi kegagalan secara real-time. Selain itu, FMEA juga bisa menjadi bagian dari strategi Lean Six Sigma, terutama dalam tahapan Define, Measure, Analyze.
Bagi platform edukasi atau pelatihan industri, studi ini cocok dijadikan modul dalam:
- Pelatihan Quality Control dan Risk Management
- Pembelajaran metode Root Cause Analysis
- Penguatan literasi data dalam pengambilan keputusan teknis
Kesimpulan: Kenapa Artikel Ini Penting untuk Dunia Produksi?
Artikel ini menunjukkan bahwa pengendalian kualitas tidak hanya soal inspeksi akhir, tetapi proses terintegrasi yang dimulai sejak perencanaan dan desain. Dengan analisis FMEA, PT JLC berhasil mengidentifikasi titik-titik kritis yang memengaruhi kualitas produk dan loyalitas pelanggan.
Lebih dari itu, studi ini mengajarkan bahwa:
- Data adalah panduan utama dalam prioritas perbaikan.
- Kolaborasi antar departemen adalah kunci solusi.
- Dan bahwa kualitas bukan sekadar hasil akhir, tetapi komitmen terhadap proses yang benar sejak awal.
Referensi : Hasbullah, M. Kholil, & Dwi Aji Santoso. "Analisis Kegagalan Proses Insulasi pada Produksi Automotive Wires (AW) dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada PT JLC." SINERGI Vol. 21 No. 3, Oktober 2017: 193-203.