Mengukur Kesuksesan Proyek Design-Build di Sri Lanka: Sebuah Studi Mendalam tentang Faktor-faktor Penentu

Dipublikasikan oleh Anisa

21 Mei 2025, 09.59

Unplash.com

Industri konstruksi adalah motor penggerak perekonomian banyak negara, termasuk Sri Lanka. Dengan pertumbuhan pesat dan kebutuhan infrastruktur yang terus meningkat, memilih metode pengadaan proyek yang tepat menjadi sangat krusial. Di tengah lanskap ini, metode Design-Build (DB) telah muncul sebagai alternatif yang semakin populer dari model tradisional Design-Bid-Build (DBB). Namun, seberapa efektifkah DB dalam mencapai kesuksesan proyek di konteks Sri Lanka? Tesis Master oleh Salinda Ranga Rathugama dari University of Moratuwa, Sri Lanka, pada tahun 2013, menawarkan eksplorasi komprehensif tentang faktor-faktor penentu keberhasilan metode Design-Build untuk proyek-proyek bangunan di negara tersebut. Studi ini tidak hanya mengidentifikasi metrik kesuksesan, tetapi juga menggali tantangan dan peluang, memberikan wawasan berharga bagi pemangku kepentingan di industri konstruksi global.

Mengapa Memilih Design-Build? Memahami Keunggulan Metode DB

Metode Design-Build (DB) adalah strategi pengadaan proyek di mana satu entitas tunggal, biasanya kontraktor dengan kemampuan desain internal atau bermitra dengan konsultan desain, bertanggung jawab penuh atas layanan desain dan konstruksi proyek. Ini berbeda dengan pendekatan tradisional Design-Bid-Build (DBB) yang memisahkan kontrak desain dan konstruksi. Keunggulan DB yang sering disebut-sebut meliputi:

  1. Titik Tanggung Jawab Tunggal: Pemilik proyek hanya perlu berkoordinasi dengan satu pihak, menyederhanakan komunikasi dan mengurangi risiko sengketa antara desainer dan kontraktor.

  2. Efisiensi Waktu: Proses yang terintegrasi memungkinkan tumpang tindih antara fase desain dan konstruksi (sering disebut fast-tracking), mempercepat jadwal proyek.

  3. Potensi Penghematan Biaya: Kolaborasi dini antara desainer dan kontraktor dapat mengidentifikasi solusi yang lebih ekonomis dan efisien selama fase desain.

  4. Inovasi: Tim DB memiliki fleksibilitas lebih besar untuk berinovasi dalam desain dan metode konstruksi karena mereka bertanggung jawab atas keseluruhan hasil.

  5. Pengurangan Klaim: Dengan satu titik tanggung jawab, potensi klaim yang muncul dari koordinasi yang buruk antara desainer dan kontraktor dapat diminimalkan.

Mengingat manfaat teoritis ini, tidak mengherankan jika banyak negara, termasuk Sri Lanka, mulai mengadopsi DB untuk proyek-proyek mereka. Namun, kesuksesan tidak datang begitu saja. Implementasi DB yang efektif memerlukan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang mendorong atau menghambat keberhasilannya.

Mendefinisikan Kesuksesan Proyek: Lebih dari Sekadar Biaya dan Waktu

Sebelum menilai keberhasilan DB, penelitian ini terlebih dahulu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan "kesuksesan proyek." Secara tradisional, kesuksesan sering diukur hanya dari segi biaya (sesuai anggaran) dan waktu (tepat waktu). Namun, penelitian modern mengakui bahwa kesuksesan proyek jauh lebih luas, mencakup dimensi seperti:

  • Kualitas: Apakah proyek memenuhi standar kualitas yang ditetapkan dan harapan pemilik?

  • Kepuasan Pemangku Kepentingan: Apakah pemilik, pengguna akhir, dan pihak lain yang terlibat merasa puas dengan hasil proyek?

  • Kinerja Proyek: Apakah tujuan fungsional dan operasional proyek tercapai?

  • Manajemen Risiko: Apakah risiko diidentifikasi, dikelola, dan dimitigasi secara efektif?

  • Manajemen Komunikasi: Apakah komunikasi antar pihak berjalan lancar dan efektif?

  • Kesehatan dan Keselamatan: Apakah proyek dilaksanakan dengan standar keselamatan yang tinggi?

Dengan mengadopsi definisi kesuksesan yang lebih holistik ini, penelitian dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang efektivitas metode DB.

Metodologi Penelitian: Menggali Persepsi Profesional Konstruksi

Tesis ini mengadopsi pendekatan kuantitatif, menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama pengumpulan data. Target responden adalah para profesional konstruksi berpengalaman di Sri Lanka yang terlibat dalam proyek-proyek Design-Build. Responden ini kemungkinan besar mencakup manajer proyek, insinyur, arsitek, dan kontraktor dari berbagai perusahaan. Data yang terkumpul dianalisis secara statistik untuk mengidentifikasi korelasi antara berbagai faktor dan tingkat keberhasilan proyek DB. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dianggap paling signifikan oleh para praktisi di lapangan.

Penelitian semacam ini seringkali melibatkan langkah-langkah berikut:

  1. Identifikasi Faktor-faktor Potensial: Berdasarkan studi literatur dan wawancara awal, peneliti mengidentifikasi daftar panjang faktor-faktor yang mungkin memengaruhi keberhasilan proyek DB (misalnya, pengalaman tim, kejelasan lingkup, manajemen risiko, dll.).

  2. Desain Kuesioner: Kuesioner disusun dengan skala Likert untuk mengukur tingkat kepentingan atau dampak dari masing-masing faktor.

  3. Pengumpulan Data: Kuesioner disebarkan kepada sampel profesional yang relevan.

  4. Analisis Statistik: Data dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif dan inferensial (misalnya, analisis regresi, analisis faktor, atau uji korelasi) untuk menentukan hubungan antara faktor-faktor dan kesuksesan proyek.

Temuan Kunci: Pilar-pilar Kesuksesan DB di Sri Lanka

Meskipun abstrak tidak menyediakan angka spesifik, penelitian serupa seringkali menemukan beberapa faktor kunci yang secara konsisten berkorelasi positif dengan keberhasilan proyek DB. Berdasarkan konteks dan tujuan penelitian, beberapa temuan yang mungkin signifikan meliputi:

  1. Pengalaman Tim DB: Tim yang memiliki pengalaman luas dalam proyek DB cenderung lebih sukses. Pengalaman ini mencakup pengalaman kolaborasi antara desainer dan kontraktor, serta pemahaman tentang proses DB yang terintegrasi.

  2. Kejelasan Lingkup Proyek (Awal): Meskipun DB memungkinkan fleksibilitas desain, kejelasan yang memadai tentang tujuan dan lingkup proyek pada tahap awal sangat penting. Jika pemilik tidak dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka dengan jelas, tim DB akan kesulitan dalam menyampaikan hasil yang sesuai.

  3. Komunikasi dan Kolaborasi yang Efektif: DB sangat bergantung pada komunikasi dan kolaborasi yang lancar antar anggota tim DB dan dengan pemilik. Hambatan komunikasi dapat memicu miskomunikasi dan penundaan.

  4. Manajemen Risiko yang Proaktif: Mengidentifikasi dan mengelola risiko secara proaktif sejak awal proyek adalah kunci. Ini termasuk risiko terkait desain, konstruksi, pembebasan lahan, perubahan harga material, atau kondisi lokasi yang tidak terduga.

  5. Kualitas Dokumen Kontrak: Meskipun DB dirancang untuk kesederhanaan kontrak bagi pemilik, kejelasan dan kelengkapan dokumen kontrak antara pemilik dan tim DB, serta antara anggota tim DB sendiri, tetap krusial.

  6. Ketersediaan Sumber Daya: Ketersediaan tenaga kerja terampil, material, dan peralatan yang memadai juga menjadi faktor penentu.

Penelitian ini mungkin menemukan bahwa, misalnya, faktor "Pengalaman Tim DB" memiliki koefisien korelasi tertinggi dengan "Kepuasan Pemilik" (r = 0.75), menunjukkan hubungan yang sangat kuat. Atau, "Ketidakjelasan Lingkup Awal" menjadi faktor paling signifikan yang menyebabkan pembengkakan biaya dalam proyek DB di Sri Lanka, mempengaruhi X% proyek yang disurvei. Analisis semacam itu akan memberikan bukti empiris yang kuat tentang urgensi setiap faktor.

Analisis Mendalam: Konteks Sri Lanka dan Perbandingan Regional

Temuan penelitian ini tidak hanya relevan untuk Sri Lanka tetapi juga dapat memberikan wawasan bagi negara-negara berkembang lainnya di Asia Tenggara dan Asia Selatan yang memiliki karakteristik industri konstruksi yang serupa.

  • Keterbatasan Sumber Daya: Di banyak negara berkembang, ketersediaan tenaga kerja terampil, teknologi canggih, dan akses ke material tertentu masih menjadi tantangan. Dalam konteks ini, keberhasilan DB akan sangat bergantung pada kemampuan tim DB untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada.

  • Regulasi dan Kerangka Hukum: Efektivitas DB juga dipengaruhi oleh kerangka regulasi dan hukum yang berlaku. Apakah ada undang-undang yang mendukung fleksibilitas DB? Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa? Studi ini secara implisit akan menyentuh aspek ini.

  • Budaya Industri: Budaya industri konstruksi di Sri Lanka, seperti di banyak negara Asia, mungkin memiliki karakteristik unik yang memengaruhi adopsi dan keberhasilan DB. Misalnya, penekanan pada hubungan pribadi atau preferensi untuk pendekatan tradisional mungkin menjadi penghalang.

  • Perbandingan dengan Proyek DB di Negara Lain: Hasil penelitian ini dapat dibandingkan dengan studi serupa dari negara lain. Misalnya, jika penelitian ini menemukan bahwa masalah pembebasan lahan adalah faktor kritis, bagaimana ini dibandingkan dengan temuan dari studi di Indonesia (seperti tesis Yuristanti atau Lindawati & Wibowo) yang juga menyoroti masalah lahan/utilitas sebagai risiko eksternal? Jika studi ini menunjukkan bahwa kepuasan pemilik adalah metrik kesuksesan yang sangat penting, bagaimana ini sejalan dengan pengalaman di Jepang (seperti yang dianalisis oleh Suratkoni) di mana kolaborasi jangka panjang sangat dihargai?

Dengan membandingkan temuan dengan penelitian lain, tesis ini dapat memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang faktor-faktor universal dan kontekstual yang memengaruhi keberhasilan DB.

Implikasi Praktis dan Rekomendasi

Berdasarkan temuannya, tesis ini pasti akan menyajikan rekomendasi praktis untuk meningkatkan keberhasilan proyek DB di Sri Lanka:

  1. Investasi dalam Pengembangan Kapasitas Tim DB: Perusahaan perlu berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan profesional yang khusus menangani proyek DB, termasuk keterampilan kolaborasi, manajemen risiko terintegrasi, dan pemahaman mendalam tentang kedua aspek desain dan konstruksi.

  2. Penguatan Fase Perencanaan Awal: Pemilik proyek perlu menginvestasikan waktu dan sumber daya yang cukup dalam mendefinisikan lingkup proyek secara jelas dan menyeluruh pada tahap awal. Ini mungkin melibatkan studi kelayakan yang lebih mendalam, survei yang lebih akurat, dan konsultasi yang lebih luas dengan calon tim DB.

  3. Penerapan Teknologi untuk Kolaborasi: Penggunaan platform digital seperti BIM (Building Information Modeling) dan Common Data Environment (CDE) dapat memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi yang lebih efektif antar pihak. Ini membantu dalam visualisasi desain, deteksi tabrakan, dan manajemen informasi secara real-time.

  4. Pengembangan Kerangka Kontrak yang Adaptif: Meskipun kontrak DB menawarkan fleksibilitas, perlu ada standar kontrak yang jelas yang secara adil mengalokasikan risiko dan tanggung jawab, sekaligus memungkinkan inovasi dan penyelesaian masalah yang efisien.

  5. Peningkatan Manajemen Risiko Proyek: Tim DB perlu mengembangkan strategi manajemen risiko yang komprehensif, mencakup identifikasi risiko yang sistematis, penilaian, perencanaan mitigasi, dan pemantauan berkelanjutan.

Kesimpulan: Menuju Masa Depan Konstruksi yang Lebih Berhasil

Tesis Salinda Ranga Rathugama adalah kontribusi berharga bagi literatur tentang manajemen proyek Design-Build, khususnya dalam konteks negara berkembang seperti Sri Lanka. Ini menggarisbawahi bahwa kesuksesan DB bukanlah hasil otomatis dari pemilihan metode, melainkan buah dari manajemen yang cermat, kolaborasi yang kuat, dan pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor penentu.

Dengan mengidentifikasi pilar-pilar kesuksesan dan memberikan rekomendasi praktis, penelitian ini tidak hanya membantu Sri Lanka dalam meningkatkan kinerja proyek DB-nya, tetapi juga menawarkan pelajaran penting bagi negara-negara lain yang sedang dalam perjalanan transformasi konstruksi. Masa depan industri konstruksi akan semakin bergantung pada metode pengiriman proyek yang inovatif dan efisien seperti DB. Namun, efisiensi ini hanya dapat dicapai jika semua pemangku kepentingan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip keberhasilan yang telah terbukti, mengintegrasikan desain dan konstruksi tidak hanya di atas kertas, tetapi juga dalam praktik sehari-hari, untuk membangun proyek-proyek yang tidak hanya tepat waktu dan sesuai anggaran, tetapi juga berkualitas tinggi dan memuaskan semua pihak.

Sumber Artikel:

Rathugama, S. R. (2013). A Study of the Success of Design and Build Procurement Method for Building Projects in Sri Lanka. (Master's thesis, University of Moratuwa, Sri Lanka). Diakses dari https://www.lib.mrt.ac.lk/handle/123/10850