Memetakan Risiko Keterlambatan Proyek Gedung Pemerintah: Studi Kasus Gedung Margono Suradji Yogyakarta Berbasis PMBOK

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

13 Mei 2025, 09.03

freepik.com

Keterlambatan Proyek: Bukan Sekadar Isu Waktu, Tapi Soal Reputasi dan Efisiensi

Keterlambatan dalam proyek konstruksi, khususnya pada proyek-proyek sektor publik seperti pembangunan gedung pemerintahan atau fasilitas pendidikan, seringkali menimbulkan konsekuensi berlapis baik secara administratif, finansial, maupun reputasi. Dalam konteks ini, artikel karya Novika Candra Fertilia dan tim dari Universitas Mercu Buana menjadi kontribusi penting, karena tidak hanya membedah akar penyebab keterlambatan proyek secara rinci, tapi juga mengintegrasikan pendekatan sistematis berbasis PMBOK 2017.

Melalui studi kasus pada pembangunan Gedung Margono Suradji di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, penelitian ini membuktikan bahwa analisis risiko bukan sekadar pelengkap laporan proyek, melainkan elemen kunci yang harus ditangani sejak tahap awal perencanaan.

Studi Kasus: Proyek Pengembangan Gedung Margono Suradji UGM

Proyek ini mencakup:

  • Lokasi: Sleman, Yogyakarta
  • Pemilik Proyek: Universitas Gadjah Mada
  • Pelaksana: PT Mitra Hutama Mandiri
  • Lingkup Pekerjaan: Renovasi atap, penambahan lift, transformasi struktur dari 2 lantai menjadi 3 lantai, dan perbaikan arsitektur
  • Tingkat keterlambatan: 35% dari jadwal rencana awal

Keterlambatan ini sangat signifikan, terlebih proyek berada di kawasan pendidikan tinggi dengan aktivitas akademik padat, di mana ketepatan waktu sangat kritikal. Penundaan yang terjadi tidak hanya berimbas pada biaya dan waktu, tetapi juga pada proses belajar-mengajar serta keselamatan penghuni kampus.

Metodologi Penelitian: Manajemen Risiko PMBOK 2017

Penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen risiko sesuai panduan PMBOK (Project Management Body of Knowledge) edisi 6 tahun 2017. Tiga tahapan utama dilakukan:

  1. Identifikasi Risiko: Dimulai dengan studi literatur dan wawancara dengan pakar konstruksi untuk menyusun 38 variabel risiko potensial.
  2. Survei Responden: Melibatkan 30 praktisi konstruksi dengan pengalaman minimal 3 tahun, untuk menilai probabilitas dan dampak masing-masing risiko.
  3. Analisis Risiko Kuantitatif: Menggunakan matriks dampak dan probabilitas, dikalkulasi nilai risikonya (P × D) untuk setiap variabel, lalu diklasifikasikan ke dalam tiga tingkat: rendah, sedang, dan tinggi.

Pendekatan ini memberikan hasil berbasis data, sekaligus memudahkan prioritisasi dalam penanganan risiko.

Tiga Risiko Tertinggi: Apa yang Menyebabkan Proyek Tertunda?

Dari 38 risiko yang diteliti, tiga di antaranya berada dalam kategori “tinggi”, yaitu:

1. Jadwal Pengiriman Material ke Lokasi (Kode X1)

  • Probabilitas: 0,66
  • Dampak: 0,31
  • Nilai Risiko (P × D): 0,21

Pengiriman material yang tidak tepat waktu terbukti menjadi penyumbang terbesar keterlambatan. Keterlambatan pasokan berdampak langsung terhadap stagnasi aktivitas proyek, terutama pada tahap-tahap struktural yang membutuhkan ketepatan waktu tinggi.

2. Keterlambatan Pembayaran dari Owner (X16)

  • Probabilitas: 0,60
  • Dampak: 0,35
  • Nilai Risiko: 0,21

Pembayaran yang tidak lancar oleh pihak pengguna jasa menyebabkan terganggunya arus kas kontraktor, sehingga aktivitas pembelian material dan pembayaran subkontraktor ikut tertunda.

3. Situasi Keuangan Kontraktor (X17)

  • Probabilitas: 0,58
  • Dampak: 0,35
  • Nilai Risiko: 0,20

Masalah permodalan internal seperti kesalahan estimasi biaya, pengelolaan RAP (Rencana Anggaran Pelaksanaan) yang buruk, atau utang usaha menjadi sumber utama gangguan ritme proyek.

Rekomendasi Mitigasi Risiko: Tindakan Nyata untuk Proyek yang Lebih Tertib

Berdasarkan validasi pakar tahap akhir, peneliti menyusun strategi mitigasi yang layak diterapkan:

Untuk Risiko Jadwal Material (X1)

  • Strategi: Buat kontrak pengadaan dengan skema jadwal tetap (fixed delivery schedule)
  • Tindakan: Sediakan buffer material di awal pekerjaan; diversifikasi supplier

Untuk Risiko Pembayaran Terlambat (X16)

  • Strategi: Perjanjian kerja yang mencantumkan skema termin pembayaran jelas
  • Tindakan: Gunakan sistem e-billing dan follow-up intensif terhadap administrasi pembayaran

Untuk Risiko Keuangan Kontraktor (X17)

  • Strategi: Audit keuangan internal secara berkala dan pemisahan anggaran operasional
  • Tindakan: Hitung RAP secara detail dan gunakan software manajemen proyek berbasis akuntansi

Opini Kritis: Kelebihan, Keterbatasan, dan Relevansi Industri

Kelebihan:

  • Metodologi PMBOK yang sistematis dan bisa direplikasi
  • Studi kasus aktual dan konkret pada proyek institusi ternama
  • Validasi pakar dua tahap memberikan keabsahan akademik dan praktis

Keterbatasan:

  • Hanya fokus pada area manajemen risiko; belum menyentuh aspek manajemen mutu atau stakeholder
  • Belum mengintegrasikan pendekatan digital seperti BIM, ERP, atau dashboard risiko real-time

Relevansi:

Dalam konteks proyek APBN/APBD atau sektor pendidikan yang sangat sensitif terhadap waktu dan anggaran, temuan dari artikel ini sangat kontekstual. Terlebih di era pasca-pandemi, di mana fluktuasi harga material dan ketidakpastian ekonomi masih tinggi.

Komparasi dengan Penelitian Lain

Penelitian ini sejalan dengan temuan Ji et al. (2017) di Tiongkok, yang menyatakan bahwa faktor logistik dan keuangan adalah penyebab dominan keterlambatan proyek. Sementara di Indonesia, Kurniawan & Rudi (2019) juga mencatat bahwa penjadwalan material dan situasi finansial kontraktor menduduki urutan teratas dalam daftar penyebab delay.

Namun berbeda dari studi lain yang cenderung mengandalkan pendekatan kualitatif atau hanya observasional, artikel ini menambahkan nilai dengan pendekatan kuantitatif dan hasil klasifikasi risiko yang jelas.

Mengapa Temuan Ini Penting Bagi Industri?

Dengan semakin banyaknya proyek infrastruktur pemerintah, baik di sektor pendidikan, kesehatan, maupun pelayanan publik, manajemen risiko menjadi hal wajib. Berdasarkan artikel ini, pelajaran utama yang dapat ditarik adalah:

  • Keterlambatan tidak hanya soal waktu, tapi juga soal keuangan, manajemen, dan hubungan antar pihak.
  • Identifikasi awal terhadap risiko—sebelum lelang atau tender—dapat menghindarkan proyek dari gagal bayar atau stagnasi fisik.
  • Dokumentasi risiko dan tindakan mitigasi harus menjadi bagian dari laporan berkala proyek, bukan hanya tanggung jawab konsultan.

Kesimpulan: Risiko Tidak Dihindari, Tapi Harus Dikelola

Keterlambatan proyek, terutama proyek pemerintah seperti pembangunan Gedung Margono Suradji, dapat terjadi karena kombinasi dari kesalahan manajerial, kelalaian finansial, dan logistik yang tidak efisien. Namun, keterlambatan ini tidak perlu menjadi keniscayaan jika risiko diidentifikasi, dikalkulasi, dan ditangani secara sistematis sejak awal.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko berbasis PMBOK seperti dalam penelitian ini, pengelola proyek dapat:

  • Menyusun rencana kontinjensi secara matang
  • Menghindari konflik dengan stakeholder
  • Menjaga reputasi institusi dan kontraktor

Dan yang paling penting, menjaga proyek tetap on track, on budget, dan on quality.

Referensi Asli:

Novika Candra Fertilia, Sediyanto, dan Ahmad Fuadi. Analisis Risiko Penyebab Keterlambatan Proyek Pengembangan Pembangunan Gedung Margono Suradji Yogyakarta Berbasis PMBOK. Jurnal CMJ (Construction Management Journal), Vol. 5 No. 2, Juli 2023, hlm. 141–147.