Pendahuluan
Kolombia, negara dengan kekayaan air permukaan melimpah, ternyata menghadapi krisis air domestik di wilayah pedesaan dan peri-urban. Artikel ilmiah "Inefficiencies in water supply and perceptions of water use in peri-urban and rural water supply systems: case study in Cali and Restrepo, Colombia" (Callejas Moncaleano et al., 2024) menyoroti fenomena mengejutkan: keterbatasan pasokan air tidak semata akibat ketersediaan sumber, melainkan juga karena tata kelola, infrastruktur usang, dan persepsi penggunaan air.
Latar Belakang Penelitian
Meskipun Kolombia memiliki permukaan air berlimpah, hanya 40% masyarakat pedesaan yang memiliki akses ke air perpipaan (SSPD, 2019). Tingginya angka Non-Revenue Water (NRW)—antara 40–48% di wilayah urban dan tidak tersedia di pedesaan—menunjukkan adanya kebocoran masif dan ketidakefisienan sistem.
Metodologi
Studi ini dilakukan di 8 sistem air (4 pedesaan dan 4 peri-urban) di Valle del Cauca. Data dikumpulkan melalui survei lintas sektor terhadap 965 rumah tangga (respon rate 96%), observasi infrastruktur, pengukuran aliran air, dan wawancara mendalam dengan pengelola air. Estimasi penggunaan air dilakukan dengan metode self-reported water use.
Hasil Temuan Utama
1. Pola Perilaku Penggunaan Air:
- Rata-rata penggunaan air domestik: 253 liter per kapita per hari (lpcd), dengan variasi antara 39 hingga 1016 lpcd.
- 70% konsumsi air untuk kebersihan diri, terutama mandi (54,8%).
- Durasi mandi rata-rata: 8 menit, konsisten dengan tren global.
2. Perbedaan Wilayah Peri-Urban vs Pedesaan:
- Pengguna air di peri-urban melaporkan konsumsi 27% lebih tinggi dari pedesaan (263 vs 206 lpcd).
- Rumah tangga peri-urban lebih banyak memiliki fasilitas modern (keran, toilet, shower) dibanding pedesaan.
- Rasio persepsi penggunaan terhadap pasokan air: sebagian besar sistem pedesaan memiliki rasio <1, menunjukkan kebocoran atau penggunaan non-domestik seperti pertanian dan peternakan.
3. Faktor Kontekstual:
- Ukuran rumah tangga: makin besar, konsumsi per orang makin kecil.
- Tingkat pendidikan: makin tinggi, makin besar konsumsi air—dipengaruhi oleh kepemilikan alat elektronik, taman, dan kolam.
- Usia: rumah tangga lebih muda cenderung konsumsi lebih tinggi.
4. Efisiensi Sistem Pasokan Air:
- Rata-rata kehilangan fisik air (leakage) antara 42–89%.
- WSS 8C jadi contoh sukses: konsumsi hanya 136 lpcd, punya dua tukang ledeng, meteran aliran, dan program efisiensi air.
- Sebaliknya, WSS 1R dan 7C yang memiliki jumlah pengguna setara justru kehilangan air besar akibat ketiadaan perawatan dan infrastruktur buruk.
5. Kapasitas Kelembagaan:
- Sebagian besar asosiasi pengguna air (WUAs) dikelola sukarelawan tanpa gaji.
- Sistem peri-urban lebih profesional dan menyerupai badan usaha, sedangkan sistem pedesaan sangat tergantung pada bantuan luar.
Analisis & Implikasi
Penelitian ini menegaskan bahwa inefisiensi tidak hanya bersumber dari infrastruktur buruk, tetapi juga dari perilaku pengguna dan kelembagaan pengelola air. Menariknya, sistem di wilayah peri-urban yang lebih muda dan terdidik justru lebih efisien dalam tata kelola, meski menggunakan lebih banyak air.
Studi Kasus Kunci
- WSS 8C (peri-urban): sistem paling efisien, memiliki program efisiensi dan rasio penggunaan vs pasokan ideal.
- WSS 1R (pedesaan): cakupan besar, pengelolaan berbasis komunitas aktif, namun tetap terjadi kehilangan air signifikan.
- WSS 5C: meski peri-urban, tetap tidak efisien karena kecilnya kapasitas organisasi dan rendahnya partisipasi.
Rekomendasi Strategis
- Tingkatkan literasi air masyarakat dan pelatihan teknis bagi pengelola.
- Dorong pemasangan meteran aliran air dan pemantauan real-time.
- Integrasikan pendekatan sosio-teknikal dalam perencanaan dan pengelolaan air.
- Reformasi kelembagaan untuk memperkuat WUAs secara struktural dan finansial.
- Fokus pada pengurangan konsumsi melalui kampanye efisiensi dan promosi perangkat hemat air.
Kesimpulan
Efisiensi sistem air domestik tidak hanya soal pasokan, tapi juga manajemen, kesadaran, dan struktur sosial. Wilayah peri-urban Kolombia menjadi bukti bahwa kemajuan tata kelola bisa dicapai meskipun dengan tantangan demografi dan urbanisasi. Namun tanpa dukungan teknologi, kebijakan adaptif, dan peningkatan kapasitas SDM, inefisiensi akan terus menjadi hambatan utama dalam pencapaian SDG 6.
Sumber : Callejas Moncaleano, D.C., Pande, S., Haeffner, M., Rodríguez Sánchez, J.P., & Rietveld, L. (2024). Inefficiencies in water supply and perceptions of water use in peri-urban and rural water supply systems: case study in Cali and Restrepo, Colombia. Frontiers in Water, 6, Article 1389648.