Indonesia, negara kepulauan dengan kekayaan alam melimpah, menghadapi tantangan besar: eksploitasi sumber daya, kerusakan lingkungan, kemiskinan, dan ketimpangan sosial. Dalam konteks inilah, buku “Pembangunan Berkelanjutan: Peran dan Kontribusi Emil Salim” menjadi sangat relevan. Buku ini tidak hanya menyorot perjalanan dan pemikiran Prof. Emil Salim, tetapi juga menampilkan bagaimana konsep pembangunan berkelanjutan diadopsi dan diimplementasikan di Indonesia, sekaligus mengaitkannya dengan dinamika global seperti SDGs dan krisis iklim.
Transformasi Paradigma: Dari Ekonomi Konvensional ke Pembangunan Berkelanjutan
Pada era 1970-an, pembangunan nasional masih identik dengan pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi. Namun, Emil Salim—salah satu tokoh penting di balik perubahan paradigma ini—menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi harus selaras dengan perlindungan lingkungan dan keadilan sosial. Sebagai delegasi Indonesia di Konferensi Stockholm 1972, Emil Salim membawa gagasan bahwa pembangunan harus memikirkan masa depan, bukan sekadar mengejar keuntungan sesaat.
Ciri utama paradigma pembangunan berkelanjutan menurut Emil Salim:
- Ekonomi, sosial, dan lingkungan ditempatkan secara seimbang.
- Dampak jangka panjang menjadi pertimbangan utama.
- Keadilan antargenerasi dan intragenerasi diutamakan.
- Negara, masyarakat, dan swasta berperan kolaboratif.
- Kegagalan pasar dalam menangkap eksternalitas lingkungan harus diatasi.
Pilar Pembangunan Berkelanjutan dan Implementasinya
Tiga pilar utama pembangunan berkelanjutan—ekonomi, sosial, dan lingkungan—menjadi fondasi seluruh kebijakan yang diperjuangkan Emil Salim. Bagaimana realisasinya di Indonesia?
Pilar Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi harus inklusif dan berkelanjutan. Emil Salim menekankan pentingnya investasi pada sumber daya manusia, teknologi ramah lingkungan, dan pengurangan ketergantungan pada industri ekstraktif yang merusak lingkungan.
Pilar Sosial
Pembangunan sosial diarahkan pada pengentasan kemiskinan, peningkatan pendidikan, kesehatan, dan pemerataan akses layanan dasar. Emil Salim memperjuangkan keadilan sosial dan perlindungan kelompok rentan, termasuk masyarakat adat dan perempuan.
Pilar Lingkungan
Perlindungan lingkungan menjadi prioritas. Emil Salim mendorong konservasi hutan, pengelolaan limbah, dan penegakan hukum lingkungan. Ia juga menekankan pentingnya tata ruang yang berwawasan lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam berbasis kearifan lokal.
Studi Kasus Inspiratif: Jejak Emil Salim dalam Kebijakan Nasional
Pembentukan Kementerian Lingkungan Hidup
Pada 1978, Indonesia menjadi pelopor di Asia dengan membentuk Kementerian Lingkungan Hidup, dipimpin langsung oleh Emil Salim. Langkah ini menandai integrasi isu lingkungan ke dalam kebijakan nasional.
Program Kali Bersih (Prokasih)
Diluncurkan pada 1989, Prokasih adalah program kolaboratif antara pemerintah, industri, dan masyarakat untuk mengendalikan pencemaran sungai. Dalam satu dekade, Prokasih berhasil menurunkan beban limbah industri di 20 sungai utama, dengan ribuan ton limbah berbahaya berhasil direduksi setiap tahunnya.
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper)
Proper adalah inovasi penilaian kinerja lingkungan perusahaan yang berbasis transparansi. Program ini mendorong perusahaan berlomba-lomba memperbaiki kinerja lingkungan, terbukti dari meningkatnya jumlah perusahaan yang meraih peringkat hijau dan emas dari tahun ke tahun.
Extractive Industries Review (EIR)
Sebagai ketua EIR, Emil Salim memimpin evaluasi dampak industri ekstraktif oleh Bank Dunia. Rekomendasinya menegaskan bahwa investasi di sektor pertambangan dan energi harus memenuhi prinsip keberlanjutan dan perlindungan HAM. Standar ini kini menjadi rujukan global dalam praktik ESG (Environmental, Social, Governance).
Data dan Fakta: Tantangan dan Dampak Kebijakan
- Industri pertambangan dan energi menyumbang lebih dari 10% PDB Indonesia, namun juga menjadi penyumbang utama deforestasi, polusi, dan konflik sosial.
- Indonesia membutuhkan investasi minimal Rp 5.300 triliun per tahun untuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur sosial agar dapat mengejar ketertinggalan modal manusia.
- Dalam dua dekade terakhir, jutaan hektar hutan tropis Indonesia hilang akibat deforestasi, menempatkan Indonesia di peringkat atas negara dengan laju kehilangan hutan tercepat.
- Lebih dari 80% sungai di Pulau Jawa tercemar berat oleh limbah domestik dan industri, berdampak pada kesehatan jutaan penduduk.
- Indonesia berkomitmen pada SDGs 2030, namun masih menghadapi tantangan besar pada indikator kemiskinan, ketimpangan, dan degradasi lingkungan.
Analisis Kritis: Relevansi, Kritik, dan Pembelajaran
Relevansi di Era Industri 4.0 dan Krisis Iklim
Paradigma pembangunan berkelanjutan yang diperjuangkan Emil Salim semakin relevan di era digitalisasi, urbanisasi, dan perubahan iklim. Tantangan seperti polusi, banjir, dan kemiskinan kota menuntut integrasi antara inovasi teknologi, perlindungan lingkungan, dan pembangunan sosial yang inklusif.
Kritik atas Implementasi
Walau Indonesia telah memiliki regulasi lingkungan yang kuat, pelaksanaan di lapangan masih sering terhambat oleh tumpang tindih kebijakan, lemahnya penegakan hukum, dan korupsi. Banyak program lingkungan masih bersifat top-down dan kurang melibatkan masyarakat lokal secara bermakna. Studi kasus Prokasih dan Proper menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan.
Ekonomi vs Lingkungan: Dilema Abadi
Kasus industri batubara menjadi contoh nyata: kontribusi besar pada ekonomi, tetapi menimbulkan polusi dan kerusakan lingkungan yang mahal biayanya. Emil Salim menegaskan pentingnya menghitung biaya eksternalitas dalam setiap proyek pembangunan.
Perbandingan dengan Tren Global
Konsep pembangunan berkelanjutan ala Emil Salim sejalan dengan SDGs dan Paris Agreement. Negara-negara Skandinavia lebih berhasil dalam mengintegrasikan ekonomi hijau dan circular economy ke kebijakan nasional. Indonesia perlu memperkuat insentif ekonomi hijau dan kolaborasi lintas sektor agar tidak tertinggal.
Kaitan dengan Industri dan Bisnis Modern
SDGs dan Green Economy
Implementasi SDGs di Indonesia masih menghadapi tantangan pada indikator lingkungan seperti pengelolaan limbah dan energi terbarukan. Emil Salim menekankan pentingnya investasi pada green economy, inovasi teknologi, dan penguatan kapasitas SDM.
ESG dan Bisnis Berkelanjutan
Tren global menuntut perusahaan menerapkan prinsip ESG. Proper dan Prokasih adalah contoh awal ESG di Indonesia, namun perusahaan perlu melangkah lebih jauh dengan circular economy, dekarbonisasi rantai pasok, dan pelaporan keberlanjutan yang transparan.
Urbanisasi dan Tata Ruang
Urbanisasi pesat menuntut tata kelola ruang yang berkelanjutan. Emil Salim mengingatkan pentingnya penataan ruang yang mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi, serta menghindari konflik kepentingan dalam pembangunan infrastruktur.
Studi Kasus Tambahan: Pengelolaan Hutan dan Agraria
Pengelolaan Hutan Lestari
Emil Salim memperjuangkan pendekatan pengelolaan hutan lestari dan REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation). Indonesia kini menjadi pelopor dalam perdagangan karbon dan konservasi hutan tropis dunia.
Pembaruan Kebijakan Agraria
Emil Salim menekankan pentingnya akses masyarakat adat terhadap sumber daya alam dan penguatan ekonomi lokal berbasis kearifan lokal. Pembaruan agraria menjadi agenda utama untuk mengurangi konflik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Rekomendasi Strategis untuk Masa Depan
- Penguatan Tata Kelola dan Penegakan Hukum: Reformasi birokrasi dan pengawasan korupsi dalam pengelolaan sumber daya alam harus menjadi prioritas.
- Investasi SDM dan Teknologi: Pendidikan, kesehatan, dan inovasi teknologi ramah lingkungan harus diutamakan.
- Kolaborasi Lintas Sektor: Pemerintah, swasta, dan masyarakat perlu terlibat aktif dalam perumusan dan implementasi kebijakan.
- Ekonomi Hijau dan Circular Economy: Transisi ke energi terbarukan, pengelolaan limbah terpadu, dan bisnis berbasis circular economy harus didorong.
- Penguatan Peran Masyarakat Lokal: Partisipasi bermakna masyarakat lokal dan adat dalam pengelolaan sumber daya alam harus dijamin.
Warisan Emil Salim dan Tantangan Masa Depan
Buku ini bukan sekadar catatan sejarah, tetapi juga panduan strategis menghadapi tantangan abad ke-21. Emil Salim membuktikan bahwa perubahan paradigma, inovasi kebijakan, dan kolaborasi lintas sektor adalah kunci menuju Indonesia yang adil, makmur, dan lestari. Di tengah krisis iklim dan disrupsi teknologi, warisan pemikiran dan aksi Emil Salim tetap relevan: membangun Indonesia dengan menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan kelestarian lingkungan.
Tantangan ke depan adalah memastikan warisan ini diadopsi, diadaptasi, dan diimplementasikan oleh generasi muda, pembuat kebijakan, dan seluruh elemen bangsa.
Sumber Asli
Azis, Iwan J. dkk. (Editor). Pembangunan Berkelanjutan: Peran dan Kontribusi Emil Salim. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2010.