Air bersih adalah hak dasar manusia, namun aksesnya masih menjadi tantangan besar, terutama di wilayah pelosok dan miskin infrastruktur. Buku berjudul Air Bersih Gratis (2023) karya Harun Rasidi dkk. mengangkat secara komprehensif berbagai konsep, teknologi, dan strategi penyediaan air bersih tanpa biaya, mulai dari desain filter, standar kualitas, sumber air baku, hingga pemanfaatan teknologi non-listrik.
Dengan pendekatan praktis dan teknis, buku ini menjadi referensi penting bagi akademisi, teknisi, dan komunitas masyarakat untuk mewujudkan kemandirian air bersih yang terjangkau dan berkelanjutan.
Mengapa Air Bersih Masih Jadi Masalah?
Berdasarkan WHO (2019), 2,2 miliar orang tidak memiliki akses ke air minum aman. Di Indonesia, pertumbuhan permukiman tidak sebanding dengan ketersediaan prasarana air. Permasalahan mencakup:
- Pencemaran sumber air (industri dan domestik)
- Ketidakseimbangan kebutuhan dan pasokan
- Biaya listrik dan operasional tinggi
- Minimnya infrastruktur di daerah terpencil
Filter Minim Perawatan: Solusi Nyata dari Lingkungan
Filter air minim perawatan yang disarankan oleh buku ini mengandalkan media alami:
- Pasir, kerikil, ijuk, dan arang aktif
- Alternatif kimia: PAC, tawas, dan kaporit
Filter ini mampu mengubah air baku dari sungai, danau, atau air hujan menjadi air bersih layak MCK, bahkan untuk konsumsi jika dikombinasikan dengan pengolahan lanjutan.
Pompa Air Tanpa Energi Listrik: Teknologi Ramah Lingkungan
Pompa Hidrolik (P.A.T.H.) dikembangkan sebagai solusi pemompaan air tanpa listrik, dengan keunggulan:
- Biaya rendah
- Tidak menghasilkan emisi karbon
- Dapat digunakan di wilayah terpencil
- Tidak memerlukan bendung besar atau pipa panjang
Studi kasus:
Teknologi ini telah berhasil diterapkan di Temanggung, Magelang, dan Pacitan melalui uji coba oleh Balai Litbang Sungai.
Standar Kualitas Air dan Regulasi
Mengacu pada Permenkes No. 492/2010, air bersih harus:
- Bebas bau, jernih, tidak berasa
- Bebas bakteri (E. coli), logam berat, zat kimia berbahaya
Standar kualitas juga mencakup suhu, pH, kekeruhan, dan oksigen terlarut (DO), yang diuji melalui laboratorium.
Sumber Air Baku dan Risiko
Air baku berasal dari:
- Air permukaan: sungai, danau, air hujan
- Air tanah: sumur dangkal dan dalam
Masalah utama:
Kualitas fluktuatif karena pencemaran dan perubahan iklim. Oleh karena itu, pemilihan dan pengolahan sumber air sangat krusial.
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan IoT untuk Pengelolaan Air
Buku ini mengulas penerapan Internet of Things (IoT) dan Smart Water Management:
- Sensor digital mendeteksi kualitas air secara real-time
- Sistem pengawasan air di tingkat rumah tangga
- TIK memungkinkan edukasi masyarakat dan monitoring konsumsi
Contoh penerapan internasional:
Di berbagai negara, sensor IoT telah digunakan untuk pemantauan kualitas air muara dan sungai, bahkan hingga ke kran rumah warga.
Deteksi dan Pengendalian Pencemaran Air
Pencemaran air bersih perlu dideteksi sejak dini. Standar WHO dan Permenkes mewajibkan pemantauan terhadap:
- Bakteri coliform
- Zat kimia (merkuri, arsenik, nitrat)
- Mikroplastik dan partikel logam berat
Rekomendasi teknis:
Gunakan metode klorinasi dengan kaporit, filter arang aktif, dan uji laboratorium rutin untuk menjaga kualitas air konsumsi.
Peran Pemerintah dan Kesetaraan Akses
Pemerintah memiliki tanggung jawab memastikan:
- Regulasi dan standarisasi kualitas
- Infrastruktur penyediaan air
- Subsidi air bersih untuk masyarakat rentan
Tanpa peran aktif pemerintah, ketimpangan akses air akan terus memburuk, terutama bagi masyarakat miskin dan daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
Kesimpulan dan Rekomendasi
Air bersih gratis bukan utopia, tetapi keniscayaan teknologi dan kehendak politik. Buku ini membuktikan bahwa:
- Teknologi tepat guna seperti P.A.T.H. dan filter alami bisa diadopsi di desa-desa
- Pemanfaatan TIK dan edukasi masyarakat penting untuk pengawasan air
- Dukungan regulasi dan partisipasi komunitas adalah kunci keberlanjutan
Solusi air bersih yang murah dan ramah lingkungan tidak lagi terbatas pada kota besar atau fasilitas mewah. Melalui kolaborasi antara masyarakat, akademisi, dan pemerintah, akses air bersih dapat menjadi hak universal, bukan sekadar kebutuhan elit.
Sumber asli : Rasidi, H., Mulyanda, D., Karimuna, S. R., Hamka, M. S., Sumarlin, Ningtyas, R., Paharuddin, Kartina, D., Qomaliyah, E. N., Aini, Gaffar, S., & Kasmi, M. (2023). Air Bersih Gratis. Penerbit Widina Media Utama. ISBN 978-623-459-579-6.