Manajemen Keselamatan dalam Logistik Bahan Berbahaya: Tantangan dan Solusi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

21 Februari 2025, 14.34

rafikatransindo.co.id

Transportasi bahan berbahaya (hazardous materials atau hazmat) merupakan sektor yang sangat berisiko karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi, korban jiwa, serta dampak lingkungan yang besar. Insiden seperti Bhopal (1984), Chernobyl (1986), dan kecelakaan transportasi di Quebec (2002) menunjukkan bahwa kegagalan dalam pengelolaan bahan berbahaya dapat menimbulkan bencana besar. Studi ini mengevaluasi praktik keselamatan di 490 fasilitas di Quebec, Kanada, yang menangani bahan berbahaya. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar fasilitas memiliki program manajemen keselamatan yang memadai di tempat kerja, banyak yang masih mengabaikan aspek keamanan dalam transportasi bahan berbahaya.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey kuantitatif yang mencakup:

  • 490 fasilitas industri yang menangani bahan berbahaya.
  • 106 fasilitas memberikan tanggapan, menghasilkan tingkat respons 22,7%.
  • Data dikumpulkan melalui kuesioner 55 pertanyaan yang mencakup:
    • Karakteristik fasilitas dan bahan berbahaya yang ditangani.
    • Penggunaan moda transportasi.
    • Analisis risiko dan program keselamatan.
    • Biaya terkait keselamatan bahan berbahaya.

Berdasarkan hasil survei, 73,1% fasilitas menangani cairan mudah terbakar, 58,1% bahan korosif, dan 45,2% gas berbahaya. Ini menunjukkan bahwa mayoritas fasilitas bekerja dengan bahan yang memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan dan lingkungan. Sebagian besar fasilitas menggunakan truk sebagai moda utama transportasi (98,9%), sementara kereta api (22,5%), kapal (20,2%), pipa (6,7%), dan pesawat (9%) digunakan dalam jumlah yang jauh lebih kecil. Sebagian besar fasilitas mengalihdayakan transportasi bahan berbahaya ke pihak ketiga (85% untuk pengiriman dan 84% untuk penerimaan barang). Namun, hanya 48,4% perusahaan yang melakukan audit keselamatan terhadap pihak ketiga, menunjukkan lemahnya pengawasan terhadap operator transportasi yang menangani bahan berbahaya.

Beberapa temuan terkait biaya pengelolaan bahan berbahaya meliputi:

  • 63,6% fasilitas mengalokasikan anggaran untuk peralatan keselamatan di lokasi.
  • 60,6% menginvestasikan dana dalam pelatihan karyawan.
  • 56,6% harus mematuhi regulasi terkait bahan berbahaya.
  • Hanya 31,3% yang mengalokasikan anggaran khusus untuk manajer keselamatan.

Pada tahun 2002, terjadi 41 kecelakaan transportasi bahan berbahaya di Quebec. Salah satu insiden terbesar melibatkan tumpahan gas beracun yang menyebabkan evakuasi massal. Penyebab utama kecelakaan ini adalah:

  • Kesalahan manusia dalam prosedur pemuatan dan pembongkaran.
  • Kurangnya pengawasan terhadap kontraktor transportasi.
  • Kegagalan dalam mendeteksi kebocoran bahan kimia sebelum pengiriman.

Kasus ini menunjukkan pentingnya audit keselamatan dan pemantauan ketat terhadap rantai pasok logistik bahan berbahaya.

Penguatan Regulasi dan Pengawasan

  • Penerapan audit keselamatan wajib bagi semua perusahaan yang mengalihdayakan transportasi bahan berbahaya.
  • Regulasi yang lebih ketat dalam pemilihan operator transportasi, termasuk sertifikasi keselamatan.

Peningkatan Pelatihan Karyawan

  • Hanya 11,8% fasilitas yang melakukan pelatihan tahunan, sehingga perlu ada program pelatihan berkelanjutan.
  • 56,9% fasilitas hanya melatih karyawan setiap tiga tahun sekali, yang masih jauh dari cukup untuk menangani bahan berbahaya dengan aman.

Implementasi Teknologi Pemantauan

  • Sensor deteksi kebocoran gas dan sistem pemantauan real-time untuk memantau kondisi bahan berbahaya selama transportasi.
  • Penggunaan sistem pelacakan berbasis IoT (Internet of Things) untuk meningkatkan transparansi dalam rantai pasok bahan berbahaya.

Peningkatan Kesadaran Risiko Publik

  • Banyak fasilitas tidak memberikan informasi kepada masyarakat sekitar tentang risiko transportasi bahan berbahaya.
  • Hanya 15% perusahaan yang secara aktif mengedukasi masyarakat tentang bahaya transportasi hazmat, sehingga diperlukan program edukasi yang lebih baik.

Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar fasilitas memiliki program keselamatan yang baik dalam operasional internal, mereka kurang memperhatikan aspek transportasi bahan berbahaya. Outsourcing tanpa pengawasan yang memadai menjadi salah satu titik lemah dalam manajemen keselamatan bahan berbahaya. Beberapa langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan keselamatan dalam logistik bahan berbahaya meliputi:

  1. Audit keselamatan reguler terhadap operator transportasi.
  2. Peningkatan frekuensi pelatihan bagi karyawan yang menangani bahan berbahaya.
  3. Penggunaan teknologi pemantauan untuk mengurangi risiko selama pengiriman.
  4. Edukasi publik mengenai risiko bahan berbahaya dan prosedur evakuasi dalam keadaan darurat.

Dengan menerapkan strategi ini, industri dapat mengurangi risiko kecelakaan, meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi, dan melindungi masyarakat serta lingkungan dari dampak negatif bahan berbahaya.

Sumber Asli Paper

De Marcellis-Warin, N., & Trépanier, M. (2010). Safety Management in Hazardous Materials Logistics. Transportation Letters: The International Journal of Transportation Research.