Kualitas Air dan Tantangan Akses Air Bersih di Bhutan

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda

15 Mei 2025, 10.15

pixabay.com

Pendahuluan: Ketika Air Bersih Menjadi Kemewahan

Meski dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya air, Bhutan menghadapi realitas yang kontras. Di tengah melimpahnya air permukaan dan mata air pegunungan, masyarakat di banyak wilayah—baik urban maupun rural—masih kesulitan mengakses air minum yang aman. Paper berjudul Assessing the water quality and status of water resources in urban and rural areas of Bhutan oleh Chathuranika et al. (2023) menyoroti ironi ini dan menawarkan kajian komprehensif mengenai kualitas air dan manajemen sumber daya air Bhutan yang kompleks.

Artikel ini akan membedah isi paper tersebut secara mendalam, memberikan parafrase kritis, serta menambahkan analisis yang mengaitkan temuan dengan tantangan global dan lokal seputar air bersih dan sanitasi.

Urbanisasi dan Akses Air: Sebuah Kesenjangan yang Melebar

Urbanisasi di Bhutan meningkat tajam selama dekade terakhir, dengan pertumbuhan penduduk kota mencapai lebih dari 22% sejak 2009. Namun, hanya sebagian kecil masyarakat urban yang menikmati layanan air 24 jam. Sebagian lainnya harus bergantung pada distribusi terbatas, bahkan di bawah 8 jam per hari. Ironisnya, 99,9% rumah tangga tercatat memiliki akses ke sumber air "terstandar", tapi hanya 83% yang memiliki akses ke air minum sepanjang hari.

Kondisi ini diperparah dengan:

  • Topografi pegunungan ekstrem yang menyulitkan infrastruktur air
  • Pemukiman yang tersebar dan tidak terencana
  • Keterbatasan teknologi dan dana

Studi Kasus: Paro dan Dagana

Kedua distrik ini menjadi simbol keterbatasan distribusi air di Bhutan, dengan pasokan tidak teratur dan air tidak terolah.

Kualitas Air: Dari Glacial Lake ke Keran Rumah

Bhutan memiliki lebih dari 2.600 danau glasial dan 78 miliar m3 air permukaan tahunan. Namun, kualitas air tidak selalu memenuhi standar WHO. Analisis menunjukkan tingginya angka BOD (Biological Oxygen Demand), rendahnya DO (Dissolved Oxygen), serta keberadaan coliform yang melebihi ambang batas di beberapa area.

Penyebab degradasi kualitas air meliputi:

  • Limbah rumah tangga yang dibuang langsung ke sungai
  • Pertanian intensif yang mencemari sungai dengan pupuk dan pestisida
  • Perubahan penggunaan lahan yang menyebabkan erosi
  • Pengaruh perubahan iklim yang mengubah pola aliran air

Sistem Pengolahan Air: Minim, Mahal, dan Tidak Merata

Sistem pengolahan air di Bhutan terbagi dua: sederhana di daerah rural dan lebih kompleks di kota besar. Namun, sebagian besar masih menggunakan metode dasar seperti filtrasi pasir dan disinfeksi klorin. Hanya beberapa instalasi seperti Jungzhina dan Bajo yang memiliki proses berlapis.

Data Kapasitas Instalasi

  • Jungzhina: 6.500 m3/hari
  • Bajo: 2.400 m3/hari

Kedua instalasi ini mengolah air dari sungai menggunakan kombinasi filtrasi dan klorinasi, namun masih ditemukan kasus di mana air terolah tidak sepenuhnya bebas dari bakteri.

Pendekatan IWRM: Jalan Menuju Masa Depan Air Bhutan

Integrated Water Resources Management (IWRM) menjadi harapan utama Bhutan untuk memastikan keberlanjutan pasokan air bersih. Pendekatan ini melibatkan semua pemangku kepentingan dan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan secara menyeluruh.

Pemerintah Bhutan telah membentuk Komite Penasihat Teknis untuk mengawal kebijakan dan implementasi IWRM. Tujuannya jelas: menjamin keadilan distribusi air, efisiensi ekonomi, dan konservasi ekosistem.

Analisis Tambahan: Mengapa Bhutan Perlu Bertindak Cepat

Urbanisasi dan Tekanan Lingkungan

Kota seperti Thimphu dan Paro mengalami degradasi kualitas air yang serius akibat pembangunan tak terkendali. Studi di lembah Wangchhu menunjukkan bahwa peningkatan kawasan terbangun menurunkan kualitas air sungai secara drastis. Parameter seperti pH, TDS, dan total coliform menunjukkan tren memburuk.

Perubahan Iklim

Pemanasan di Himalaya membuat gletser mencair cepat, menyebabkan banjir di dataran rendah dan berkurangnya aliran sungai di musim kering. Kombinasi ini memperburuk ketersediaan dan kualitas air.

Rekomendasi: Apa yang Bisa Dilakukan?

  1. Modernisasi Infrastruktur: Bangun sistem distribusi dan pengolahan air yang lebih canggih dan tahan terhadap perubahan iklim.
  2. Edukasi Masyarakat: Tingkatkan kesadaran akan pentingnya sanitasi dan perlindungan sumber air.
  3. Diversifikasi Sumber: Gunakan teknologi seperti pemanenan air hujan dan desalinasi lokal jika memungkinkan.
  4. Penguatan Regulasi: Tegakkan Water Act of Bhutan (2011) dengan pengawasan dan sanksi nyata.
  5. Kolaborasi Internasional: Gandeng lembaga seperti ADB dan UNICEF untuk pendanaan dan transfer teknologi.

Kesimpulan: Bhutan di Persimpangan Jalan

Bhutan menghadapi dilema yang kompleks: sumber daya air melimpah, tetapi akses terhadap air bersih masih belum merata. Urbanisasi, perubahan iklim, dan tantangan geografis memperparah masalah ini. Paper oleh Chathuranika et al. (2023) menyajikan gambaran lengkap yang layak menjadi referensi kebijakan dan aksi.

Solusinya bukan sekadar teknis, tapi juga sosial dan politis. Bhutan perlu merumuskan strategi lintas sektor dan mengarusutamakan air sebagai isu nasional yang menyentuh hajat hidup rakyat.

Referensi

Chathuranika, I. M., Sachinthanie, E., Zam, P., Gunathilake, M. B., Denkar, D., Muttil, N., Abeynayaka, A., Kantamaneni, K., & Rathnayake, U. (2023). Assessing the water quality and status of water resources in urban and rural areas of Bhutan. Journal of Hazardous Materials Advances, 12, 100377.