Ruang bawah tanah perkotaan (urban underground space/UUS) kini menjadi sorotan utama dalam upaya mengatasi berbagai tantangan urbanisasi, khususnya dalam kaitannya dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Kajian komprehensif dari Peng et al. (2021) menyoroti bahwa setidaknya 11 dari 17 SDGs memiliki hubungan erat dengan pengembangan UUS. Dalam artikel ini, kita akan membedah dimensi kritis dari pendekatan kolaboratif, menyajikan studi kasus nyata, dan meninjau tantangan maupun peluang yang ditawarkan oleh pemanfaatan ruang bawah tanah secara berkelanjutan.
Mengapa Ruang Bawah Tanah Menjadi Penting?
Dengan meningkatnya urbanisasi, kota-kota menghadapi tekanan besar terhadap ketersediaan lahan. UUS menawarkan solusi alternatif dengan memindahkan berbagai fungsi kota ke bawah tanah, mulai dari transportasi, energi, hingga ruang publik. Misalnya:
- Di Tokyo, 99,9% bangunan memiliki basement hingga 4 lantai.
- Di Melbourne, proyek West Gate Tunnel dan Metro Tunnel jadi andalan transportasi masa depan.
- China mencatat total panjang jalur kereta bawah tanah lebih dari 5000 km pada 2018.
Kaitan Langsung UUS dengan 11 SDGs
Berikut ini beberapa SDGs yang paling relevan dengan penggunaan ruang bawah tanah:
1. SDG 3: Kesehatan dan Kesejahteraan
- Contoh: Proyek M30 di Madrid menurunkan angka kecelakaan hingga 50%.
- Dampak: Jalan dan kereta bawah tanah menurunkan polusi udara dan meningkatkan keselamatan lalu lintas.
2. SDG 6: Air Bersih dan Sanitasi
- Drainase dan terowongan air limbah di Shanghai dan Victoria Harbour terbukti meningkatkan kualitas air permukaan dan bawah tanah.
3. SDG 7: Energi Bersih
- Potensi geothermal: bisa hasilkan 1400 TWh listrik dan 1600 TWh panas per tahun pada 2050.
- Sistem seperti aquifer thermal energy storage menyediakan energi hemat dan bersih.
4. SDG 8 & 9: Pertumbuhan Ekonomi dan Inovasi
- Investasi UUS di China mencapai 405 miliar USD.
- Transportasi bawah tanah mempercepat mobilitas kerja dan pertumbuhan industri terkait.
5. SDG 11: Kota Berkelanjutan
- Proyek SMART di Kuala Lumpur menggabungkan jalan dan terowongan pengendali banjir.
- Boston Big Dig membebaskan 30 acre lahan hijau baru.
- Museum bawah tanah di Luoyang, China melestarikan warisan budaya sambil menyediakan fasilitas publik.
Risiko dan Kerugian Potensial
Namun, tidak semua dampak UUS bersifat positif. Beberapa tantangan yang perlu diantisipasi:
- Kesehatan: Kurangnya pencahayaan alami, sirkulasi udara buruk.
- Lingkungan: Kerusakan pada akuifer, organisme bawah tanah, serta warisan budaya.
- Fungsi Kota: Risiko kriminalitas di lorong bawah tanah, gangguan terhadap vitalitas ruang publik di permukaan.
Solusi: Pendekatan Kolaboratif Multidisipliner
Untuk menghindari dampak negatif sekaligus memaksimalkan potensi UUS terhadap SDGs, artikel ini mengusulkan empat dimensi kolaboratif:
1. Administrasi Lahan Modern
- Dibutuhkan sistem administrasi kepemilikan dan hak guna lahan bawah tanah yang terpisah dan jelas.
- Negara seperti Jepang (dengan batas 10–40 m) dan Singapura (30 m) telah menerapkan sistem ini.
2. Perencanaan Terintegrasi
- Penilaian kesesuaian UUS berdasarkan potensi geothermal, air tanah, sejarah, dan organisme bawah tanah.
- Dibutuhkan perencanaan 3D dan pemodelan berbasis AI untuk menghindari konflik penggunaan.
3. Desain Arsitektur
- Perlu desain yang memperhitungkan kenyamanan pengguna, ventilasi, akses cahaya, serta mitigasi risiko bencana seperti banjir dan kebakaran.
4. Teknologi Konstruksi
- Proyek seperti terowongan logistik pelabuhan Shanghai dan sistem pengumpulan limbah bawah tanah memerlukan teknologi canggih dan presisi tinggi.
Studi Kasus: Dunia Nyata dalam Angka
- Taipei Metro menurunkan polusi CO sebesar 5–15%.
- Finlandia menggunakan ruang bawah tanah untuk pusat olahraga, galeri seni, dan fasilitas umum.
- Singapura membangun penyimpanan amunisi bawah tanah demi mengurangi kerugian akibat ledakan.
- Di Jepang, 51% tanah hasil galian proyek UUS langsung digunakan kembali, sisanya disimpan untuk proyek infrastruktur masa depan.
Kesimpulan: Potensi UUS untuk Masa Depan Berkelanjutan
Dengan pengelolaan dan kolaborasi yang tepat, ruang bawah tanah bisa menjadi kunci dalam:
- Meningkatkan efisiensi lahan kota
- Mendorong inovasi infrastruktur
- Meningkatkan kualitas hidup masyarakat urban
- Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan
Namun, semua itu hanya bisa dicapai jika pendekatan perencanaan, hukum, desain, dan teknologi dikembangkan secara menyatu, terukur, dan inklusif. Maka dari itu, transformasi sistemik dan kesadaran lintas sektor menjadi prasyarat utama menuju kota masa depan yang berkelanjutan.
Sumber: Fang-Le Peng, Yong-Kang Qiao, Soheil Sabri, Behnam Atazadeh, Abbas Rajabifard. A collaborative approach for urban underground space development toward sustainable development goals: Critical dimensions and future directions. Frontiers of Structural and Civil Engineering, Vol. 15, No. 1, 2021, pp. 20–45. DOI: 10.1007/s11709-021-0716-x