Tungku induksi dapat dibagi menjadi tungku peleburan dengan frekuensi utama dari 50 Hz hingga 10.000 Hz dan tungku penyimpanan frekuensi utama. Prinsip kerjanya mirip dengan trafo, menghasilkan arus induksi pada kumparan listrik frekuensi tinggi untuk melebur logam dalam wadah peleburan. Nilai frekuensi tungku induksi bisa mencapai 2000 Hz dan tegangan DC dapat diatur hingga 800 VDC menggunakan "TYRISTOR" pada panel listrik. Kapasitor DC dipasang untuk mencegah lonjakan tegangan dan arus yang tak terduga akibat perubahan beban pada tungku.
Dengan sumber arus dan tegangan searah, kompor induksi dilengkapi dengan tabung tembaga sebagai penghantar dan dialiri air untuk mengurangi panas di smelter. Arus induksi memanaskan dan melelehkan bahan pengisi. Pemilihan frekuensi operasi terkait dengan bahan yang dicairkan dan kapasitas peleburan, di mana frekuensi operasi memengaruhi pergerakan cairan selama peleburan. Tungku penyimpanan panas berfungsi sebagai penampung cairan, membutuhkan daya yang besar untuk proses peleburan. Proses ini harus dimulai dengan bahan cair dan penambahan bahan padat harus dipertimbangkan agar tidak membeku di dalam tungku.
Sejarah
Produksi tungku induksi didasarkan pada prinsip hukum induksi Faraday (1831) dan teori medan elektromagnetik Maxwell (1873). Kompor induksi pertama diluncurkan oleh Verant pada tahun 1887, menggunakan prinsip kerja trafo dengan kumparan kedua berbentuk cincin dan inti baja sebagai saluran logam cair. Tungku ini awalnya tidak cocok untuk industri peleburan logam, tetapi pada tahun 1900, tungku induksi dengan saluran horizontal berhasil dikembangkan untuk keperluan industri. Insinyur kelistrikan terus melakukan penelitian dan pengembangan, dan pada tahun 1908, A.N. Lodygin berhasil mengembangkan tungku induksi yang cocok untuk industri peleburan logam. Tungku induksi buatannya kemudian digunakan secara luas di berbagai industri pada awal abad ke-20.
Pendahuluan
Penggunaan tanur induksi dalam industri pengecoran logam semakin populer karena memiliki beberapa keunggulan, seperti hasil peleburan yang bersih, kemudahan pengaturan temperatur, komposisi cairan yang homogen, efisiensi energi yang tinggi, dan kemampuan untuk melebur berbagai jenis material. Namun, terdapat juga beberapa kendala seperti biaya operasional yang tinggi, kebutuhan akan operator dan teknisi berpengalaman, serta risiko keamanan yang tinggi karena menggunakan energi listrik besar.
Tanur induksi bekerja berdasarkan prinsip transformator dengan arus AC dari sumber tenaga mengalir melalui kumparan primer dan menghasilkan arus induksi pada kumparan sekunder yang diletakkan dalam medan magnet. Terdapat dua jenis tanur induksi, yaitu tanur induksi jenis saluran untuk menahan temperatur cairan dan tanur induksi jenis krus untuk proses peleburan. Pemuatan bahan baku dalam tanur harus memperhatikan urutan yang tepat untuk meningkatkan efisiensi peleburan.
Tanur induksi sangat penting dalam proses peleburan logam, terutama dalam industri besi dan baja. Energi peleburan didapatkan dari sumber listrik, dan kualitas peleburan sangat bergantung pada lining tanur serta ukuran dan jenis bahan baku yang digunakan. Oleh karena itu, pemilihan bahan baku yang masif dan berkualitas menjadi kunci untuk mencapai efisiensi peleburan yang tinggi.
Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Tungku_induksi