Teknologi Informasi dan Pendidikan
Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 07 Mei 2025
Pendahuluan
Kemajuan teknologi informasi telah mengubah cara institusi pendidikan tinggi mengelola dan mendistribusikan informasi. Salah satu aspek yang sering terabaikan namun krusial adalah navigasi kampus. Di kampus yang memiliki banyak gedung, area terbuka, dan fasilitas terpisah, mahasiswa baru, pengunjung, bahkan staf kerap mengalami kebingungan saat mencari lokasi.
Di tengah realitas ini, skripsi karya Yulius Dwi Haryanto menghadirkan solusi inovatif melalui pengembangan peta digital kampus Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, yang berbasis web dan integrasi Google Maps API. Studi ini bukan hanya soal pemetaan visual, tetapi juga menyentuh aspek manajemen data spasial, antarmuka pengguna, hingga pengalaman pengunjung kampus.
Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari skripsi ini adalah:
Mengembangkan peta digital interaktif berbasis web untuk memudahkan pengguna menavigasi lokasi-lokasi di lingkungan USD.
Mengintegrasikan data geografis kampus dengan platform peta global (Google Maps).
Menyediakan akses informasi lokasi fasilitas seperti ruang kuliah, gedung administrasi, perpustakaan, laboratorium, hingga tempat ibadah dalam antarmuka yang mudah digunakan.
Fungsi-fungsi ini sangat relevan, terutama bagi mahasiswa baru, tamu institusi, dan pengguna berkebutuhan khusus.
Metodologi
Yulius menggunakan metode rekayasa perangkat lunak dengan pendekatan waterfall, serta menerapkan prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi Geografis (SIG).
Langkah utama pengembangan:
Analisis Kebutuhan Sistem: Identifikasi pengguna utama (mahasiswa, dosen, pengunjung).
Pengumpulan Data Lokasi: Survei GPS di seluruh titik penting kampus.
Desain Peta: Menggunakan Google Maps API dengan marker interaktif.
Pemrograman: Menggunakan HTML, JavaScript, PHP, dan basis data MySQL.
Uji Coba: Validasi lokasi dan fungsi pencarian.
Evaluasi Pengguna: Umpan balik tentang kemudahan penggunaan dan akurasi informasi.
Hasil
Navigasi Lokasi: Pengguna dapat mencari lokasi tertentu seperti “Perpustakaan Pusat” atau “Gedung Sastra Inggris”.
Marker Interaktif: Tiap titik penting memiliki label dan keterangan singkat.
Integrasi Google Maps: Memberikan opsi tampilan satelit, peta jalan, dan street view.
Pencarian Cepat: Fitur search yang langsung menyorot lokasi.
Tampilan Responsif: Kompatibel di desktop dan perangkat mobile.
Hasil uji coba menunjukkan tingkat kepuasan pengguna mencapai 92% pada indikator kemudahan akses, dan akurasi lokasi 95% berdasarkan pengujian lapangan.
Analisis Tambahan
Kekuatan:
User-Centered Design: Sistem dirancang berdasarkan kebutuhan nyata pengguna kampus.
Teknologi Ringan dan Familiar: Penggunaan Google Maps membuat proses pembelajaran dan adaptasi sistem menjadi lebih cepat.
Efisiensi Operasional: Meminimalkan tanya-jawab berulang di meja informasi kampus.
Kelemahan:
Belum ada fitur aksesibilitas untuk pengguna disabilitas (misalnya, guiding audio).
Belum tersedia rute dalam gedung (indoor mapping).
Tidak ada modul backend dinamis untuk update mandiri oleh admin kampus.
Studi Banding
Beberapa universitas ternama di Indonesia dan luar negeri telah menerapkan sistem serupa:
Universitas Gadjah Mada (UGM) memiliki aplikasi “UGM Map” berbasis Android.
Universitas Indonesia (UI) mengembangkan peta kampus berbasis SIG dengan layer per fungsi gedung.
MIT dan Harvard menggabungkan SIG dengan teknologi Augmented Reality (AR) untuk tur kampus virtual.
Namun, pendekatan Yulius tergolong efisien dan cocok untuk kampus menengah seperti USD karena ringan, terbuka, dan tidak memerlukan perangkat khusus.
Implikasi Praktis
Peta digital ini bisa diperluas untuk:
Pemantauan aset fisik kampus: Gedung, fasilitas olahraga, dan area parkir.
Panduan evakuasi: Digunakan dalam simulasi bencana atau kebakaran.
Integrasi dengan sistem akademik: Menampilkan lokasi ruang kuliah berdasarkan jadwal.
Promosi digital kampus: Mendukung tur virtual bagi calon mahasiswa dan mitra internasional.
Rekomendasi Pengembangan
Agar sistem ini bisa diadopsi secara lebih luas dan berkelanjutan, pengembangan ke depan bisa mencakup:
Penambahan fitur rute jalan kaki di dalam kampus.
Notifikasi real-time untuk informasi kegiatan di titik tertentu.
Modul admin berbasis web agar operator kampus bisa memperbarui peta sendiri.
Kolaborasi dengan Dinas Kominfo atau startup SIG untuk memperkuat ekosistem digital kampus.
Kritik Konstruktif
Meski sistem ini layak diapresiasi, perlu adanya penekanan pada pengelolaan data jangka panjang, seperti siapa yang akan mengelola pembaruan data dan bagaimana integrasinya dengan sistem informasi kampus lainnya.
Selain itu, sistem ini perlu diuji dalam skenario ekstrem seperti kepadatan jaringan internet rendah, untuk memastikan tetap bisa diakses oleh pengguna dari berbagai perangkat.
Kesimpulan
Skripsi ini bukan sekadar proyek teknis, melainkan langkah awal transformasi digital kampus. Dengan pendekatan yang tepat guna dan berbasis kebutuhan pengguna, sistem ini menunjukkan bahwa digitalisasi dapat dimulai dari hal sederhana: membantu orang menemukan tempatnya.
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta telah mendapatkan prototipe peta digital yang layak dikembangkan menjadi aset digital strategis, mendukung kampus sebagai ruang belajar, bekerja, dan berkegiatan yang lebih inklusif, efisien, dan terhubung.
Sumber
Yulius Dwi Haryanto. Peta Digital Kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.