Teknologi Geospasial
Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 15 Mei 2025
Pendahuluan
Dalam era digital, sistem informasi geografis (SIG) telah menjadi tulang punggung inovasi di sektor tata kelola wilayah. Artikel yang ditulis oleh Widhi Cahya Dewa dan tim ini mengangkat persoalan klasik namun sangat relevan: bagaimana merencanakan dan memantau kondisi jalan secara efisien di tengah keterbatasan SDM dan data? Studi ini mengambil studi kasus Kabupaten Kudus, yang mencerminkan tantangan serupa di banyak daerah lain di Indonesia.
Dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pelayanan publik, keberadaan sistem pemantauan jalan berbasis SIG bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.
Latar Belakang
Kondisi jalan yang rusak sering kali menjadi akar dari permasalahan transportasi, kecelakaan, hingga penurunan aktivitas ekonomi daerah. Kabupaten Kudus memiliki luas wilayah 425,15 km² dengan panjang jalan kabupaten mencapai 678,5 km (2020). Sayangnya, banyak ruas jalan mengalami kerusakan tanpa penanganan cepat karena tidak adanya sistem pendataan yang terintegrasi dan real-time.
Dalam studi ini, para peneliti mengusulkan pengembangan sistem informasi geografis berbasis web sebagai solusi monitoring yang efektif. Pendekatan ini bertujuan untuk:
Menyediakan data kondisi jalan yang akurat dan terkini.
Mempermudah proses pemantauan dan penanganan kerusakan.
Memberikan visualisasi spasial yang mudah dipahami oleh pemangku kepentingan.
Metodologi
Perencanaan sistem dilakukan dengan pendekatan System Development Life Cycle (SDLC). Metode ini dipilih karena kemampuannya dalam merancang sistem secara sistematis dan bertahap, mulai dari:
Perencanaan
Dilakukan dengan wawancara terhadap Dinas PUPR Kudus untuk mengetahui kebutuhan sistem.
Analisis Sistem
Mengidentifikasi entitas data dan alur kerja, seperti input data kondisi jalan, foto dokumentasi, dan klasifikasi kerusakan.
Perancangan Sistem
Merancang antarmuka web SIG, model data spasial, dan fungsionalitas seperti input/edit data, peta interaktif, serta laporan kerusakan.
Implementasi (tahapan lanjutan yang direncanakan)
Penggunaan basis data spasial dan teknologi web seperti PHP, MySQL, dan Leaflet.js sebagai pemetaan online.
Hasil
Hasil utama dari studi ini adalah rancangan sistem yang mencakup:
Peta Interaktif Kondisi Jalan
Menggunakan warna untuk membedakan kondisi jalan (baik, sedang, rusak ringan, rusak berat), dilengkapi dengan foto dokumentasi.
Input Data Kerusakan Jalan
Melalui form online berbasis web, petugas dapat mengunggah data lokasi, klasifikasi kerusakan, dan foto.
Output Laporan Pemantauan
Terdapat fitur rekap laporan berdasarkan wilayah, jenis kerusakan, dan tanggal update terakhir.
Studi ini tidak hanya menghasilkan mock-up sistem, tetapi juga mendemonstrasikan bagaimana alur data spasial dapat dibangun dari nol secara sistematis.
Studi Kasus
Kabupaten Kudus, sebagai lokasi studi, menjadi representasi ideal untuk meneliti implementasi SIG di daerah dengan:
Infrastruktur jalan yang cukup padat.
Keterbatasan teknologi dalam pengelolaan data.
Minimnya integrasi data antar bidang di instansi teknis.
Kondisi ini juga banyak ditemui di kabupaten lain di Indonesia, menjadikan penelitian ini relevan secara nasional.
Analisis Tambahan
Potensi Manfaat
Efisiensi Anggaran
Dengan pemetaan akurat, prioritas perbaikan jalan dapat ditentukan berdasarkan urgensi, menghindari pemborosan anggaran rutin tahunan.
Akses Data Terbuka
Masyarakat dapat turut melaporkan atau mengakses kondisi jalan, mendorong transparansi dan partisipasi publik.
Integrasi dengan Smart City
SIG ini dapat menjadi modul awal untuk pengembangan dashboard infrastruktur di kota/kabupaten berbasis smart governance.
Kritik dan Tantangan
Meski perencanaannya matang, studi ini belum sampai tahap implementasi sistem penuh. Tidak dijelaskan secara rinci uji coba fungsionalitas maupun validasi performa sistem secara teknis.
Tantangan lainnya:
Kebutuhan SDM Terlatih: Pengelolaan data spasial butuh pelatihan rutin.
Konektivitas dan Perangkat: Akses internet dan perangkat input data belum merata.
Pendanaan dan Pemeliharaan Sistem: Sistem perlu dukungan jangka panjang, bukan hanya proyek satu kali.
Perbandingan dengan Penelitian Sejenis
Studi ini serupa dengan pengembangan SIG untuk pemantauan infrastruktur yang dilakukan di Kabupaten Sleman (Saputra et al., 2019) dan Kota Surakarta (Prasetya, 2020). Namun, keunggulan riset oleh Widhi dkk. adalah fokus pada:
Perencanaan sistem dari awal, bukan hanya pemanfaatan data GIS.
Keterlibatan langsung instansi teknis (PU Kudus) dalam proses desain.
Antisipasi kebutuhan pemangku kebijakan dalam alur data.
Implikasi Praktis dan Rekomendasi
Studi ini memberi kerangka kerja yang siap diadaptasi oleh pemerintah daerah lain. Beberapa rekomendasi untuk pengembangan lebih lanjut:
Integrasi Mobile GIS: Penambahan fitur Android untuk input data langsung di lapangan.
Penggunaan Cloud dan OpenStreetMap: Untuk memperluas jangkauan dan efisiensi sistem.
Dashboards Multi-Level: Memberikan akses data berbeda bagi publik, operator lapangan, dan pejabat pengambil keputusan.
Kesimpulan
Penelitian ini menjadi kontribusi penting bagi pembangunan sistem pengelolaan jalan yang lebih cerdas dan efisien. Rencana sistem SIG yang dirancang menawarkan solusi komprehensif terhadap permasalahan klasik jalan rusak—mulai dari pendataan, visualisasi, hingga pelaporan.
Dengan pendekatan sistematis dan berbasis kebutuhan lokal, studi ini dapat dijadikan pedoman oleh pemerintah kabupaten/kota lain dalam merintis transformasi digital di sektor infrastruktur.
Sumber
Widhi Cahya Dewa, Rahmat Widianto, & Galih Risqi Nugroho. (2021). Perencanaan Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemantauan Kondisi Jalan (Studi Kasus: Kabupaten Kudus).