Seni Rupa dan Desain

Menggabungkan Seni dan Sains: Komposisi yang Harmonis

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Seni dan sains telah lama dianggap sebagai disiplin ilmu yang terpisah, sehingga tidak ada ruang untuk tumpang tindih. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan minat untuk mengeksplorasi potensi penggabungan dua dunia yang tampaknya berbeda ini. Hasilnya adalah kolaborasi menarik yang mendobrak batasan kreativitas dan inovasi. Artikel ini menggali komposisi seni dan sains, menyoroti cara keduanya saling melengkapi dan meningkatkan.

Persimpangan seni dan sains

Sekilas, seni dan sains mungkin tampak bertolak belakang. Seni sering dikaitkan dengan kreativitas, ekspresi, dan estetika, sedangkan sains dikaitkan dengan logika, nalar, dan bukti empiris. Namun, jika dicermati lebih dekat, kita dapat menemukan benang merah yang menyatukan mereka – rasa ingin tahu.

Baik seniman maupun ilmuwan memiliki keingintahuan yang tak terpuaskan terhadap dunia di sekitar mereka. Mereka berusaha memahami, menafsirkan, dan mengkomunikasikan temuan mereka dengan cara yang unik dan menawan. Baik melalui sapuan kuas di atas kanvas atau persamaan di papan tulis, baik seni maupun sains berusaha untuk memahami kompleksitas keberadaan.

Peran seni dalam sains

Seni memiliki kemampuan untuk memanusiakan ilmu pengetahuan dengan membuatnya lebih mudah diakses dan menarik. Konsep dan penemuan ilmiah seringkali rumit dan sulit dipahami oleh masyarakat umum. Representasi artistik dapat menjembatani kesenjangan ini dengan menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang nyata dan dapat dihubungkan.

Misalnya, ilustrasi medis telah lama digunakan untuk menggambarkan seluk-beluk tubuh manusia secara visual. Gambar detail ini tidak hanya membantu memahami anatomi tetapi juga membangkitkan rasa takjub dan apresiasi terhadap keindahan hidup. Demikian pula, teknik visualisasi data dapat mengubah data ilmiah yang kompleks menjadi grafik yang menarik secara visual dan mudah dipahami, sehingga lebih mudah diakses oleh khalayak yang lebih luas.

Pengaruh sains dalam seni

Sains memberi seniman banyak inspirasi dan media baru untuk dijelajahi. Dari penemuan pigmen dan material baru hingga kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan telah memperluas kemungkinan ekspresi artistik. Seniman kini dapat memasukkan prinsip-prinsip ilmiah, seperti optik, kinetika, dan genetika, ke dalam karya mereka, sehingga menghasilkan kreasi yang menawan dan menggugah pikiran.

Salah satu contohnya adalah bidang bioart, di mana seniman menggunakan organisme hidup dan teknik rekayasa genetika untuk membuat patung dan instalasi hidup. Karya seni ini tidak hanya menantang persepsi kita tentang kehidupan dan identitas tetapi juga menimbulkan pertanyaan etika dan filosofis yang penting. Dengan menggabungkan seni dan sains, para seniman ini mendobrak batas-batas apa yang mungkin terjadi dan mengaburkan batas antara alam dan buatan.

Manfaat menggabungkan seni dan sains

Perpaduan seni dan sains membawa banyak manfaat bagi kedua disiplin ilmu tersebut. Bagi para ilmuwan, hal ini mendorong pendekatan penelitian yang lebih kreatif dan interdisipliner. Dengan menggabungkan praktik artistik, para ilmuwan dapat berpikir di luar kebiasaan, mengeksplorasi perspektif alternatif, dan mengkomunikasikan temuan mereka dengan lebih efektif.

Di sisi lain, seniman mendapatkan akses terhadap beragam pengetahuan dan sumber daya ilmiah. Hal ini memungkinkan mereka bereksperimen dengan teknik, bahan, dan konsep baru, yang pada akhirnya memperluas cakrawala praktik artistik mereka.

Menggabungkan seni dan sains adalah pendekatan yang menarik dan produktif dalam berbagai bidang. Saat kedua elemen ini digabungkan dengan baik, mereka dapat menciptakan komposisi yang harmonis yang menggabungkan keindahan dan fungsionalitas. Berikut adalah beberapa cara menggabungkan seni dan sains dalam komposisi yang harmonis:

  1. Desain Arsitektur:
    • Arsitek dapat menggabungkan estetika dan ilmu pengetahuan untuk menciptakan bangunan yang tidak hanya indah tetapi juga efisien dari segi energi dan keberlanjutan.
  2. Seni Digital:
    • Seniman digital dapat menggunakan prinsip-prinsip ilmu komputer untuk menciptakan karya seni berbasis digital, seperti animasi 3D, seni permainan, dan seni komputer generatif.
  3. Seni Bioinformasi:
    • Menggabungkan seni dan sains biologi molekuler untuk menciptakan karya seni yang berhubungan dengan DNA, genom, dan berbagai aspek biologi.
  4. Seni Lingkungan:
    • Melalui seni lingkungan, seniman dapat menyampaikan pesan tentang pelestarian lingkungan dan dampak perubahan iklim dengan menggunakan data ilmiah sebagai dasar karya seni mereka.
  5. Seni Musim Semi:
    • Dalam bidang musik, seniman dapat memadukan teori musik dan akustik dengan ekspresi seni untuk menciptakan komposisi musik yang memikat.
  6. Pemodelan Matematika:
    • Menggabungkan seni dengan matematika dalam pembuatan bentuk-bentuk abstrak dan karya seni yang berdasarkan prinsip-prinsip matematika seperti fraktal, geometri, atau teori graf.
  7. Seni Medis:
    • Seni plastik dan ilmu kedokteran dapat digabungkan dalam seni medis untuk menciptakan karya seni yang memvisualisasikan prosedur medis atau anatomi tubuh manusia.
  8. Seni dan Robotika:
    • Seniman dapat menciptakan instalasi seni yang berinteraksi dengan robot atau menggunakan algoritma cerdas untuk menciptakan karya seni dinamis.
  9. Fotografi Ilmiah:
    • Fotografi dapat digunakan untuk merayakan keindahan alam dan fenomena alam sambil menjelaskan aspek ilmiah di baliknya.
  10. Ilustrasi Ilmiah:
    • Seniman ilustrasi ilmiah dapat menciptakan gambar dan ilustrasi yang menggabungkan keindahan dengan ketepatan ilmiah untuk buku ilmiah dan publikasi serupa.

Penting untuk memahami bahwa menggabungkan seni dan sains memerlukan pemahaman mendalam tentang keduanya. Ini adalah kolaborasi yang kompleks, dan karya seni yang berhasil dalam konteks ini akan menggabungkan kreativitas dengan akurasi ilmiah. Komposisi yang harmonis antara seni dan sains dapat memperkaya pemahaman kita tentang dunia dan merangsang pemikiran kreatif yang inovatif.

Kesimpulan

Komposisi seni dan sains merupakan perpaduan harmonis yang mendorong batas kreativitas dan pemahaman manusia. Dengan menggabungkan disiplin ilmu yang tampaknya berbeda ini, kita dapat menciptakan pendekatan pengetahuan dan ekspresi yang lebih kaya dan holistik. Baik melalui lukisan, patung, atau eksperimen ilmiah, sinergi antara seni dan sains memiliki kekuatan untuk menginspirasi, mendidik, dan mengubah dunia di sekitar kita.

Sumber: https://komputer-grafis-d3.stekom.ac.id/

 

Selengkapnya
Menggabungkan Seni dan Sains: Komposisi yang Harmonis

Seni Rupa dan Desain

Apa itu Seni? (Sarana dan Bahan)

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Sarana dan bahan

Dalam sejarah umat manusia, seni telah diungkapkan melalui sarana dan bahan yang beragam, mulai dari arang, kapur, batu, kayu, cat hingga teknologi terkini seperti media digital. Seniman-seniman purbakala memanfaatkan bahan-bahan sederhana seperti tulang, kayu dan batu untuk menciptakan suatu gambar atau rancangan. Lambat laun, media seni bergeser menjadi tanah liat yang dibentuk dan dibakar, kemudian menemukan teknik penempaan dan pengecoran untuk menciptakan alat-alat berbahan logam. Di sisi lain, para pelukis menjelajah lingkungan sekitarnya untuk menemukan bahan-bahan berpigmen, seperti kapur, arang, beri-berian, krustasea dan mineral tertentu yang disarikan dari tanah. Cat tempera yang terbuat dari telur adalah bahan yang populer hingga abad ke-15 sebelum akhirnya tergantantikan oleh cat minyak. Cat minyak dan cat air menguasai bentang seni lukis hingga 1940-an tatkala cat akrilik ditemukan. Pada abad ke-20, seniman kemudian mencoba menggabungkan berbagai media, alat dan bahan untuk menciptakan karya seni yang menantang konsepsi manusia tentang dunianya dan estetika seni.

Gambar

Menggambar adalah ungkapan seni yang paling gegas. Sebelum Renaisans, menggambar tidaklah dianggap sebagai sebentuk seni, melainkan hanya sebatas tahap persiapan dari penciptaan karya seni yang sesungguhnya. Cennino Cennini, misalnya, melihat kegiatan menggambar sebagai "pelengkung kemenangan" menuju lukisan. Seniman yang masyhur memanfaatkan kegiatan menggambar sebagai sarana pengungkapan independen adalah Leonardo da Vinci dan Michaelangelo.

Beberapa bahan untuk menggambar yang dikenali dalam sejarah yakni:

  • Arang. Arang adalah salah satu bahan tertua yang dikenali dalam dunia seni dan masih jamak digunakan hingga saat ini. Arang untuk penggunaan seni biasanya dipakai pelukis untuk melukis gambaran dasar lukisan mereka. Hal ini dipilih karena goresan arang mudah ditimpa dengan cat tanpa mempengaruhi mutu warna cat di atasnya. Seniman Dylan Eakin menggunakan arang untuk memperhalus hasil lukisannya.
  • Kapur. Kapur putih mulanya digunakan untuk menambahkan sorotan pada sarana gambar lain dan sangat mangkus jika diterapkan pada kertas berwarna. Pigmen seperti besi oksida dimasukkan ke dalam kapur untuk menghasilkan ciri khas lukisan-lukisan Abas Renaisans yang menggunakan kapur merah. Saat ini kapur telah diproduksi dalam pancawarna yang lengkap. Kapur putih juga merupakan bahan yang digunakan dalam teknik Gouache. Teknik Gouache adalah seni lukis hasil perpaduan antara cat air dan akrilik.
  • Pastel. Pastel terbuat dari campuran gum alami dan bubuk pigmen. Bahan ini populer pada abad ke-18 di kalangan seniman potret. Pastel lembut dapat menghasilkan lukisan dengan pembauran warna yang halus dan cerah. Sementara itu, pastel keras lebih cocok digunakan untuk menggambar. Beberapa jenis pastel diantaranya adalah pastel kering, pastel minyak atau lilin.
  • Pena dan tinta. Pena sering digunakan sebagai pengganti kuas yang mampu menggoreskan garis dengan baik. Keutamaan dari tinta di atas kertas kering adalah kemampuannya untuk menghasilkan garis secara tepat dan permanen. Dalam sejarahnya, tinta dibuat dari beragam bahan, seperti karbon, serangga, cumi-cumi hingga krustasea. Tinta yang larut dalam air cenderung lebih mudah pudar dibandingkan dengan tinta yang tahan air. beberapa jenis pulpen yang biasa digunakan dalam seni adalah felt-tip pen, marker pen, dan rollerball pen.
  • Pensil. Bagian hitam dari pensil sesungguhnya terbuat dari sebentuk karbon bernama grafit. Pada abad ke-16 dan 17, satu-satunya tambang padatan grafit hanya berada di kawasan Borrowdale, Danau District, Britania Raya. Barulah pada penghujung abad ke-18, orang Perancis mulai membuat pensil yang kita kenal hari ini dengan mencampurkan grafit nirbentuk bertekstur gembur dengan tanah liat. Saat ini, istilah pensil melingkupi beberapa material sekaligus, termasuk yang terbuat dari pampatan arang, kapur, atau lilin yang dapat dibungkus dengan lapisan kayu sehingga tampak seperti pensil pada umumnya.

Lukis

Semua cat membutuhkan bahan perantara yang dapat mengikat pigmen secara kuat sehingga dapat diterapkan pada pelbagai bidang lukis, seperti tembok, kayu, kulit, kertas, atau kanvas. Bentuk cat awal dibuat dengan mengikat pigmen menggunakan semacam lem berbasis air yang dibuat dari kulit binatang. Bahan perantara lainnya yang mungkin juga digunakan meliputi karet dan resin yang diambil dari pepohonan, kuning dan putih telur, atau lilin lebah. Dari abad ke-15 sampai 20, bahan perantara cat utamanya dibuat dari minyak nabati, khususnya minyak biji flaks.

  • Enkaustik. Lukisan enkaustik atau lukisan lilin panas adalah sarana yang tahan lama dan salah satu teknik utama di Dunia Kuno, digunakan oleh orang-orang Mesir, Yunani dan Romawi untuk melukis pada panel dan tembok. Kata enkaustik berasal dari bahasa Yunani yang artinya "dibakar". Seniman akan melukis menggunakan kuas dan sudip ke bidang lukis. Setelah gambar selesai, seniman akan menyalakan obor dan memanaskan ulang lilin supaya meresap ke bidang gambar.
  • Tempera. Tempera atau tempera telur adalah sarana lukis yang memanfaatkan telur kocok sebagai cat. Pemanfaatan campuran putih telur dengan cat disebut sebagai clarum atau glair, populer di kalangan pelukis iluminasi naskah abad pertengahan. Di sisi lain, para pelukis memanfaatkan campuran kuning telur dengan cat dan disebut sebagai tempera telur.
  • Fresko. Fresko diambil dari bahasa Italia yang artinya segar. Fresko adalah metode lukis yang menerapkan campuran pigmen dan air langsung pada lapisan kapur-plester dinding yang baru saja dilapiskan. Cairan cat kemudian diserap lapisan plaster. Ketika mengering, pigmen telah menyatu dengan dinding tersebut. Fresko sudah dikenal dalam kebudayaan Minoa, Yunani Kuno dan Romawi jauh sebelum digunakan oleh Michaelangelo dan pelukis-pelukis lain semasa Renaisans.
  • Cat minyak. Minyak nabati—utamanya dari kenari, popi atau flaks—telah digunakan sebagai bahan lukis sekian masa sebelum Renaisans, tetapi lebih banyak digunakan di Eropa bagian utara daripada di Italia. Ialah Jan Van Eyck, seorang pelukis Flandria yang perigel, yang berhasil meyakinkan orang-orang Venesia dan kemudian orang-orang Italia dan Eropa pada umumnya untuk beralih ke cat minyak untuk lukisan kanvas, khususnya lukisan potret, pada permulaan abad ke-15. Keunggulan dari penggunaan cat minyak terletak pada kekuatan dan keluwesannya.
  • Cat air. Cat air atau akuarel adalah sarana lukis yang menggunakan pigmen dan pelarut air. Warna-warna yang dihasilkan cat air bersifat transparan sehingga membutuhkan permukaan yang terang untuk menciptakan kesan berpendar, seperti kertas putih. Keahlian khusus dalam memanfaatkan cat air berkembang pesat pada abad ke-18 dan 19 di Britania Raya, terkhusus karya-kaya J. M. W. Turner. Contoh pelukis yang lebih baru melingkupi Emil Nolde dan Paul Klee yang berhasil mendayagunakan sifat kemilau dan kehalusan dari cat air.
  • Gouache. Gouache adalah sejenis cat air yang dicampur dengan bahan putih, seperti kapur, untuk menciptakan warna-warna yang buram (tidak tembus cahaya). Oleh karena itu, gouache lebih cocok untuk lukisan berlapis atau menciptakan lukisan-lukisan yang memiliki rancangan tegas dan berwarna datar.
  • Cat akrilik. Cat akrilik adalah cat yang dibuat dari pigmen bercampur emulsi polimer akrilik. Akrilik dikembangkan pada tahun 1940-an dan dimanfaatkan oleh banyak seniman modern atas kecepatan keringnya dan ketahanannya. Keunggulan cat akrilik adalah sifatnya yang larut dalam air ketika basah, tetapi cepat kering pada permukaan yang tahan lama. Cat air dapat digunakan pada penerapan transparan selayaknya cat air ataupun penerapan impasto yang tebal selayaknya cat minyak. Pelopor penggunaan sarana ini di antaranya meliputi seniman mural kenamaan berkebangsaan Meksiko Orozco dan Siqueros.
  • Kolase. Kolase adalah gabungan bahan-bahan—cetak, kain, bahkan benda padat—yang dipasang pada suatu bidang untuk menciptakan sebuah susunan. Praktikus kolase awal adalah Picasso dan Braque yang sering kali menempelkan potongan-potongan kertas koran dan benda lainnya pada lukisan kubisme mereka. Seniman Jerman Kurt Schwitters melakukan banyak hal untuk mengembangkan penggunaan kolase dengan memasukkan tiket bus dan bahkan sampah jalanan pada susunan puitisnya. Tokoh penting lainnya adalah Max Ernst dan Joseph Cornell yang memperluas pengertian kolase hingga pada bentuk kotak trimatra. Beberapa teknik yang masih bertalian dengan kolase, yaitu di antaranya dekupase dan dekolase.

Cetak

Bentuk paling kuno dari pembuatan kriya cetak memanfaatkan teknik cetak tinggi, di mana gambar tercipta dari menempelkan kertas pada area yang timbul yang sebelumnya telah dilapisi tinta, contohnya seperti pada cukil kayu. Sementara itu dalam teknik intaglio, seperti gravir dan etsa, tinta mengisi area yang turun pada papan cetak yang kemudian akan menempel pada kertas. Teknik cetak lainnya adalah cetak saring dan cetak datar, teknik cetak yang menggunakan permukaan datar, seperti pada teknik cetak batu.

  • Cukil kayu. Ketika teknologi percetakan tersebar dari Jerman ke seluruh Eropa pada penghujung abad ke-15, cukil kayu juga turut tenar dan digunakan secara luas. Untuk membuat cukilan kayu diperlukan alat pencukil berbentuk V yang mampu menghilangkan area negatif pada sebuah desain, membuat area positif lebih tinggi yang siap untuk dilapisi tinta. Salah satu seniman cukil kayu paling berpengaruh ialah Albrecht Dürer. Pada abad ke-18 dan 19, seniman-seniman Jepang menyempurnakan teknik cukil kayu multiwarna yang memanfaatkan percetakan berlapis dengan lapisan terakhir berupa guratan garis gambar berwarna hitam.
  • Gravir dan etsa. Gravir dan etsa adalah teknik cetak dalam yang memungkinkan mencetak garis yang lebih halus, yang tidak dapat dilakukan dengan teknik cukil kayu. Pada proses gravir, alat berbentuk berlian bernama burin digunakan untuk menggores permukaan papan kayu seperti kayu buxus atau papan berbahan logam lunak seperti lempengan tembaga. Berbeda dengan gravir, etsa melibatkan proses kimiawi dalam pembuatannya. Lempengan tembaga mulanya dilapisi lilin tipis, yang disebut dasaran etsa, yang akan bertahan ketika direaksikan bersama asam. Dasaran ini kemudian digores menggunakan pena/jarum ukir untuk menghasilkan gambar. Cairan asam kemudian digunakan untuk mengikis garis-garis yang tidak terlindungi lilin.
  • Litografi. Litografi adalah salah satu teknik cetak datar yang memanfaatkan daya tolak antara air dan minyak. Proses ini ditemukan oleh Aloys Senefelder, seorang dramawan Bavaria, pada tahun 1798.
  • Cetak saring. Cetak saring atau secara tradisional dikenal dengan istilah cetak saring sutra (silkscreen printing) atau serigrafi adalah teknik cetak yang dikembangkan dari cetak stensil. Teknik ini utamanya digunakan untuk keperluan percetakan tekstil komersial. Pada tahun 1930-an, teknik cetak ini banyak digunakan khususnya di Amerika Serikat untuk menghasilkan iklan cetak, seperti poster, selebaran dll.

Patung

Menciptakan patung adalah bentuk ungkapan seni pertama dan paling mudah ditemukan dalam berbagai kebudayaan. Patung-patung paling purba ditengarai diciptakan dengan mengubah bentuk suatu benda yang ditemukan menjadi sebentuk manusia atau hewan. Seiring dengan perkembangan teknologi, para seniman mulai menjelajah berbagai kemungkinan dalam menciptakan patung, mulai dari memahat tulang-belulang, kayu, dan batu, hingga menciptakan gerabah dan menemukan teknik pengecoran logam. Berbeda dengan patung-patung Romawi dan Yunani yang masyhur dalam keadaan yang sudah luntur, patung-patung Klasik sesungguhnya jarang dibuat tanpa warna. Pematung mewarnai patungnya dengan pigmen dan batu berharga untuk menghias atau meningkatkan realisme dari karyanya.

  • Perunggu. Menciptakan patung dengan bahan perunggu adalah teknologi rumit yang dikembangkan secara mandiri di banyak kebudayaan, mulai dari Amerika Selatan, Tiongkok hingga Afrika Barat. Pengecoran perunggu melibatkan proses pembuatan cetakan/mal yang terbuat dari tanah liat, lepa atau lilin.
  • Kayu. Memahat/mengukir kayu ditemukan di seluruh kebudayaan di dunia. Akan tetapi peninggalan berbahan kayu tidak banyak yang bertahan hingga zaman modern karena kelemahannya terhadap pembusukan, kerusakan akibat serangga atau kebakaran. Memahat kayu membutuhkan kemampuan membaca galur kayu. Karya pahatan kayu dapat berupa patung atau figurin, ukiran sebagai hiasan, atau benda lain yang terbuat dari kayu.
  • Batu. Masyarakat prasejarah membuat patung batu mungil, seperti Venus dari Willendorf, sebelum belajar membuat patung besar yang bisa berdiri. Budaya Yunani mempelajari cara membuat patung yang dapat berdiri sendiri dari budaya Mesir yang sebelumnya sudah mampu menciptakan patung-patung kouros. Lambat laun mereka semakin mengembangkan seni memahat batu hingga sampai pada tingkatan naturalisme yang menakjubkan.

Kontemporer

Banyak karya seni kontemporer bertujuan untuk mematahkan ekspektasi pemirsanya tentang kesenian dan kehidupan, sering kali dalam semangat parodi atau pastise. Demi mengejar keaslian dalam berkarya, seniman-seniman kiwari telah menjelajah bermacam ragam sarana dan bahan yang terbayangkan, mulai dari fotografi, papan neon, film hingga video.

  • Fotografi. Fotografi berangsur-angsur berkembang dari bentuk purbanya, kamera obscura. Mulanya fotografi dianggap sebagai bagian seni yang kurang penting. Akan tetapi ada abad ke-20, berkat perkembangan fotografi jurnalistik dan fotografi bentang pandang, fotografi telah mendapatkan status yang lebih tinggi.
  • Seni video. Seni video berkembang dari film seni yang ditangkap menggunakan format 16-mm dan 8-mm, khususnya karya studio The Factory milik Andy Warhol pada 1960-an. Penemuan teknologi video membuka kesempatan baru bagi para seniman dengan pemutaran instan dan pengeditan dalam kamera.
  • Seni instalasi. Tokoh seni instalasi dapat berbentuk banyak ragam dan menggunakan seluruh bahan.
  • Seni bumi. Seni bumi adalah suatu gerakan seni yang timbul pada kisaran 1960-an dan 1970-an di Amerika Serikat dan Inggris. Seniman menggunakan material bumi seperti tanah, pasir, dan batu, untuk menciptakan karya seninya. Dalam penciptaan karya seni bumi, fotografi memegang peran penting karena menjadi satu-satunya sarana untuk mengawetkan seni bumi dalam bentuk visual sebelum karya tersebut berangsur-angsur menghilang secara alami.

Keterjangkauan

Semenjak dahulu kala, karya-karya seni terbaik sengaja dihadirkan untuk menunjukkan kekayaan dan kekuasaan. Karya seni ini sering kali diciptakan dengan menggunakan bahan-bahan berskala besar dan mahal. Banyak karya seni dipesan oleh penguasa politik atau lembaga agama, dengan versinya yang lebih sederhana untuk golongan papan atas dalam masyarakat.

Biarpun demikian, terdapat banyak periode dalam sejarah ketika seni bermutu tinggi tersedia, dalam artian kepemilikan, bagi banyak kalangan dalam masyarakat, terutama dengan media berbahan murah seperti tembikar, yang bertahan di dalam tanah, dan media yang mudah rusak seperti kain dan kayu. Pada banyak kebudayaan yang berbeda-beda, keramik orang asli Amerika ditemukan dalam banyak makam yang membuktikan bahwa benda semacam itu tidak terbatas pada golongan elit, meskipun bentuk karya seni lainnya mungkin terbatas pada kalangan tertentu. Tata cara pembuatan seperti cetakan memungkinkan produksi jumlah besar menjadi lebih mudah dilakukan, dan hal semacam itu digunakan untuk menyediakan tembikar Romawi Kuno dan figurin Tanagra Yunani yang bermutu tinggi ke pasar yang luas. Segel silinder yang memiliki fungsi praktis dan artistik, digunakan secara luas pada kalangan yang kita sebut sebagai kelas menengah di Timur Dekat Kuno. Ketika uang logam telah dipergunakan secara luas, hal ini juga berarti bahwa uang logam telah menjadi sebentuk seni yang telah menjangkau masyarakat yang paling luas.

Inovasi penting lainnya terjadi pada abad ke-15 di Eropa, ketika karya seni cetak mulai dibuat dari cukilan kayu kecil yang umumnya bertema keagamaan. Hasil seni cetak ini sering kali berukuran sangat kecil dan diwarnai secara manual, dan bahkan terjangkau bagi kalangan buruh tani. Mereka menempelkan seni cetak tersebut ke dinding rumah mereka. Sementara itu, pada mulanya buku cetak begitu mahal, tetapi harganya terus turun hingga abad ke-19 yang bahkan kalangan berekonomi rendah dapat membeli ilustrasi cetak. Berbagai macam hasil cetak populer telah menghiasi rumah dan tempat-tempat lainnya selama berabad-abad.

Pada tahun 1661, Kota Basel di Swiss membuka museum seni untuk umum pertama di dunia, yaitu Museum Seni Rupa Basel. Saat ini, koleksinya merentang luas dari permulaan abad ke-15 hingga karya seni mutakhir. Koleksinya yang beraneka ragam membuat museum ini menjadi salah satu museum seni terpenting di dunia. Sejumlah koleksinya meliputi lukisan dan gambar dari seniman-seniman wilayah Rhein Atas antara tahun 1400 dan 1600, serta juga karya seni dari abad ke-19 hingga 21.

Bangunan dan tugu publik, baik yang sekuler maupun yang religius, secara alami menganggap keseluruhan masyarakat dan pengunjung sebagai penonton, sehingga kenampakannya pada khalayak umum merupakan suatu faktor penting dalam perancangannya. Kuil-kuil Mesir yang paling besar dan paling mewah biasanya ditempatkan pada lokasi yang bisa dilihat oleh masyarakat umum, bukan tempat tersembunyi yang hanya bisa dilihat oleh kalangan tertentu. Banyak kawasan dalam istana dan puri kerajaan atau rumah kalangan elite bisa dikunjungi masyarakat umum. Koleksi karya seni kerajaan atau kalangan elite juga dapat dilihat oleh semua orang, dengan atau tanpa biaya masuk. Sebagian juga memiliki kode busana tertentu tanpa membeda-bedakan siapa mereka, seperti di Istana Versailles di mana aksesori tambahan yang sesuai (gesper sepatu perak dan pedang) dapat disewa dari toko di luar.

Di Indonesia, batik merupakan contoh karya seni yang mulanya terbatas pada kalangan tertentu tetapi kemudian menjadi tersedia untuk masyarakat luas. Batik awalnya hanya dikerjakan dengan tangan sehingga hanya tersedia dalam jumlah yang sedikit dan harganya tidak terjangkau. Pada 1840-an, batik dengan teknik cap diperkenalkan dan berhasil mempercepat produksi batik. Selembar kain batik tulis umumnya diselesaikan dalam waktu 2-3 bulan, tetapi dengan teknik cap dapat diselesaikan hanya dalam 2-3 hari saja. Pada 1960-an, teknologi cetak untuk batik diperkenalkan. Sejak saat itu, harga kain batik menjadi jauh lebih murah dari yang sebelumnya dikerjakan menggunakan tangan. Batik juga mampu diproduksi secara massal dalam waktu yang singkat. Oleh sebab itu, batik lantas berhasil menjangkau beragam lapisan dalam masyarakat.

Cabang-cabang seni

Umumnya seni dibagi menjadi dua cabang besar, yakni seni murni (fine art) dan seni terapan (applied art). Seni rupa murni tidak memperhatikan unsur praktis. Karya seni rupa murni adalah ungkapan daya cipta pembuatnya. Cabang-cabang seni rupa murni di antaranya adalah:

  • Seni Lukis
  • Seni Grafis
  • Seni Patung
  • Seni Keramik
  • Seni Pertunjukan
  • Musik

Sementara itu, seni rupa terapan merupakan cabang seni yang memperhatikan nilai kepraktisan atau kegunaan dari karya seni.Seni rupa terapan sering kali disebut juga dengan desain. Cabang-cabang seni rupa terapan antara lain adalah sebagai berikut:

Gerakan/aliran seni dan sastra secara lintas sejarah antara lain adalah sebagai berikut:

Asal Barat

  • Romanesque
  • Gotik
  • Mannerisme
  • Barok
  • Rokoko
  • Klasisisme
  • Klasisisme Weimar
  • Sentimentalisme
  • Romantisisme
  • Musik romantik
  • Romantisisme Jerman
  • Neo-romantisisme
  • Akademisme
  • Realisme
  • Naturalisme
  • Realisme sosialis
  • Realisme magis
  • Pra-Raphaelite
  • Impresionisme
  • Dekaden
  • Simbolisme
  • Modernisme
  • Art Nouveau
  • Gerakan seni dan kriya
  • Pascaimpresionisme
  • Fauvisme
  • Kubisme
  • Primitivisme
  • Ekspresionisme
  • Die Brücke
  • Der Blaue Reiter
  • Avant-garde
  • Dadaisme
  • Futurisme
  • Kubofuturisme
  • Imagisme
  • Imaginisme
  • Konstruktivisme
  • Seni abstrak
  • Orfisme
  • Suprematisme
  • Neoplastisisme
  • De Stijl
  • Funksionalisme
  • Bauhaus
  • Ekspresionisme abstrak
  • Purisme
  • Surealisme
  • Art Deco
  • Minimalisme
  • Pop art
  • Plakatstil
  • Pascamodernisme
  • Seni siborg

Asal Timur

Polemik

Seni dalam perjalanan sejarahnya sering kali menuai kontroversi, yakni dalam bentuk tidak disukai oleh sejumlah pihak yang melihatnya karena berbagai alasan, meskipun sebagian besar kontroversi pra-modern direkam secara samar, atau sama sekali hilang dari pengetahuan modern. Salah satu bentuk kebencian dan penghancuran terhadap seni adalah ikonoklasme. Banyak hal yang dapat melatarbelakangi ikonoklasme, termasuk salah satunya adalah agama. Sementara itu, anikonisme adalah ketidaksukaan secara umum terhadap semua gambar figuratif, atau sering kali hanya yang bersifat religius. Anikonisme dapat ditemui di banyak agama besar. Dalam Seni Islam, penggambaran Muhammad dianggap sebagai hal yang kontroversial. Sebagian karya seni lainnya tidak disukai semata-mata karena menggambarkan atau mewakili penguasa atau pihak yang tidak disegani atau menggambarkan kelompok lain. Kesepakatan tentang nilai-nilai artistik sering kali bersifat konservatif dan dianggap sangat serius oleh para kritikus seni, meskipun sering kali tidak dipandang demikian oleh masyarakat umum. Muatan ikonografi seni dapat menimbulkan kontroversi, seperti penggambaran baru Bunda Maria Jatuh Pingsan dalam adegan Penyaliban Yesus. Pengadilan Terakhir oleh Michelangelo juga dianggap kontroversial karena berbagai alasan, termasuk pelanggaran kesopanan dalam bentuk ketelanjangan dan pose Kristus yang tampak seperti Apollo.

Sumber: https://id.wikipedia.org/

Selengkapnya
Apa itu Seni? (Sarana dan Bahan)

Seni Rupa dan Desain

Apa itu Seni? (Peristilahan hingga Kegunaan)

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, fungsinya, bentuknya, makna dari bentuknya, dan sebagainya), seperti tari, lukisan, ukiran. Seni meliputi banyak kegiatan manusia dalam menciptakan karya visual, audio, atau pertunjukan yang mengungkapkan imajinasi, gagasan, atau keprigelan teknik pembuatnya, untuk dihargai keindahannya atau kekuatan emosinya. Kegiatan-kegiatan tersebut pada umumnya berupa penciptaan karya seni, kritik seni, kajian sejarah seni dan estetika seni.

Peristilahan
Pengertian seni dalam bahasa Indonesia memiliki riwayat peristilahannya sendiri yang tidak sederhana, baik dipandang dari segi terminologis maupun etimologisnya. Hal ini mulanya disebabkan oleh ketiadaan padanan istilah yang pas dalam bahasa Indonesia/Melayu untuk konsep art dalam bahasa Inggris atau kunst dalam bahasa Belanda.

 

Asal kata
Terdapat beberapa teori yang beredar mengenai asal mula kata seni, di antaranya adalah:

  • Kata seni dari bahasa Melayu Riau (Sungai Rokan) sonik yang berasal dari kata 'so' atau 'se' artinya adalah 'satu', berasal dari bahasa Sangsakerta 'swa' (satu), yang digabung dengan kata 'nik' yang artinya sesuatu yang sangat kecil atau halus. Kata sonik/sonit/seni berarti suatu yang halus bentuk rupa maupun sifatnya.
  • Kata seni dari bahasa Sansekerta sani yang artinya persembahan, pelayanan dan pemberian yang tulus.
  • Kata seni dari bahasa Belanda genie yang artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir, seperti makna ketiga kata seni dalam KBBI yang berarti genius.
  • Meskipun demikian, kata seni (bahasa Inggris: art) ditengarai merupakan neologisme yang memanfaatkan kata seni (dalam artian kecil) yang telah ada dalam bahasa Melayu umum. Teori-teori di atas kemungkinan hanya rekaan atau anggapan baru.

Sejarah dan polemik

Terdapat permasalahan alih bahasa ketika bahasa Indonesia terpapar konsep-konsep Barat, seperti apa yang kita sebut sekarang sebagai seni, walaupun gejala kesenian telah ada sebelumnya dan istilah padanannya dapat digali dari kosakata lokal, seperti kata kagunan dalam bahasa Jawa dan kabinangkitan dalam bahasa Sunda. Memadankan kata seni untuk art atau kunst sesungguhnya terdengar sangat ganjil karena sampai abad ke-19, kata seni hanya sering digunakan pada konteks air seni yang merupakan penghalusan istilah untuk kencing. Sedangkan contoh penggunaan kata seni untuk menyebut sesuatu kecil/lembut pada konteks lainnya tidak banyak ditemukan.

Sebelum istilah seni populer seperti sekarang, istilah kunst dalam kamus Belanda-Melayu (Klinkert atau Mayer atau Badings yang terbit pada penghujung abad ke-19 atau permulaan abad ke-20) diterjemahkan menjadi hikmat, ilmu, pengetahuan, kepandaian dan ketukangan. Kamus Umum Bahasa Indonesia (terbit pertama kali 1953) oleh Purwadarminta ditengarai ialah kamus yang merekam kata seni dengan makna yang baru untuk pertama kalinya. Meskipun Purwadarminta bukanlah yang mula-mula menggunakan istilah "seni" dan "seni rupa", tetapi hal ini membuat polemik di kalangan seniman karena seakan-akan menimbulkan ketimpangan persepsi antara seni di Indonesia dan seni di Barat.

Istilah "seni rupa", "seni musik", "seni teater", "seni sastra" dll. Dalam bahasa Indonesia ditengarai memperlihatkan gejala adverbial. Gejala ini menunjukkan kata-kata penting (rupa, musik, tari, sastra) hanya sekadar kata keterangan (adverbia) untuk kata seni. Keutamaan pada istilah-istilah itu terletak pada kata "seni"-nya. Istilah "seni" sendiri dalam bahasa Indonesia tidak membawa sifat kebendaan, walaupun merupakan kata benda abstrak. Dengan demikian, semua ungkapan seni punya kedudukan sejajar. Seni menjadi istilah yang 'terbuka'. Ungkapan seni bahkan tidak dibatasi pada seni rupa, seni tari, seni musik, dan seni teater saja (dikenal menampilkan ungkapan pribadi). Deretan istilah ini bisa diperpanjang dengan seni keris, seni batik, seni ronggeng (dan sebagainya) yang dikenal sebagai kesenian di dunia tradisi. Maka, kata seni tidak memiliki bentuk dan merupakan kondisi mental yang bisa berwujud banyak hal selama memiliki gejala seni. Gejala tersebut membuat pengertian seni dalam bahasa Indonesia lebih dekat kepada estetika. Oleh karenanya, terdapat banyak kesulitan dalam menyeimbangkan perkembangan wacana seni di Indonesia dan Barat, misalkan seni tari jika diterjemahkan secara harfiah menjadi dance art mungkin tidak masuk akal bagi pemakai bahasa Inggris, juga seperti seni ukir, seni musik, dsj. Bahasa Inggris dan beberapa bahasa lain juga membedakan antara istilah art (untuk konsep seni secara umum) dan (the) arts (bidang-bidang kreatif kesenian).

Neologisme

Istilah seni kemungkinan besar ditemukan—atau lebih tepatnya dimaknai ulang—oleh S. Sudjojono melalui Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) yang kala itu sangat giat mencari padanan istilah berbahasa Indonesia. Istilah baru yang juga diperkenalkan antara lain seni lukis, lukisan, pelukis, lukisan kampas (kanvas), pematung, seni rupa, cukilan, alam benda, potret diri, watak, sanggar, sketsa, etsa, seniman, telanjang dan lain-lain. Sementara itu, istilah seniman (untuk menyebut pelaku seni) muncul pada akhir 1930-an di dalam tulisan-tulisan S. Sudjojono mengenai seni lukis Indonesia. S. Sudjojono mengakui bahwa istilah ”seniman” ini pertama kali diusulkan oleh Ki Mangunsarkoro—mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Tulisan-tulisan S.Sudjojono juga membantu istilah-istilah tersebut semakin populer, khususnya buku Seni lukis, kesenian, dan seniman yang terbit pertama kali 1946.

Sejarah

Bentuk kesenian tertua yang ditemukan adalah seni rupa, yang meliputi penciptaan gambar atau benda yang sekarang digolongkan menjadi lukisan, patung, cetakan, fotografi dan media rupa lainnya. Bentuk seni seperti patung, lukisan gua, lukisan batu, dan petroglif dari zaman Paleolitikum Akhir telah ada sejak dari 40.000 tahun yang lalu. Lukisan gua di Sulawesi disebut sebagai salah satu artefak seni tertua di dunia. Akan tetapi, makna sesungguhnya dari seni tersebut masih dalam perdebatan karena kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang menghasilkannya. Di gua Lubang Jeriji Saleh, Kalimantan Timur, para arkeolog menemukan gambar serupa binatang sapi yang ditegaskan sebagai karya seni figuratif tertua di dunia, diperkirakan berasal dari 40 ribu hingga 52 ribu tahun lalu (periode Paleolitik Atas dan akhir zaman es), lebih tua 5000 tahun dari penemuan sebelumnya di Sulawesi. Benda seni yang disebut tertua lainnya berasal dari gua di Afrika Selatan, berusia 75.000 tahun, berbentuk rangkaian cangkang keong kecil-kecil yang dilubangi. Wadah yang kemungkinan untuk tempat cat juga ditemukan dengan usia 100.000 tahun. Cangkang kerang dengan goresan oleh Homo erectus yang ditemukan tahun 2014 dipercaya berasal dari 430.000 dan 540.000 tahun yang lalu.

Banyak tradisi besar dalam seni memiliki akar dari salah satu peradaban besar kuno, yakni Mesir Kuno, Mesopotamia, Persia, India, Tiongkok, Yunani Kuno, Romawi, juga Inka, Maya dan Olmek. Tiap-tiap pusat peradaban awal ini mengembangkan gaya khas dalam keseniannya. Dikarenakan ukuran dan usia peradaban-peradaban tersebut, terdapat lebih banyak karya seni yang terselamatkan dan lebih banyak pengaruh yang disebarluaskan kepada budaya-budaya yang datang kemudian. Sebagian dari peradaban tersebut bahkan memiliki catatan terawal bagaimana seniman bekerja. Sebagai contoh, seni zaman Yunani melihat pemujaan bentuk tubuh manusia dan pengembangan keterampilan yang berimbang untuk menunjukkan proporsi otot, ketenangan, kecantikan, dan anatomi yang tepat.

Dalam seni peradaban Bizantium dan Abad Pertengahan Barat, banyak seni berfokus pada ekspresi subjek tentang budaya Alkitab dan keagamaan, dan menggunakan gaya yang menunjukkan kemuliaan yang lebih tinggi bagi dunia surgawi, seperti penggunaan emas pada latar belakang lukisan, atau kaca dalam mosaik atau jendela, yang juga menyajikan figur-figur dalam bentuk yang ideal, berpola (datar). Namun demikian, tradisi realis klasik bertahan dalam karya-karya kecil Bizantium, dan realisme terus tumbuh dalam seni Katolik Eropa.

Seni Renaisans kemudian berkembang dengan lebih menekankan pada penggambaran realistik dunia bendawi, dan tempat manusia di dalamnya. Hal itu tercermin dari penggambaran jasmani tubuh manusia, dan perkembangan metode sistematis penggambaran jauh-dekat dari sudut pandang grafis untuk mendapatkan kesan ruang tiga dimensi.

Di Timur, penolakan seni Islami terhadap ikonografi mengakibatkan pengutamaan pada pola geometris, kaligrafi dan arsitektur. Di Timur jauh, agama juga menguasai gaya dan bentuk kesenian. India dan Tibet memperlihatkan penekanan pada patung lukis dan tarian, sedangkan lukisan agamawi meminjam banyak aturan dari kesenian patung dan cenderung memiliki warna-warna terang yang kontras dengan penekanan pada garis-garis batasnya. Sementara itu, Cina memperlihatkan banyak perkembangan bentuk seni: ukiran giok, kerajinan perunggu, tembikar (termasuk tentara terakota dari Kekaisaran Qin), syair, kaligrafi, musik, lukis, drama, fiksi, dll. Gaya seni Cina sangat beragam dari zaman ke zaman dan masing-masingnya dinamai berdasarkan dinasti yang berkuasa. Jadi, sebagai contoh, lukisan-lukisan dinasti Tang memiliki warna monokromatik dan renggang-renggang, menekankan bentang yang ideal. Akan tetapi, lukisan-lukisan dinasti Ming berwarna-warni dan padat, dan berfokus untuk bercerita dengan pengaturan latar dan komposisi.Jepang juga menamai gaya-gaya dalam kesenian mereka dengan dinasti kekaisaran juga, dan menampakkan banyak pembauran antara gaya kaligrafi dan lukis. Cetak balok kayu menjadi penting di Jepang setelah abad ke-17.

Abad Pencerahan di Barat pada abad ke-18 melihat penggambaran artistik dari sudut kepastian fisik dan rasionalnya, serta visi politik revolusioner dari dunia pasca-monarki, seperti penggambaran Blake tentang Newton sebagai geometer ilahi, atau lukisan-lukisan propaganda David. Hal ini menyebabkan penolakan Romantisisme demi gambar-gambar dari sisi emosional dan individualitas manusianya, dicontohkan dalam novel-novel Goethe. Kemudian penghujung abad ke-19 memunculkan sejumlah gerakan artistik, seperti seni akademik, simbolisme, impresionisme, dan fauvisme.

Sejarah seni abad kedua puluh adalah narasi tentang kemungkinan yang tak terbatas dan pencarian standar-standar baru, masing-masing gerakan ditumbangkan secara berurutan oleh yang datang berikutnya. Dengan demikian, ukuran-ukuran impresionisme, ekspresionisme, fauvisme, kubisme, dadaisme, surealisme, dll. tidak dapat dipertahankan jauh melampaui waktu penemuan mereka. Meningkatnya keterhubungan global sepanjang masa ini memperlihatkan pengaruh yang setara dari budaya lain ke dalam kesenian Barat. Dengan demikian, cetakan balok kayu Jepang (dipengaruhi oleh kejurugambaran Renaisans Barat) memiliki pengaruh besar pada impresionisme dan perkembangan selanjutnya. Contoh lainnya, patung-patung Afrika diambil oleh Picasso dan sampai batas tertentu oleh Matisse. Demikian pula, pada abad ke-19 dan ke-20, gagasan-gagasan Barat memiliki dampak besar pada seni di Timur seperti komunisme dan pascamodernisme yang memberikan pengaruh kuat.

Kegunaan

Seni memiliki sejumlah besar fungsi yang berbeda sepanjang sejarahnya, sehingga tujuannya sulit untuk diabstraksikan atau dikuantifikasi dengan konsep tunggal apa pun. Namun hal ini tidak menyiratkan bahwa tujuan seni adalah sesuatu yang "kabur", melainkan bahwa seni tercipta dengan memiliki banyak alasan unik dan berbeda. Beberapa kegunaan seni disediakan dalam garis besar berikut. Berbagai tujuan seni dapat dikelompokkan sesuai dengan yang tidak termotivasi, dan yang termotivasi (Lévi-Strauss). Seni memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat tradisional dan sering kali tidak hanya bersifat dekoratif atau estetis, tetapi juga memiliki fungsi-fungsi yang mendalam dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat tersebut. Berikut adalah beberapa fungsi seni dalam masyarakat tradisional:

1. Ekspresi Budaya:

  - Seni memungkinkan masyarakat untuk mengekspresikan dan merayakan identitas budaya mereka. Melalui seni, tradisi, cerita rakyat, dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi dapat diungkapkan.

2. Ritual dan Upacara:

  - Seni sering terlibat dalam ritual dan upacara keagamaan atau kehidupan sehari-hari. Misalnya, seni dapat digunakan dalam tarian, patung, atau lukisan yang memiliki makna mendalam dalam konteks upacara keagamaan atau adat istiadat.

3. Pendidikan dan Pembelajaran:

  - Seni dapat menjadi sarana pendidikan dan pembelajaran. Melalui seni, pengetahuan tentang sejarah, tradisi, dan nilai-nilai masyarakat dapat disampaikan kepada generasi muda.

4. Simbolisme Sosial:

  - Seni sering kali berfungsi sebagai simbol-simbol sosial yang mencerminkan hierarki, status, atau peran dalam masyarakat. Contohnya termasuk busana tradisional, hiasan dinding, atau seni ukir yang menandakan status sosial atau keanggotaan dalam suatu kelompok.

5. Pengobatan dan Kesehatan:

  - Beberapa masyarakat tradisional menggunakan seni dalam konteks pengobatan dan pemulihan kesehatan. Seni bisa berupa tarian penyembuhan, seni rupa yang dianggap memiliki kekuatan penyembuhan, atau musik yang dianggap dapat mempengaruhi kesehatan seseorang.

6. Perekat Sosial:

  - Seni dapat berperan sebagai perekat sosial yang menghubungkan anggota masyarakat. Pementasan teater, pertunjukan musik, atau festival budaya dapat menjadi momen di mana masyarakat berkumpul, merayakan bersama, dan memperkuat ikatan sosial.

7. Pertanian dan Keberlanjutan:

  - Dalam beberapa masyarakat tradisional, seni sering terkait dengan praktik pertanian atau keberlanjutan. Misalnya, seni pertanian seperti ukiran di alat-alat pertanian atau seni tekstil yang digunakan dalam kegiatan pertanian memiliki makna simbolis dan praktis.

8. Penciptaan Barang Seni Fungsional:

  - Banyak barang seni dalam masyarakat tradisional tidak hanya estetis, tetapi juga memiliki fungsi praktis. Kerajinan tangan, perhiasan, atau tekstil sering kali digunakan sehari-hari dan memiliki nilai fungsional serta artistik.

Fungsi-fungsi ini dapat bervariasi antar masyarakat tradisional, tergantung pada nilai-nilai, keyakinan, dan kebutuhan khusus masing-masing kelompok. Seni membentuk bagian integral dari kehidupan masyarakat tradisional, mencerminkan dan memperkaya warisan budaya mereka.

Kegunaan tanpa dorongan

Kegunaan seni tanpa dorongan adalah tujuan yang tak terpisahkan dalam proses menjadi manusia, melampaui diri pribadi, atau tidak memenuhi tujuan luar tertentu. Dalam pengertian ini, seni, sebagai daya cipta, adalah sesuatu yang harus dilakukan manusia sesuai dengan kodratnya (yaitu, tidak ada spesies lain yang menciptakan seni), dan karenanya melampaui kegunaan praktis.

  1. Naluri dasar manusia untuk keselarasan, keseimbangan, dan irama. Seni pada tingkat ini bukanlah tindakan ataupun objek, melainkan penghargaan internal atas keseimbangan dan keselarasan (keindahan), dan karena itu merupakan aspek manusia di luar kebergunaan.
  2. Pengalaman yang misterius. Seni menyediakan cara untuk mengalami diri sendiri dalam hubungannya dengan alam semesta. Pengalaman ini mungkin sering datang tanpa dorongan tertentu, karena orang menghargai seni, musik, atau puisi.
  3. Ungkapan imajinasi. Seni menyediakan sarana untuk mengungkapkan imajinasi dengan cara non-tata bahasa yang tidak terikat pada formalitas bahasa lisan atau tulisan. Tidak seperti kata-kata, yang datang dalam urutan dan masing-masing memiliki makna yang pasti, seni menyediakan berbagai bentuk, lambang, dan gagasan dengan makna yang luwes.
  4. Fungsi ritual dan simbolis. Dalam banyak budaya, seni digunakan dalam ritual, pertunjukan dan tarian sebagai hiasan atau lambang. Sementara hal tersebut sering tidak memiliki tujuan kegunaan tertentu (terdorong sesuatu), antropolog mengetahui bahwa seni dalam ritual sering digunakan pada tingkat makna dalam budaya tertentu. Makna ini tidak dilengkapi oleh satu individu, tetapi sering kali merupakan hasil dari banyak perubahan generasi, dan hubungan kosmologis dalam budaya.

Kegunaan dengan dorongan

Kegunaan seni dengan dorongan mengacu pada tindakan yang disengaja dan sadar dari seniman atau penciptanya. Hal ini mungkin membawa perubahan politik, untuk mengomentari suatu aspek dalam masyarakat, untuk menyampaikan emosi atau suasana hati tertentu, untuk menunjukkan psikologi pribadi, untuk menggambarkan disiplin lain, untuk (dengan seni komersial) menjual produk, atau hanya sekadar bentuk komunikasi.

  1. Komunikasi. Seni, paling sederhana, adalah bentuk komunikasi. Karena sebagian besar bentuk komunikasi memiliki maksud atau tujuan yang diarahkan kepada individu lain, ini adalah tujuan yang berdorongan. Kesenian ilustrasi, seperti ilustrasi ilmiah, adalah bentuk seni sebagai komunikasi. Peta adalah contoh lain. Namun, isinya tidak perlu ilmiah. Emosi, suasana hati dan perasaan juga dapat dikomunikasikan melalui seni.
  2. Seni sebagai hiburan. Seni dapat menghadirkan emosi atau suasana hati tertentu, untuk tujuan bersantai atau menghibur pemirsa. Ini sering merupakan fungsi dari industri seni gambar bergerak dan permainan video.
  3. Seni untuk perubahan politik. Salah satu fungsi seni awal abad ke-20 adalah menggunakan gambar-gambar visual untuk menghasilkan perubahan politik. Gerakan-gerakan seni yang memiliki tujuan ini—misalnya Dadaisme, Surealisme, konstruktivisme Rusia, dan Ekspresionisme Abstrak— secara kolektif disebut sebagai seni avante-garde atau garda depan.
  4. Seni sebagai "zona bebas", jauh dari aksi celaan sosial. Berbeda dengan gerakan avant-garde, yang ingin menghapus perbedaan budaya untuk menghasilkan nilai-nilai universal yang baru, seni kontemporer telah meningkatkan toleransi terhadap perbedaan budaya serta fungsi-fungsi kritis dan membebaskannya (penyelidikan sosial, aktivisme, subversi, dekonstruksi ...), menjadi tempat yang lebih terbuka untuk penelitian dan percobaan.
  5. Seni untuk penyelidikan sosial, subversi dan/atau anarki. Sementara mirip dengan seni untuk perubahan politik, seni subversif atau dekonstruktivistik berupaya mempertanyakan aspek-aspek masyarakat tanpa tujuan politik tertentu. Dalam hal ini, fungsi seni mungkin hanya untuk mengkritik beberapa aspek masyarakat. Seni grafiti dan jenis seni jalanan lainnya adalah grafis dan gambar yang dilukis dengan semprotan atau stensil pada dinding, bangunan, bus, kereta api, dan jembatan yang dapat dilihat secara publik, biasanya tanpa izin. Bentuk seni tertentu, seperti grafiti, mungkin juga tergolong ilegal ketika dikerjakan dengan melanggar hukum (dalam hal ini vandalisme).
  6. Seni untuk tujuan sosial. Seni dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran untuk berbagai macam tujuan. Sejumlah kegiatan seni ditujukan untuk meningkatkan kesadaran autisme, kanker, perdagangan manusia, dan berbagai topik lainnya, seperti sebagai konservasi lautan, hak asasi manusia di Darfur, membunuh dan kehilangan perempuan Aborigin, pelecehan yang lebih tua, dan pencemaran. Trashion, menggunakan tempat sampah untuk membuat mode, dipraktikkan oleh seniman seperti Marina DeBris adalah salah satu contoh menggunakan seni untuk meningkatkan kesadaran tentang polusi.
  7. Seni untuk tujuan psikologis dan penyembuhan. Seni juga digunakan oleh terapis seni, psikoterapis dan psikolog klinis sebagai terapi seni. Seri Gambar Diagnostik, misalnya, digunakan untuk menentukan fungsi kepribadian dan emosi pasien. Produk akhir bukanlah tujuan utama dalam kasus ini, melainkan proses penyembuhan, melalui tindakan kreatif. Karya seni yang dihasilkan juga dapat menawarkan wawasan tentang masalah yang dialami oleh subjek dan dapat menyarankan pendekatan yang sesuai untuk digunakan dalam bentuk terapi kejiwaan yang lebih konvensional.
  8. Seni untuk propaganda, atau komersialisme. Seni sering digunakan sebagai bentuk propaganda, dan dengan demikian dapat digunakan untuk secara halus mempengaruhi konsepsi atau suasana hati yang populer. Dengan cara yang sama, seni yang mencoba menjual produk juga memengaruhi suasana hati dan emosi. Dalam kedua kasus tersebut, tujuan seni di sini adalah untuk secara halus memanipulasi pemirsa menjadi respons emosional atau psikologis tertentu terhadap gagasan atau objek tertentu.
  9. Seni sebagai indikator kebugaran. Telah dikemukakan bahwa kemampuan otak manusia jauh melebihi apa yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di lingkungan leluhur. Salah satu penjelasan psikologi evolusioner untuk ini adalah bahwa otak manusia dan sifat-sifat terkait (seperti kemampuan artistik dan kreativitas) adalah padanan manusia untuk ekor burung merak. Tujuan dari ekor merak jantan yang luar biasa adalah untuk menarik perhatian betina. Menurut teori ini, penggarapan seni yang unggul itu secara evolusioner penting karena untuk menarik perhatian pasangan.

Fungsi seni yang dijelaskan di atas tidak saling berdiri sendiri-sendiri, karena banyak dari mereka mungkin tumpang tindih. Misalnya, seni untuk tujuan hiburan juga dapat berupaya untuk menjual suatu produk, yaitu film atau permainan video.

Sumber: https://id.wikipedia.org/

Selengkapnya
Apa itu Seni? (Peristilahan hingga Kegunaan)

Seni Rupa dan Desain

Perkembangan Seni dalam Teknologi Global

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Seni Merupakan Suatu bagian dari kehidupan kita serta seni juga diartikan sebagai arti dari kehidupan dan kemunculan Teknologi menjadi Seni Semakin berkembang.

Perkembangan seni dalam teknologi global telah menjadi fenomena yang semakin relevan dan menarik perhatian banyak orang di seluruh dunia. Seiring dengan kemajuan teknologi, seniman memiliki akses yang lebih besar ke alat dan platform baru yang memungkinkan mereka untuk bereksperimen dan menciptakan karya yang inovatif.

Pada era digital ini, seni tidak lagi terbatas pada medium tradisional seperti cat, kertas, atau patung. Teknologi memberikan kemungkinan baru untuk bereksperimen, berkolaborasi, dan menyampaikan pesan melalui berbagai medium baru seperti seni digital, seni interaktif, seni virtual, dan seni media.

penggunaan media digital. Dapat menciptakan karya seni yang unik dan interaktif. Contohnya adalah seni komputer, seni pemrograman, seni virtual reality, dan seni berbasis aplikasi. Dengan bantuan teknologi, seniman dapat mengeksplorasi lebih dalam dalam menciptakan karya yang mencerminkan dunia digital dan mengaktifkan interaksi dengan pengguna.

Penggunaan teknologi dalam seni juga melibatkan instalasi interaktif, seni kinetik, dan seni elektronik. Seniman sering kali menggunakan sensor gerakan, suara, dan cahaya untuk menciptakan pengalaman artistik yang menarik dan memikat. Misalnya, instalasi dengan proyeksi visual yang merespon gerakan atau suara yang dilakukan oleh pengunjung, memberikan pengalaman multisensori yang khas.

Pergeseran ini dalam seni juga memengaruhi cara kita mengonsumsi dan berinteraksi dengan seni. Museum dan galeri yang memamerkan seni digital dan interaktif semakin populer. Pameran seni dengan teknologi juga sering diadakan di tempat-tempat umum dan festival, memungkinkan masyarakat umum untuk lebih mendekati seni dan memahami peran teknologi dalam penciptaan karya seni kontemporer.

Perkembangan seni dalam teknologi global juga telah membuka pintu bagi kolaborasi yang lebih luas antara seniman, pengembang, ilmuwan, dan perusahaan teknologi. Kerja sama ini memungkinkan pemerasan ide dan pertukaran pengetahuan, yang menghasilkan inovasi yang lebih baik dalam seni dan teknologi. Misalnya, seniman bisa bekerja sama dengan perusahaan teknologi untuk mengembangkan peralatan dan alat baru yang memungkinkan mereka untuk menciptakan karya seni yang lebih kompleks dan menarik.

Namun, meskipun teknologi telah memberikan banyak kemajuan dalam seni, ada juga tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kesenjangan digital, di mana tidak semua seniman memiliki akses yang sama ke teknologi dan sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan karya seni digital. Selain itu, penggunaan teknologi juga menimbulkan pertanyaan tentang privasi dan etika dalam seni.

Secara keseluruhan, perkembangan seni dalam teknologi global menghadirkan peluang baru dan tantangan yang menarik bagi seniman. Interaksi antara seni dan teknologi terus berlanjut dan membentuk wajah seni kontemporer saat ini. Perkembangan ini juga memberikan peluang bagi masyarakat umum untuk terlibat secara langsung dengan seni dan mengalami pengalaman artistik yang inovatif.

Pendapat Para Ahli

1. Dr. Aria Mulia, Ahli Seni Media:

Menurut Dr. Aria Mulia, teknologi telah menjadi katalisator dalam mengubah lanskap seni secara global. Ia berpendapat bahwa seniman modern harus menguasai teknologi agar bisa mengekspresikan diri mereka dengan cara baru. Dengan teknologi, seniman dapat menciptakan pengalaman yang lebih interaktif dan merangsang indera pengamat. Seni media, seperti seni instalasi interaktif atau seni virtual, memungkinkan pengamat untuk terlibat secara aktif dalam karya seni, menciptakan hubungan yang lebih personal dengan karya tersebut.

2. Prof. Bambang Santoso, Ahli Seni Digital:

Prof. Bambang Santoso berpendapat bahwa teknologi telah membawa paradigma baru dalam menciptakan dan menginterpretasikan seni. Ia menekankan bahwa seni digital bukan hanya mengenai alat atau medium, tetapi juga mempengaruhi cara pandang dan pemikiran seniman. Dengan seni digital, seniman memiliki lebih banyak kebebasan untuk bereksperimen, menciptakan efek visual yang rumit, dan menyampaikan pesan yang lebih kompleks. Seni digital juga memperluas batasan seni tradisional dengan menggabungkan berbagai disiplin ilmu seperti seni, matematika, dan teknologi komputer.

3. Dr. Maya Wijaya, Ahli Seni Virtual:

Dr. Maya Wijaya berpendapat bahwa seni virtual telah membuka jalan baru bagi seniman untuk mengeksplorasi realitas yang dihasilkan oleh teknologi. Melalui seni virtual, seniman dapat menciptakan dunia baru yang masih dalam batas-batas imajinasi mereka. Ia percaya bahwa seni virtual dapat memberikan pengalaman tak terbayangkan sebelumnya, memungkinkan pengamat untuk memasuki dan berinteraksi dengan dunia karya seni tersebut. Dengan seni virtual, seniman dapat menciptakan pengalaman sensorik yang kuat dan menghadirkan inovasi tak terduga dalam seni.

Kesimpulan

Perkembangan seni dalam teknologi global telah memungkinkan para seniman untuk bereksperimen dengan medium baru dan menciptakan pengalaman seni yang lebih interaktif dan inovatif. Pendapat para ahli seperti Dr. Aria Mulia, Prof. Bambang Santoso, dan Dr. Maya Wijaya menunjukkan bahwa teknologi telah mengubah cara seniman memahami dan menciptakan seni. Melalui seni digital, seni virtual, dan seni media, seni telah mengambil langkah maju dalam menciptakan koneksi yang unik antara seniman dan pengamat.

Sumber: https://geotimes.id/

Selengkapnya
Perkembangan Seni dalam Teknologi Global

Seni Rupa dan Desain

Seni Botani: Berkarya dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Botani merupakan salah satu ilmu tertua di dunia. Namun seni botani belum banyak yang tahu. Era media sosial berhasil menghimpun seniman botani Indonesia untuk berkarya bersama sekaligus melestarikan kekayaan hayati Indonesia.

Seniman botani atau yang disebut dengan botani artist asal Indonesia yang tergabung dalam Indonesian Society of Botanical Artist (IDSBA) menggelar Pameran Ragam Flora Indonesia (RFI) yang keempat di Bandung bekerja sama dengan NuArt Sculpture Park mulai 19 Agustus hingga 1 Oktober 2023. Kegiatan ini bertujuan untuk merangkul masyarakat luas untuk mengenal dan memahami seni botani sekaligus merawat bersama-sama meratawat kekayaan hayati Indonesia.

Ketua IDSBA Grace Syariel menjelaskan, seni botani merupakan bagian dari seni lukis dua dimensi yang masuk ke ranah realis. Akan tetapi, tidak hanya sekadar menggamar sesuai aslinya. Semua bagian tanaman yang digambar harus sesuai dengan kajian botani. “Jadi ini gabungan daris seni dan sains,” ujarnya saat menjadi pembicara Bincang Seni Botani: Potret Cemerlang Keindahan Alam di NuArt Sculpture Park, Minggu, 20 Agustus 2023. Acara ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan RFI ke-4.

Seni botani bisa mendekatkan pengetahuan soal tanaman kepada masyarakat. Seringkali masyarakat tidak mendapatkan informasi secara menyeluruh terkait tanaman. “Tahu ya kluwek untuk membuat rawon, tapi tidak tahu buahnya seperti apa, pohonnya bagaimana. Belimbing wuluh tahu, tapi di pohonnya buahnya terletak di mana itu tidak banyak yang tahu,” katanya.

Ia menambahkan, seni botani menjadi salah satu cara konservasi tumbuhan lewat seni. Informasi tentang tumbuhan yang mulai punah akan lebih mudah dipahami masyarakat lewat seni.

Menyebarkan ilmu pengetahuan

Botani artist yang juga pendiri IDSBA Eunike Nugroho mengatakan, seni botani kini sedang bangkit. Berkat media sosial, para botani artist berkumpul dan berjejaring hingga terbentuklah IDSBA.

Sebelumnya, geliat botani artist bisa dilihat di Ameria Serikat, Inggris, juga Eropa. Tapi sekarang, Asia pun menunjukkan geliatnya. “IDSBA merupakan yang pertama di Asia Tenggara pada 2017. Sekarang perhimpunan seni botani ada juga di Singapura dan Thailand,” katanya.

Seni botani bukan sekadar seni menggambar bunga atau tanaman. Tidak semua lukisan tumbuhan bisa disebut sebagai seni botani. Seni botani haruslah menunjukkan gambar yang benar morfologisnya. “Jadi yang menilai adalah botanis. Sehingga botani artist yang baik harus jadi pembelajar yang tekun,” kata Eunike.

Botani artist tidak hanya menghasilkan karya seni. Ia juga memproduksi ilmu pengetahuan. Seorang ilustrator botani bahkan menjadi spesies baru. Kepekaan pada warnam struktur, dan tekstur membuatnya mampu mengenali spesies yang berbeda.

Eunike sendiri sudah membuktikan, karyanya tidak saja sebagai karyanya pribadi, tetapi juga bagian dari penyebaran ilmu pengetahuan. Karyanya pernah digunakan untuk jurnal ilmiah, gambar perangko, juga komersial.

Menurut dia, menjadi botani artist akan menumbuhkan kepedulian terhadap berbagai isu tentang tanaman dan lingkungan. Sadar akan persoalan perubahan iklim, ketahanan pangan, dan menumbuhkan jalinan erat dengan tumbuhan terutama yang menjadi obyek gambarnya. “Seni botani bukan hanya tentang seni tumbuhan saja, ini seni yang menumbuhkan,” ujarnya.

Menjadi botani artist tidak hanya ranah seniman atau mereka yang jago gambar. Anggota IDSBA sendiri terdiri dari beragam profesi, ada yang dosen, dokter, farmasi, dan lain sebagainya. Tidak perlu minder untuk bergabung dengan IDSBA. “Nanti saling mengajari. Iklimnya bukan kompetisi, tapi kolaborasi,” ujarnya.

Buta tanaman

Meski ilmu botani adalah yang tertua di dunia, nyatanya seni botani tidak cukup dikenal. Menurut kurator yang juga dosen seni rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Asep Topan, seni botani sempat mengalami penurunan, sebelum akhirnya bergeliat kembali. Salah satu pemicunya ialah semakin berkurang narasi alam. Selama periode revolusi industri, lalu urbanisasi, hubungan manusia dengan alam tidak lagi banyak dibicarakan.

Akibatnya, manusia jadi tidak terlalu mengapresiasi tanaman. Tidak menyadari kehadiran tanaman di sekitarnya. Bahkan, pengetahuan akan tanaman tidak sebanyak hewan.“Anak-anak sejak kecil dikenalkan, ini hewan apa, cirinya apa. Jarang dikenalkan pada tanaman,” ujarnya.

Manusia jadi tidak terlalu mengapresiasi tanaman. Itulah yang disebut dengan plant-blindness atau buta tanaman.

Seni botani bisa berfungsi sebagai upaya untuk memperbaiki situasi ini. Lewat seni botani, manusia kembali menghargai kekayaan flora.

“Di seni botani, bukan hanya senimannya yang ada di panggung. Tanamannya juga ada di panggung. Dia menjadi subyek juga,” katanya. Sebuah gestur kecil yang sangat penting, kata Asep, dalam pameran seni botani, nama tanaman diletakkan di atas senimannya.

Pameran 45 hari

Pameran RFI 4 yang bertajuk Spreading the Beauty of Nature dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus – 1 Oktober 2023 di NuArt Sculpture Park, Bandung.  Kegiatan seperti ini tergolong jarang diselenggarakan di Bandung.

Direktur NuArt Sculpture Park Putu Tania Madiadipoera mengatakan, NuArt sebagai kawasan memiliki tiga pilar program, seni, budaya, dan alam. “Berangkat dari tiga pilar program ini, kami mengajak masyarakat untuk belajar dan mengalami berbagai ekspresi seni, mengenali juga memahami ragam budaya, serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya alam bagi manusia,” katanya.

Pada pameran ini, pengunjung disuguhi sejarah seni botani, rekam jejak IDSBA sebagai komunitas seni botani di Indonesia, serta melihat lukisan ragam tetumbuhan nusantara sebagai subjek utama.

Terdapat 60 karya yang dipamerkan dari 32 orang seniman Indonesia maupun mancanegara. Karya-karya yang dipamerkan telah melalui proses seleksi yang teliti. Melibatkan tiga juri dengan disiplin ilmu yang berbeda, yakni Jenny A. Kartawinata (seniman botani & pendiri IDSBA), Destario Metusala (botanis & peneliti BRIN), dan Fahmy Al Ghiffari Siregar (kurator NuArt). Akurasi, keterampilan, komposisi, dan kekayaan informasi botani menjadi parameter utama dalam menilai, menginterpretasi, dan mengkurasi karya yang dipamerkan.

Terbuka untuk umum

NuArt Sculpture Park dan IDSBA juga mengajak publik untuk mengikuti rangkaian program yang beririsan dengan dunia botani dan terinspirasi oleh alam selama 45 hari pameran berlangsung. Rangkaian program publik ini bervariasi mulai dari lokakarya, open studio (demo), art jam, seminar dan talkshow, hingga art tour.

Ada juga sesi Open Studio dan Art Jam yang dilaksanakan di setiap hari Sabtu. Pada Open Studio, seniman botani akan ‘berpraktik’ langsung di ruang pamer dan pengunjung dapat menyaksikan bagaimana cara mereka bekerja. Art Jam menggandeng komunitas yang terhubung dengan seni rupa dan sains, antara lain Genbi (Generasi Biologi), Kolcai (Komunitas Lukis Cat Air), Komunitas Drawing Garis Hitam, Bandung Sketchwalk, dan KPA Biocita Formica untuk berbagi informasi sesuai keahliannya yang dilanjutkan dengan membuat karya kolaborasi bersama peserta.

Selain itu, Nuart Sculpture Park dan IDSBA juga mengundang kolaborator serta narasumber ahli untuk melaksanakan lokakarya maupun seminar, yang terbuka bagi publik. Di antaranya adalah LOKUS Foundation yang akan melaksanakan lokakarya perakitan Foldscope, basic kit mikroskop ekonomis tahan air, kemudian seminar oleh Nenun Ruang mengenai arsitektur berbasis tumbuhan bambu, dan masih banyak lagi. Jadwal selengkapnya bisa disimak di website RFI ke-4.

Sumber: https://digitalmama.id/

Selengkapnya
Seni Botani: Berkarya dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan
« First Previous page 3 of 3