Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 14 Maret 2025
Pendahuluan
Manajemen rantai pasok telah menjadi fokus utama dalam penelitian manajemen dan industri manufaktur dalam beberapa tahun terakhir. Dalam industri konstruksi, rantai pasok memainkan peran penting dalam memastikan kelancaran proyek. Namun, pengukuran kinerja rantai pasok dalam proyek jalan masih jarang dibahas, meskipun sektor ini memiliki peran strategis dalam pembangunan infrastruktur. Penelitian oleh M. Agung Wibowo dan Moh Nur Sholeh dari Universitas Diponegoro menyoroti bagaimana model SCOR (Supply Chain Operations Reference) digunakan untuk menganalisis kinerja rantai pasok pada proyek jalan, khususnya dalam aspek keandalan, responsivitas, fleksibilitas, biaya, dan aset.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini mengukur kinerja rantai pasok dengan menggunakan model SCOR sebagai indikator kinerja utama (Key Performance Indicators/KPI). Untuk menilai bobot masing-masing indikator, digunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), sedangkan hasil pengukuran dianalisis menggunakan Objective Matrix (OMAX) dan sistem traffic light. Studi kasus dilakukan pada proyek pelebaran Jalan Siliwangi di Semarang, Indonesia, yang melibatkan kontraktor PT Adhi Karya (Persero) sebagai pelaksana proyek.
Temuan Utama
1. Implementasi Model SCOR dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan berdasarkan lima indikator utama dalam model SCOR, yaitu Perfect Order Fulfillment (POF), Order Fulfillment Lead Time (OFLT), Production Flexibility (PF), Supply Chain Management Cost (SCMC), dan Inventory Days of Supply (IDS). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan pesanan (POF) mencapai 94,5%, yang berarti mayoritas material tiba tepat waktu. Rata-rata waktu pemenuhan pesanan (OFLT) adalah 12 hari, menunjukkan ketepatan waktu yang cukup baik. Fleksibilitas produksi (PF) mencapai 97,5%, mencerminkan kesiapan proyek dalam menghadapi perubahan kebutuhan material. Biaya manajemen rantai pasok (SCMC) tercatat sebesar 89,1% dari total anggaran, yang berarti efisiensi biaya cukup tinggi. Sementara itu, Inventory Days of Supply (IDS) berada pada angka 11 hari, yang menunjukkan efektivitas dalam pengelolaan stok material.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Rantai Pasok
Keberhasilan rantai pasok dalam proyek ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kesiapan kontraktor dalam perencanaan pengadaan material, kemitraan dengan pemasok, strategi rantai pasok, serta kemampuan tenaga kerja dalam menangani proses distribusi. Namun, beberapa tantangan juga diidentifikasi, seperti keterlambatan pengadaan baja akibat kendala logistik dan dampak bencana alam seperti letusan Gunung Merapi yang menghambat pasokan pasir.
3. Evaluasi Kinerja Menggunakan AHP dan OMAX
Metode AHP digunakan untuk menentukan bobot prioritas dari setiap indikator kinerja, dengan hasil menunjukkan bahwa keandalan dalam pemenuhan pesanan (POF) memiliki bobot tertinggi, karena keterlambatan material dapat berdampak langsung pada kelangsungan proyek. Setelah itu, sistem OMAX dan traffic light digunakan untuk mengevaluasi hasil pengukuran, yang menunjukkan bahwa proyek berada dalam kategori "cukup baik" dengan skor 6,4 dari skala 10.
Strategi Optimal untuk Meningkatkan Efisiensi Rantai Pasok
1. Optimalisasi Perencanaan dan Manajemen Material
Kontraktor perlu meningkatkan sistem perencanaan pengadaan material yang lebih proaktif, dengan mempertimbangkan faktor risiko seperti bencana alam dan ketidakpastian pasokan. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah membangun cadangan material strategis atau bekerja sama dengan lebih dari satu pemasok untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber.
2. Penguatan Kolaborasi dengan Pemasok dan Pengguna Teknologi Digital
Untuk mengurangi keterlambatan pengiriman, kontraktor dapat mengembangkan kerja sama yang lebih erat dengan pemasok melalui kontrak berbasis kinerja dan sistem pemantauan stok berbasis digital. Pemanfaatan teknologi seperti Enterprise Resource Planning (ERP) dan Internet of Things (IoT) dapat meningkatkan transparansi dalam rantai pasok, memungkinkan kontraktor dan pemasok memantau stok dan jadwal pengiriman secara real-time.
3. Implementasi Sistem Pemantauan Kinerja yang Lebih Akurat
Dengan menerapkan pengukuran kinerja berbasis data, kontraktor dapat melakukan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas rantai pasok. Selain itu, penggunaan analitik prediktif dapat membantu dalam merancang strategi pengadaan material yang lebih efisien, dengan mempertimbangkan pola permintaan dan pasokan di masa mendatang.
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa model SCOR dapat digunakan sebagai alat yang efektif dalam mengukur dan meningkatkan kinerja rantai pasok pada proyek konstruksi jalan. Dengan menggunakan AHP untuk menentukan bobot KPI dan OMAX sebagai alat evaluasi kinerja, proyek dapat mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi. Studi ini juga menunjukkan bahwa tantangan dalam rantai pasok dapat diatasi dengan perencanaan pengadaan yang lebih baik, kolaborasi yang lebih erat dengan pemasok, serta pemanfaatan teknologi dalam manajemen rantai pasok.
Dengan menerapkan strategi yang lebih terstruktur dan berbasis data, perusahaan konstruksi dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi risiko keterlambatan, dan memastikan kelangsungan proyek yang lebih efisien.
Sumber : M. Agung Wibowo, Moh Nur Sholeh (2015). The Analysis of Supply Chain Performance Measurement at Construction Project. Procedia Engineering 125: 25-31.
Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025
Supply Chain Performance Measurement (SCPM) adalah pendekatan sistematis untuk mengukur efektivitas dan efisiensi rantai pasok dalam industri manufaktur. Mengingat pentingnya manajemen rantai pasok dalam meningkatkan daya saing perusahaan, pengukuran kinerja yang akurat menjadi elemen kunci dalam mengidentifikasi area perbaikan dan mengoptimalkan proses bisnis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka kerja pengukuran kinerja rantai pasok (SCPM Framework) yang dapat diterapkan dalam industri manufaktur. Studi ini berbasis pada studi kasus tunggal di industri baja, dengan pendekatan kualitatif dan metode hermeneutis untuk menganalisis data operasional perusahaan.
Pentingnya Pengukuran Kinerja dalam Rantai Pasok
1. Mengapa SCPM Dibutuhkan?
2. Elemen Kunci dalam SCPM
Penelitian ini mengusulkan empat elemen utama dalam framework pengukuran kinerja rantai pasok:
Tantangan dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama dalam implementasi SCPM:
Studi Kasus Implementasi SCPM
Strategi untuk Meningkatkan SCPM
Berdasarkan temuan studi ini, beberapa strategi direkomendasikan untuk meningkatkan efektivitas pengukuran kinerja rantai pasok:
✅ Menerapkan sistem digital berbasis AI dan IoT untuk meningkatkan transparansi data dan pengambilan keputusan real-time.
✅ Mengadopsi pendekatan hybrid, seperti kombinasi SCOR Model dan Balanced Scorecard, untuk menyelaraskan metrik operasional dan strategi bisnis.
✅ Memperkuat kolaborasi dengan pemasok strategis guna meningkatkan stabilitas pasokan dan efisiensi rantai pasok.
✅ Mengoptimalkan proses produksi dengan analisis data berbasis waktu dan profitabilitas, sehingga keputusan manajerial lebih akurat.
Kesimpulan
Pengukuran kinerja rantai pasok adalah elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing industri manufaktur. Studi ini menunjukkan bahwa penggunaan framework SCPM yang berbasis data dapat mengurangi lead time, meningkatkan profitabilitas, dan memastikan stabilitas rantai pasok.
Dengan mengintegrasikan teknologi digital, membangun hubungan pemasok yang lebih kuat, serta menggunakan metrik berbasis waktu dan profitabilitas, perusahaan dapat mengoptimalkan rantai pasok mereka untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi dan keunggulan kompetitif.
Sumber Artikel : Sillanpää, Ilkka. (2010). Supply Chain Performance Measurement in the Manufacturing Industry – A Single Case Study Research to Develop a Supply Chain Performance Measurement Framework. University of Oulu.
Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam dunia bisnis modern, hubungan antara pembeli dan pemasok bukan sekadar transaksi, tetapi merupakan aset strategis yang mempengaruhi efisiensi operasional dan daya saing perusahaan. Teori Industrial Marketing and Purchasing (IMP) menjadi pendekatan yang digunakan untuk memahami bagaimana interaksi dalam rantai pasok mempengaruhi keputusan pembelian strategis.
Paper ini membahas bagaimana IMP Theory dapat diterapkan dalam empat keputusan utama dalam pengadaan:
Pentingnya IMP Theory dalam Pengadaan dan Rantai Pasok
1. Peran Hubungan Pembeli-Pemasok dalam Efisiensi Bisnis
2. Model IMP dalam Manajemen Pengadaan
Penelitian ini mengacu pada dua model utama dalam IMP Theory yang mendukung pengambilan keputusan dalam pengadaan:
Tantangan dalam Menerapkan IMP Theory dalam Pengadaan
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan dalam penerapan IMP Theory dalam pengadaan, yaitu:
Studi Kasus Implementasi IMP Theory dalam Pengadaan
Strategi Pengadaan Berbasis IMP Theory
Untuk meningkatkan efektivitas pengadaan, penelitian ini merekomendasikan beberapa strategi:
✅ Membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis untuk meningkatkan keandalan pasokan.
✅ Menggunakan pendekatan berbasis data dan AI dalam mengevaluasi pemasok untuk meningkatkan transparansi dan objektivitas.
✅ Menerapkan model IMP untuk menentukan strategi sourcing yang tepat, berdasarkan kompleksitas pasar dan nilai strategis komoditas.
✅ Menggunakan pendekatan negosiasi yang sesuai dengan struktur kekuatan dalam hubungan pembeli-pemasok, baik melalui tawar-menawar agresif atau negosiasi berbasis kolaborasi.
Kesimpulan
IMP Theory memberikan wawasan yang sangat relevan dalam pengelolaan pengadaan dan rantai pasok. Dengan memahami bagaimana interaksi bisnis mempengaruhi keputusan pengadaan strategis, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi risiko rantai pasok, dan membangun hubungan pemasok yang lebih kuat.
Penelitian ini menekankan bahwa penerapan IMP Theory dapat membantu perusahaan dalam memilih pemasok terbaik, menentukan strategi sourcing yang efektif, serta mengoptimalkan negosiasi dan kontrak pengadaan, sehingga menciptakan keunggulan kompetitif dalam industri global.
Sumber Artikel : Balasingham, K. (2013). Supply Management: The Theoretical Foundation of the IMP Approach and its Contribution to Critical Purchasing Decisions. University of Twente.
Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 04 Maret 2025
Pendahuluan
Pengukuran kinerja rantai pasok (Supply Chain Performance Measurement – SCPM) adalah alat strategis yang memungkinkan perusahaan menilai efisiensi dan efektivitas operasi mereka dalam rantai pasok. Filosofi dasar "Apa yang tidak bisa diukur, tidak bisa dikelola" menunjukkan betapa pentingnya SCPM dalam mempertahankan daya saing bisnis.
Namun, dalam praktiknya, hanya sedikit sistem pengukuran kinerja rantai pasok yang benar-benar mampu memberikan gambaran menyeluruh. Studi ini menganalisis tantangan yang muncul dalam SCPM dan bagaimana perusahaan dapat mengatasi hambatan tersebut untuk meningkatkan efisiensi operasional.
Pentingnya Pengukuran Kinerja dalam Rantai Pasok
1. Mengapa SCPM Diperlukan?
2. Model Pengukuran Kinerja dalam Rantai Pasok
Penelitian ini membandingkan dua model utama dalam SCPM yang digunakan dalam industri:
Tantangan dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Penelitian ini mengidentifikasi sembilan tantangan utama dalam SCPM yang menghambat efektivitas sistem pengukuran:
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap perusahaan yang terlibat dalam rantai pasok. Studi ini mengeksplorasi bagaimana sistem pengukuran kinerja diterapkan dalam praktik dan hambatan yang sering dihadapi.
Studi Kasus Implementasi SCPM
Strategi dan Rekomendasi untuk Meningkatkan SCPM
Penelitian ini menawarkan beberapa strategi utama untuk mengatasi tantangan dalam pengukuran kinerja rantai pasok:
✅ Meningkatkan transparansi dengan berbagi data real-time menggunakan teknologi digital (AI & IoT).
✅ Mengembangkan hubungan jangka panjang dengan pemasok untuk meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi.
✅ Menggunakan pendekatan hybrid seperti SCOR dan Balanced Scorecard untuk menciptakan sistem pengukuran yang lebih holistik.
✅ Mengadopsi otomatisasi dalam proses pengukuran untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi operasional.
Kesimpulan
Supply Chain Performance Measurement (SCPM) adalah alat penting dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok. Namun, tantangan dalam komunikasi, transparansi, dan kolaborasi masih menjadi hambatan utama dalam penerapan sistem pengukuran kinerja yang efektif.
Dengan mengadopsi teknologi digital, membangun hubungan yang lebih kuat dengan mitra rantai pasok, dan menggunakan pendekatan pengukuran berbasis data, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing di pasar global.
Sumber Artikel : Lindner, C. (2009). Supply Chain Performance Measurement – A Research of Occurring Problems and Challenges. Jönköping International Business School, Jönköping University.
Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 04 Maret 2025
Pendahuluan
Sistem pengadaan (Procurement Systems) merupakan elemen penting dalam manajemen proyek modern, yang mencakup pengadaan sumber daya, koordinasi antar pemangku kepentingan, serta integrasi strategi bisnis dalam rantai pasok. Buku ini membahas bagaimana pengadaan dapat digunakan sebagai alat strategis untuk menciptakan nilai, meningkatkan efisiensi, dan membangun hubungan bisnis yang berkelanjutan.
Studi ini mencakup berbagai sektor industri, dari konstruksi, teknologi informasi, hingga manufaktur. Dengan pendekatan lintas industri, penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana strategi pengadaan dapat diterapkan untuk mengoptimalkan kinerja proyek dan keberlanjutan bisnis.
Peran Sistem Pengadaan dalam Manajemen Proyek
1. Pengadaan sebagai Faktor Kunci dalam Proyek
2. Tantangan dalam Pengadaan Proyek
3. Strategi Pengadaan yang Efektif
Metodologi Penelitian
Studi ini menggunakan analisis literatur dan studi kasus dari berbagai industri, dengan pendekatan berbasis manajemen proyek dan teori rantai pasok. Fokus penelitian meliputi:
✅ Evaluasi sistem pengadaan di berbagai industri untuk memahami tantangan dan peluang.
✅ Analisis kasus pada perusahaan besar untuk melihat dampak strategi pengadaan terhadap efisiensi proyek.
✅ Penggunaan data kuantitatif dan wawancara dengan praktisi industri untuk mendapatkan wawasan mendalam.
Studi Kasus Implementasi Sistem Pengadaan
Dampak dan Rekomendasi Strategis
Penelitian ini menyoroti bahwa sistem pengadaan yang efektif dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan meningkatkan daya saing perusahaan. Beberapa rekomendasi utama meliputi:
✅ Meningkatkan integrasi digital dalam pengadaan untuk mempercepat proses dan meningkatkan transparansi.
✅ Mengembangkan hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis untuk mengurangi risiko rantai pasok.
✅ Mengadopsi strategi pengadaan berbasis data dan teknologi AI untuk optimalisasi keputusan bisnis.
Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat mengelola pengadaan dengan lebih efektif, mengurangi risiko operasional, dan menciptakan keunggulan kompetitif dalam pasar global.
Kesimpulan
Sistem pengadaan merupakan faktor kunci dalam manajemen proyek lintas industri, dengan peran utama dalam mengoptimalkan efisiensi operasional, meningkatkan transparansi, dan mendukung keberlanjutan bisnis.
Penelitian ini menegaskan bahwa integrasi teknologi digital dan strategi berbasis proyek dapat meningkatkan efektivitas pengadaan, memastikan stabilitas rantai pasok, dan meningkatkan nilai bisnis dalam jangka panjang.
Sumber Artikel
Walker, D. H. T., & Rowlinson, S. (2008). Procurement Systems: A Cross-Industry Project Management Perspective. Taylor & Francis.
Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 04 Maret 2025
Pendahuluan
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, Supplier Relationship Management (SRM) menjadi faktor kunci dalam meningkatkan efisiensi pengadaan dan daya saing perusahaan. SRM membantu mengoptimalkan rantai pasok dengan meningkatkan transparansi, mempercepat pengiriman, dan mengurangi biaya operasional.
Penelitian ini merupakan tinjauan literatur kritis yang mengumpulkan berbagai temuan akademik mengenai hubungan antara SRM dan kinerja pengadaan, serta bagaimana strategi SRM yang efektif dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Pentingnya Supplier Relationship Management dalam Pengadaan
1. Peran SRM dalam Pengadaan yang Efektif
2. Manfaat SRM dalam Kinerja Rantai Pasok
Strategi Implementasi SRM yang Efektif
1. Segmentasi Pemasok Berdasarkan Kinerja
2. Kolaborasi dan Transparansi dalam Hubungan Pemasok
3. Evaluasi dan Pengukuran Kinerja Pemasok
4. Pengembangan Pemasok untuk Meningkatkan Daya Saing
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode tinjauan literatur sistematis, dengan mengumpulkan data dari berbagai studi akademik terkait SRM dan kinerja pengadaan. Hasil utama dari penelitian ini mencakup:
✅ Hubungan positif antara SRM dan efisiensi biaya pengadaan (rata-rata pengurangan biaya 12–15%).
✅ Peningkatan stabilitas rantai pasok melalui hubungan jangka panjang dengan pemasok.
✅ Dampak positif SRM pada pengurangan risiko pasokan dan peningkatan ketepatan waktu pengiriman.
Studi Kasus Implementasi SRM di Industri
Dampak dan Rekomendasi Strategis
Penelitian ini menyimpulkan bahwa SRM yang efektif dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dengan cara:
✅ Meningkatkan kolaborasi dengan pemasok untuk transparansi yang lebih baik.
✅ Mengoptimalkan sistem evaluasi pemasok untuk mengurangi risiko pasokan.
✅ Berinvestasi dalam pengembangan pemasok untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan.
Untuk masa depan, adopsi teknologi seperti AI dan blockchain dalam SRM dapat lebih meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pengadaan.
Kesimpulan
Supplier Relationship Management (SRM) adalah alat strategis dalam optimasi pengadaan dan kinerja rantai pasok. Dengan menggunakan strategi segmentasi pemasok, kolaborasi yang lebih erat, dan evaluasi kinerja yang sistematis, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan memastikan stabilitas pasokan dalam jangka panjang.
Sumber Artikel
Mogere, K. M., & Otuyah, W. (2021). Leveraging Procurement Performance Through Effective Supplier Relationship Management: A Critical Review of Literature. The Strategic Journal of Business & Change Management, 8 (1), 12–17.