Pendidikan Vokasi

Pendampingan

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 31 Juli 2022


Pendampingan atau lebih dikenal dengan istilah MentorshipMentorship berakar kata dari Mentor dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki makna pembimbing atau pengasuh. Secara istilah ditemukan banyak sekali definisi terhadap kata Mentoring, tercatat hingga tahun 2007 ada lebih dari 50 definisi yang menggambarkan makna dari Mentoring. Dalam buku karya Gendro Salim yang berjudul Effective Coaching, ia memberikan memaknai Mentoring sebagai sebuah aktivitas bimbingan dari seseorang yang sudah sangat menguasai hal-hal tertentu dan membagikan ilmunya kepada orang yang membutuhkannya. Orang yang melakukan kegiatan mentoring disebut dengan Mentor sedangkan orang yang di-mentor-i disebut Mentee.

Perbedaan Mentoring (Pendampingan) dan Coaching

Kedua terminologi ini sering kali dianggap memiliki makna yang sama. bahkan tidak jarang orang-orang mengunakan terma ini dalam ranah yang sama. berikut ini adalah perbedaan antara Mentoring dan Coaching.

Coaching

  • Membantu individu untuk mengembangkan solusi mereka sendiri dan melatih proses berpikir, yang kemudian dapat diterapkan secara mandiri di masa depan.
  • Coach umumnya tidak diperlukan untuk ahli dalam bidang usaha klien

Mentoring

  • Biasanya melibatkan bimbingan dari seorang individu yang lebih berpengalaman atau senior.
  • Menimbulkan berbagai hubungan pendampingan jangka panjang antara mentee dan mentor.
  • Mentor akan diharapkan untuk mengetahui jawaban atas tugas yang dilakukan oleh mentee

 

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Pendampingan

Pendidikan Vokasi

Diploma

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 31 Juli 2022


Diploma (dari bahasa Yunani Kuno δίπλωµα díplōma, artinya "gulungan kertas") adalah sertifikat atau akta yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan seperti kolese atau universitas, yang berisi pernyataan bahwa penerimanya telah berhasil menyelesaikan program studi tertentu,[1] atau (di Amerika Serikat) berisi keterangan mengenai penganugerahan suatu gelar akademik kepada penerimanya.[2] Di beberapa negara, seperti Britania Raya dan Australia, kata diploma juga berarti penghargaan akademik (misalnya diploma perguruan tinggi dan diploma pascasarjana). Dalam sejarah, diploma juga berarti piagam atau dokumen resmi,[1] sehingga memunculkan istilah diplomatik,[3] diplomat[4] dan diplomasi[5] melalui Codex Iuris Gentium Diplomaticus.[3]

Diploma (sebagai pengakuan tertulis atas suatu kualifikasi) dapat pula disebut testamur, kata bahasa Latin yang berarti "kami bersaksi" atau "kami nyatakan" (testari), diambil dari kata pertama isi diploma;[6] istilah ini digunakan di Australia sebagai sebutan untuk dokumen yang berisi pengakuan atas penganugerahan suatu gelar akademik.[7][8][9] Selain itu, secara sederhana diploma dapat pula disebut sertifikat gelar akademik atau sertifikat kelulusan, atau disebut perkamen.[10] Sertifikat bagi seorang penerima Nobel juga disebut diploma.

Dalam beberapa konteks kesejarahan, istilah diploma juga digunakan sebagai sebutan untuk dokumen-dokumen yang ditandatangani oleh seorang raja yang berisi pengakuan anugerah hak milik atau hak guna atas sebidang tanah beserta syarat-syaratnya (lihat Piagam-piagam Anglo-Saxon dan Diplomatika).

Diploma kulit domba dari Kolese Ciudad de México, 1948 (dalam bahasa Latin)

 

 

Diploma di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Di Indonesia, diploma adalah jenjang pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi di Indonesia pada umumnya terdapat di perguruan tinggi politeknik dan akademi, meskipun juga terdapat di berbagai perguruan tinggi umum seperti Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi. Pendidikan Tinggi Politeknik di Indonesia pertama kali didirikan pada era tahun 1970-an dan dewasa ini sudah sampai pada titik kemajuan di mana lulusannya telah disetarakan dengan lulusan Pendidikan Tinggi Teknik lain yang ada di Universitas, Institut, maupun Sekolah Tinggi di Indonesia.

Program Diploma I diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang bersifat rutin atau memecahkan masalah yang sudah akrab sifat-sifat maupun kontekstualnya di bawah bimbingan.

Program Diploma II diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang bersifat rutin, atau memecahkan masalah yang sudah akrab sifat-sifat maupun kontekstualnya secara mandiri, baik dalam bentuk pelaksanaan maupun tanggungjawab pekerjaannya.

Program Diploma III diarahkan pada lulusan yang menguasai kemampuan dalam bidang kerja yang bersifat rutin maupun yang belum akrab dengan sifat-sifat maupun kontekstualnya, secara mandiri dalam pelaksanaan maupun tanggungjawab pekerjaannya, serta mampu melaksanakan pengawasan dan bimbingan atas dasar ketrampilan manajerial yang dimilikinya. Dahulu jenjang Diploma III ini dikenal dengan sebutan Sarjana Muda.

Program Diploma IV diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang kompleks, dengan dasar kemampuan profesional tertentu, termasuk keterampilan merencanakan, melaksanakan kegiatan, memecahkan masalah dengan tanggungjawab mandiri pada tingkat tertentu, memiliki ketrampilan manajerial, serta mampu mengikuti perkembangan, pengetahuan, dan teknologi di dalam bidang keahliannva.

Sebutan profesional Ahli Pratama bagi lulusan Program Diploma I, Ahli Muda bagi lulusan Program Diploma II, Ahli Madya bagi lulusan Program Diploma III dan Sarjana Sains Terapan bagi lulusan Program Diploma IV ditempatkan di belakang nama pemilik hak atas penggunaan sebutan yang bersangkutan.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Diploma

Pendidikan Vokasi

Pendidikan Vokasi

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 31 Juli 2022


Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu, meliputi program pendidikan Diploma (diploma 1diploma 2diploma 3 dan diploma 4) yang setara dengan program pendidikan akademik. Pendidikan diploma 4 setara pendidikan sastra 1 dengan Lulusan pendidikan vokasi akan mendapatkan gelar vokasi.

Satuan pendidikan penyelenggara

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Pendidikan Vokasi

Pendidikan Vokasi

Pelatihan Kerja

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 31 Juli 2022


Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Pelatihan kerja merupakan salah satu jalur untuk meningkatkan kualitas serta mengembangkan karier tenaga kerja.

Di Eropa dan Malaysia secara garis besar dapat dibagi menjadi pendidikan dan pelatihan vokasi tahap awal (IVET) dan pendidikan dan pelatihan vokasi tahap lanjutan (CVET).IVET adalah pendidikan dan pelatihan sebelum masuk dunia kerja pada sistem pendidikan dan pelatihan yang relevan .CVET adalah pendidikan dan pelatihan sesudah masuk dunia kerja, termasuk di dalamnya adalah pelatihan bagi pekerja yang mencari pekerjaan baru setelah di-PHK dan pelatihan di dalam internal perusahaan.IVET mengacu pada pendidikan vokasi.

Di Indonesia, pelatihan kerja merupakan salah satu dari tiga pilar utama peningkatan kualitas tenaga kerja, yaitu: standar kompetensi kerja, pelatihan berbasis kompetensi serta sertifikasi kompetensi oleh lembaga yang independen.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Pelatihan Kerja

Pendidikan Vokasi

Belajar Tuntas

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 31 Juli 2022


Belajar tuntas (mastery learning) adalah filosofi pembelajaran yang berdasar pada anggapan bahwa semua siswa dapat belajar bila diberi waktu yang cukup dan kesempatan belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai bahwa siswa dapat mencapai penguasaan akan suatu materi bila standar kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas, penilaian mengukur dengan tepat kemajuan siswa dalam suatu materi, dan pembelajaran berlangsung sesuai dengan kurikulum. Dalam metode belajar tuntas, siswa tidak berpindah ke tujuan belajar selanjutnya bila ia belum menunjukkan kecakapan dalam materi sebelumnya.

Belajar tuntas berdasar pada beberapa premis, diantaranya:

  • Semua individu dapat belajar
  • Orang belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda
  • Dalam kondisi belajar yang memadai, dampak dari perbedaan individu hampir tidak ada
  • Kesalahan belajar yang tidak dikoreksi menjadi sumber utama kesulitan belajar.

Kurikulum belajar tuntas biasanya terdiri dari beberapa topik berbeda yang mulai dipelajari oleh para siswa secara bersamaan. Siswa yang tidak menyelesaikan suatu topik dengan memuaskan diberi pembelajaran tambahan sampai mereka berhasil. Siswa yang menguasai topik tersebut lebih cepat akan dilibatkan dalam kegiatan pengayaan sampai semua siswa dalam kelas tersebut bisa melanjutkan ke topik lainnya secara bersama-sama. Dalam lingkungan belajar tuntas, guru melakukan berbagai teknik pembelajaran, dengan pemberian umpan balik yang banyak dan spesifik menggunakan tes diagnostik, tes formatif, dan pengoreksian kesalahan selama belajar. Tes yang digunakan di dalam metode ini adalah tes berdasarkan acuan kriteria dan bukan atas acuan norma.

Belajar tuntas tidak berhubungan dengan isi topik, melainkan hanya dengan proses penguasaannya. Metode ini berdasar pada model yang dibuat oleh Benjamin S. Bloom, dengan penyempurnaan oleh James H. Block. Belajar tuntas dapat dilakukan melalui pembelajaran kelas oleh guru, tutorial satu per satu, atau belajar mandiri dengan menggunakan materi terprogram. Dapat dilakukan menggunakan pembelajaran guru secara langsung, kerjasama dengan teman sekelas, atau belajar sendiri. Di dalamnya diperlukan tujuan pembelajaran yang terumuskan dengan baik dan disusun menjadi unit-unit kecil secara berurutan.

Dua permasalahan yang sering muncul dalam pelaksanaan belajar tuntas:

  • Pertama, pengelompokan dan pengaturan jadwal bisa memunculkan kesukaran. Guru sering merasa lebih mudah meminta siswa untuk belajar dalam kecepatan tetap dan menyelesaikan tugas dalam waktu tertentu dibandingkan bila ada variasi yang besar dalam kegiatan di suatu kelas.
  • Kedua, karena siswa yang lambat memerlukan waktu yang lebih banyak dalam standar minimum, siswa yang cepat akan terpaksa menunggu untuk maju ke tingkat yang lebih tinggi.

Permasalahan-permasalahan tersebut bukannya tidak bisa diatasi karena bisa diatur pemberian perhatian yang bersifat perorangan, menetapkan standar yang tinggi tapi bisa dicapai, dan menyediakan materi tambahan bagi siswa yang belajar dengan cepat.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Belajar Tuntas

Pendidikan Vokasi

David C McClelland

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 31 Juli 2022


David C McClelland (lahir di Mt. VernonNew York pada tanggal 20 Mei 1917 - meninggal pada tanggal 27 Maret1998) adalah seorang psikolog dari Amerika Serikat. David McClelland lulus dari Sekolah Menengah Jacksonville di Illinois pada tahun 1933. Setelah itu, ia menghabiskan satu tahun untuk belajar bahasa di MacMurray College Jacksonville. Kemudian, McClelland kembali melanjutkan studi di Universitas Wesleyanhingga akhirnya ia menyelesaikan studi magister dalam bidang psikologi pada tahun 1939 dan dilanjutkan dengan studi doktoralnya dalam bidang yang sama di Universitas Yale dan lulus pada tahun 1941. Setelah lulus dari studi doktoralnya, ia menjadi dosen di Wesleyan dan juga menjadi dosen tidak tetap di Bryn Mawr College pada tahun 1944-1945 sebelum ia menjadi kepala Departemen Psikologi di Wesleyan. Ia juga menjadi dosen dalam bidang psikologi sosial di SaltzburgAustria.Pada tahun 1956 ia meninggalkan Wesleyan karena ia dikukuhan menjadi guru besar di Universitas HarvardAmerika Serikat.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
David C McClelland
« First Previous page 2 of 3 Next Last »