Pendidikan Dasar
Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 20 Mei 2025
Pendahuluan
Dalam era globalisasi, pendidikan tidak hanya dituntut untuk berorientasi pada capaian akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan identitas budaya. Artikel ini membahas pengembangan handout sebagai media pembelajaran alternatif yang memuat unsur-unsur budaya Banten. Penelitian ini menanggapi minimnya bahan ajar yang mengangkat kearifan lokal sebagai bagian integral dari pembelajaran, khususnya pada jenjang sekolah dasar.
Bahan ajar konvensional kerap mengabaikan potensi budaya lokal sebagai sumber belajar yang kontekstual dan relevan. Oleh karena itu, artikel ini sangat penting sebagai referensi untuk inovasi pendidikan berbasis budaya, sekaligus menjadi bentuk pelestarian nilai-nilai lokal yang berdaya edukatif.
Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah:
Mengembangkan bahan ajar handout berbasis budaya lokal Banten untuk siswa kelas IV SD.
Mengukur kelayakan dan efektivitas dari handout yang dikembangkan melalui validasi para ahli dan uji coba terbatas.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development (R&D) dengan mengadopsi model pengembangan dari Borg and Gall. Model ini melibatkan 10 langkah pengembangan, namun dalam praktiknya hanya menggunakan hingga tahap ke-6, yakni:
(1) Potensi dan masalah,
(2) Pengumpulan informasi,
(3) Desain produk,
(4) Validasi desain,
(5) Revisi desain,
(6) Uji coba produk.
Subjek uji coba adalah siswa kelas IV SD Negeri di wilayah Pandeglang, Banten, dengan validasi oleh dua ahli: ahli materi dan ahli media.
Hasil Penelitian dan Temuan Kunci
1. Validasi Ahli Materi dan Media
Handout dinilai sangat layak digunakan dalam proses pembelajaran:
Validasi ahli materi memperoleh skor 88% (kategori sangat layak),
Validasi ahli media memperoleh skor 85% (kategori sangat layak).
Kriteria penilaian mencakup kesesuaian materi, kebahasaan, tampilan, dan keterpaduan antara konten budaya dengan kompetensi dasar.
2. Uji Coba Terbatas
Uji coba dilakukan pada 20 siswa kelas IV SD Negeri di Pandeglang.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa handout mampu meningkatkan antusiasme siswa dalam pembelajaran serta memberikan pemahaman lebih konkret karena menggunakan contoh-contoh dari kehidupan sehari-hari di lingkungan mereka.
Analisis dan Nilai Tambah
Relevansi Kontekstual
Mengangkat budaya Banten dalam bahan ajar tidak hanya menjadi sarana pembelajaran yang menarik, tetapi juga menjawab tantangan kontekstualisasi kurikulum. Siswa lebih mudah memahami materi ketika dikaitkan dengan realitas sehari-hari mereka. Hal ini sejalan dengan pendekatan pembelajaran tematik integratif di Kurikulum 2013.
Nilai Edukasi Budaya
Sebagai contoh, materi tentang kehidupan masyarakat Baduy, seni Rampak Bedug, dan makanan khas Banten menjadi pintu masuk untuk membangun sikap cinta tanah air, toleransi, dan keberagaman.
Efektivitas Media Cetak Handout
Meskipun tren digitalisasi bahan ajar meningkat, handout tetap menjadi media yang efektif, terutama di daerah dengan keterbatasan akses internet. Dengan desain visual menarik dan bahasa yang sederhana, handout ini berfungsi sebagai alat bantu belajar mandiri maupun saat pembelajaran tatap muka.
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Jika dibandingkan dengan penelitian serupa yang mengembangkan bahan ajar berbasis budaya lokal—seperti handout berbasis budaya Betawi (Saraswati, 2019) atau modul tematik berbasis budaya Bali (Sujana, 2020)—penelitian ini menawarkan pendekatan khas Banten yang belum banyak dijadikan sumber pembelajaran di tingkat dasar.
Selain itu, keunggulan penelitian ini terletak pada validasi empiris yang sistematis serta kesesuaian materi dengan kebutuhan siswa di lapangan.
Implikasi dan Dampak Praktis
Untuk Guru SD
Penelitian ini bisa menjadi inspirasi untuk menyusun bahan ajar sendiri dengan memanfaatkan kekayaan budaya lokal sebagai sumber belajar kontekstual.
Untuk Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan
Sebaiknya ada kebijakan yang mendorong sekolah mengembangkan kurikulum muatan lokal berbasis potensi budaya masing-masing wilayah.
Untuk Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini bisa diperluas dengan menjangkau bahan ajar digital, atau pengembangan e-handout berbasis multimedia agar bisa menjawab tantangan pembelajaran abad ke-21.
Kritik dan Saran
Satu hal yang menjadi catatan adalah cakupan penggunaannya masih terbatas di satu sekolah dan pada satu kelas saja. Ke depan, penelitian ini perlu diperluas dengan jangkauan lebih luas dan uji efektivitas dalam jangka waktu panjang. Selain itu, integrasi budaya lokal sebaiknya juga dikembangkan dalam bentuk interaktif seperti video, kuis digital, atau permainan edukatif berbasis budaya.
Kesimpulan
Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa pengembangan handout berbasis budaya Banten untuk siswa SD adalah strategi yang tidak hanya inovatif tetapi juga efektif dalam memperkuat pembelajaran yang bermakna. Dengan nilai kelayakan tinggi dari ahli materi dan media serta tanggapan positif dari siswa, handout ini layak dikembangkan lebih luas.
Pendekatan ini menjadi contoh bagaimana pendidikan dapat menjadi alat pelestarian budaya sekaligus sarana membentuk karakter generasi muda yang mencintai kearifan lokal. Di tengah derasnya arus globalisasi, inisiatif seperti ini patut diapresiasi dan direplikasi.
Sumber
Penelitian ini dapat diakses di jurnal Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 10 No. 1, November 2021 melalui tautan: http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v10i1.8039.