Konstruksi Berkelanjutan

Evaluasi Cerdas Canteer Konstruksi Berkelanjutan: Sinergi Lean, Green, dan Well-Being

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 02 Mei 2025


Industri konstruksi dikenal sebagai salah satu sektor yang paling rakus dalam mengonsumsi sumber daya alam, sekaligus kontributor utama terhadap degradasi lingkungan. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, paper berjudul Evaluation of Sustainable Construction Sites: A Lean, Green and Well-being Integrated Approach oleh Iuri Aragão de Vasconcelos, Luis Felipe Cândido, dan Luiz Fernando Mählmann Heineck menyajikan model evaluasi inovatif untuk mengukur keberlanjutan proyek konstruksi dari tiga dimensi penting: efisiensi proses (Lean), ramah lingkungan (Green), dan kesejahteraan sosial (Well-being).

Penelitian ini dilakukan dengan metodologi Design Science dan diterapkan pada tiga proyek konstruksi di Fortaleza, Brasil. Pendekatan ini tidak hanya menawarkan cara untuk mengukur keberlanjutan, tetapi juga memberikan alat diagnostik untuk meningkatkan kinerja proyek secara menyeluruh.

Tiga Pilar Evaluasi Keberlanjutan

Model ini mengintegrasikan tiga pendekatan manajemen yang sering berjalan sendiri-sendiri dalam praktik konstruksi:

1. Lean Construction: Fokus pada efisiensi proses dan pengurangan pemborosan.

2. Green Building: Menitikberatkan pada pengelolaan dampak lingkungan.

3. Well-being: Menyoroti aspek kesejahteraan tenaga kerja dan komunitas sekitar.

Ketiganya diikat oleh konsep triple bottom line—ekonomi, lingkungan, dan sosial—yang menjadi standar emas dalam pengukuran keberlanjutan.

Desain Model dan Instrumen Evaluasi

Matriks A x I (Aspek x Dampak)

Matriks ini menjadi alat utama dalam evaluasi. Sebanyak 34 kelompok aksi manajerial dari kategori sumber daya, polusi, limbah, infrastruktur, dan isu sosial, dipetakan terhadap dampak yang mungkin terjadi di 29 dimensi, termasuk kualitas udara, fauna lokal, keselamatan publik, hingga kemacetan lalu lintas. Matriks ini bersifat fleksibel dan memungkinkan penyesuaian sesuai konteks proyek.

Checklist 108 Praktik Terbaik

Praktik ini diklasifikasikan sebagai:

  • 40 praktik Lean (efisiensi proses dan pengelolaan sumber daya)
  • 42 praktik Green (reduksi polusi dan pengelolaan limbah)
  • 26 praktik Well-being (kesehatan, pelatihan, dan pengembangan lokal)

Masing-masing diberi skor dampak: Basic (1), Intermediate (2), dan Superior (3), tergantung kontribusinya terhadap keberlanjutan.

Studi Kasus: Tiga Lokasi Proyek

Situs A: Proyek Apartemen 11 Lantai

1. Ukuran: 88 unit, luas 2.677,40 m2

2. Masalah utama: Pembuangan air tanah ke jalan publik

3. Skor Umum: Rencana 75, Capaian 79

4. Praktik Unggulan Sistem Kanban untuk aliran kerja

  • Saluran pembuangan limbah vertikal
  • Kegiatan rekreasi seperti pertunjukan musik dan meja biliar bagi pekerja

Situs B: Kompleks 5 Menara (208 Unit)

1. Ukuran: Luas 17.361,95 m2

2. Masalah utama: Ancaman terhadap flora dan fauna lokal

3. Skor Umum: Rencana 65, Capaian 64

4. Praktik Unggulan:

5. Produksi sel (cell production)

6. Pelatihan CAD untuk mandor akses masuk yang aman dan area trotoar terlindungi

Analisis Komparatif

1. Situs A unggul dalam infrastruktur dan well-being.

2. Situs B konsisten dengan rencana namun rendah dalam pengelolaan limbah konstruksi.

3. Situs C memiliki ambisi besar tetapi implementasi buruk.

Secara umum, polusi dan gangguan lingkungan menjadi fokus utama seluruh proyek. Namun, aspek sosial seperti well-being sering kali diabaikan atau hanya dipenuhi dalam batas minimum.

Kekuatan Model

1. Fleksibilitas: Tidak semua proyek wajib memenuhi seluruh kriteria; evaluasi berdasarkan komitmen internal.

2. Adaptif: Dapat dibandingkan antar proyek dan tahapan dalam satu proyek.

3. Partisipatif: Mengajak tim manajemen proyek untuk menetapkan sendiri tolok ukur keberlanjutan mereka.

Rekomendasi dan Refleksi

1. Skalabilitas: Model ini sangat cocok untuk dikembangkan di negara berkembang seperti Indonesia, di mana praktik keberlanjutan masih berkembang.

2. Perluasan Komponen Sosial: Jumlah praktik well-being perlu ditingkatkan agar tidak hanya sekadar pelengkap.

3. Integrasi Legal dan Praktis: Perlu penyelarasan antara kepatuhan hukum dan motivasi intrinsik perusahaan untuk keberlanjutan.

Kesimpulan

Paper ini menghadirkan kerangka evaluasi yang komprehensif, adaptif, dan praktis untuk mendorong keberlanjutan di lokasi konstruksi. Dengan menyatukan prinsip Lean, Green, dan Well-being, model ini mampu menjadi alat bantu pengambilan keputusan yang kuat sekaligus pendorong budaya manajemen konstruksi yang bertanggung jawab.

Sumber Artikel

Vasconcelos, I. A., Cândido, L. F., & Heineck, L. F. M. (2020). Evaluation of sustainable construction sites: a lean, green and well-being integrated approach. Gestão & Produção, 27(3), e4552.

 

Selengkapnya
Evaluasi Cerdas Canteer Konstruksi Berkelanjutan: Sinergi Lean, Green, dan Well-Being
page 1 of 1