Keterlibatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 04 Juli 2025
Di tengah transformasi pendidikan global dan tuntutan Revolusi Industri 4.0, peran guru vokasi semakin strategis dalam menyiapkan generasi siap kerja. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana memastikan guru-guru vokasi tetap terlibat secara optimal dalam pekerjaannya. Keterlibatan kerja (work engagement) bukan sekadar soal kehadiran fisik, melainkan mencakup energi, dedikasi, dan keterpautan emosional terhadap profesi. Artikel ini mengulas secara kritis hasil penelitian Victoria S. Paredes dan Viola P. Buenaventura (2024) yang menyoroti hubungan antara keterampilan employability, kompetensi karier, dan keterlibatan kerja pada guru vokasi di Filipina. Dengan pendekatan kuantitatif dan studi kasus nyata, resensi ini juga membandingkan temuan dengan tren industri, memberikan opini, serta rekomendasi strategis untuk masa depan pendidikan vokasi.
Tren Global: Kompetensi Guru Vokasi di Era Disrupsi
Tantangan dan Peluang
Relevansi Penelitian
Penelitian ini menjadi sangat relevan karena mengkaji secara empiris faktor-faktor yang memengaruhi keterlibatan kerja guru vokasi, khususnya di konteks negara berkembang yang sedang berbenah menuju pendidikan berbasis kompetensi.
Studi Kasus: Guru Vokasi di Davao del Sur, Filipina
Metodologi dan Profil Responden
Temuan Utama
Memahami Keterampilan Employability: Fondasi Guru Masa Kini
Dimensi Keterampilan Employability
Analisis Kritis
Keterampilan employability bukan hanya pelengkap, melainkan syarat utama bagi guru vokasi untuk bertahan dan berkembang di era kompetisi global. Namun, masih ada ruang perbaikan, terutama dalam pemahaman visi organisasi agar guru merasa lebih terlibat dalam pencapaian tujuan institusi.
Kompetensi Karier: Modal Guru untuk Bertahan dan Berkembang
Dimensi Kompetensi Karier
Studi Kasus Nyata
Seorang guru vokasi di Davao del Sur mengaku, “Pelatihan komputer dan bahasa sangat membantu saya beradaptasi dengan tuntutan administrasi digital dan pengajaran daring. Namun, tantangan terbesar tetap pada menjaga semangat dan etos kerja di tengah beban administrasi yang tinggi.”
Keterlibatan Kerja: Energi, Dedikasi, dan Absorpsi
Indikator Keterlibatan Kerja
Implikasi
Guru yang memiliki tingkat keterlibatan kerja tinggi cenderung lebih inovatif, tidak mudah burnout, dan mampu menjadi role model bagi siswa. Hal ini sejalan dengan temuan global bahwa engagement guru berbanding lurus dengan kualitas pembelajaran dan kepuasan siswa.
Hubungan Keterampilan Employability, Kompetensi Karier, dan Keterlibatan Kerja
Korelasi dan Analisis Statistik
Studi Kasus: Efek Nyata di Sekolah
Guru yang memiliki keterampilan komunikasi tinggi mampu membangun suasana kelas yang kondusif, meningkatkan partisipasi siswa, dan memperkuat kolaborasi dengan rekan kerja. Sebaliknya, guru yang kurang menguasai teamwork cenderung merasa terisolasi dan kurang terlibat dalam pengembangan sekolah.
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Tantangan dan Hambatan di Lapangan
Hambatan Utama
Studi Kasus: Guru di Daerah Tertinggal
Guru di sekolah pinggiran mengaku sulit mengakses pelatihan digital dan pengembangan karier karena keterbatasan infrastruktur dan dukungan institusi. Akibatnya, meski motivasi tinggi, keterlibatan kerja bisa menurun jika tidak ada dukungan nyata.
Rekomendasi Strategis untuk Meningkatkan Keterlibatan Kerja Guru Vokasi
1. Integrasi Pelatihan Soft Skills dan Digital
2. Penguatan Budaya Kerja Kolaboratif
3. Dukungan Karier dan Pengembangan Profesional
4. Optimalisasi Lingkungan Kerja
5. Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan
Hubungan dengan Tren Industri dan Kebijakan Pendidikan
Opini dan Kritik: Jalan Panjang Menuju Guru Vokasi Unggul
Penelitian ini menegaskan bahwa keterampilan employability dan kompetensi karier adalah fondasi utama keterlibatan kerja guru vokasi. Namun, tantangan di lapangan masih besar, mulai dari keterbatasan akses pelatihan, beban kerja administratif, hingga kurangnya dukungan institusi. Dibandingkan negara maju, Indonesia dan Filipina masih perlu berbenah dalam hal sistem pengembangan karier dan pelatihan berkelanjutan bagi guru.
Kritik utama terhadap penelitian ini adalah perlunya eksplorasi lebih dalam tentang faktor eksternal yang memengaruhi engagement, seperti budaya organisasi, dukungan manajemen, dan insentif non-finansial. Selain itu, penelitian lanjutan perlu mengkaji dampak keterlibatan kerja guru terhadap hasil belajar siswa secara langsung.
Studi Kasus Inovatif: Program Mentoring Guru di Sekolah Vokasi
Salah satu sekolah di Davao del Sur menerapkan program mentoring intensif, di mana guru junior didampingi oleh guru senior selama enam bulan pertama. Hasilnya, tingkat keterlibatan kerja meningkat, burnout menurun, dan inovasi pembelajaran bertambah. Program ini membuktikan bahwa dukungan sosial dan transfer pengetahuan sangat krusial dalam membangun engagement guru.
Kesimpulan: Membangun Ekosistem Guru Vokasi yang Engaged dan Kompeten
Keterampilan employability dan kompetensi karier terbukti menjadi prediktor utama keterlibatan kerja guru vokasi. Guru yang memiliki komunikasi efektif, pengetahuan dan keterampilan yang relevan, serta mampu bekerja dalam tim, cenderung lebih terlibat, produktif, dan inovatif. Namun, tantangan di lapangan masih besar, mulai dari akses pelatihan, beban administrasi, hingga dukungan institusi.
Langkah strategis seperti integrasi pelatihan soft skills, penguatan budaya kolaboratif, dukungan karier, dan monitoring berkelanjutan mutlak diperlukan agar guru vokasi benar-benar menjadi agen perubahan di era pendidikan 4.0. Dengan ekosistem yang mendukung, guru vokasi tidak hanya akan lebih engaged, tetapi juga mampu mencetak lulusan yang siap bersaing di pasar kerja global.
Sumber artikel asli:
Victoria S. Paredes, Viola P. Buenaventura. (2024). Employability Skills and Career Competencies as Predictors of Work Engagement Among Technical-Vocational Teachers. European Journal of Education Studies, Vol. 11, Issue 3, 2024, hlm. 440–467.