Keselamatan Kerja

Pemodelan dan Mitigasi Risiko Keselamatan Kerja di Lingkungan Industri Dinamis

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025


Keselamatan kerja merupakan asprek kritis di berbagai industri, terutama dalam sektor manufaktur, konstruksi, dan petrokimia yang memiliki lingkungan kerja dinamis. Untuk memberikan pendekatan analitis yang lebih akurat dalam mengukur risiko keselamatan kerja serta membantu pengambilan keputusan berbasis data dalam alokasi sumber daya mitigasi risiko di lingkungan industri yang kompleks.

Penelitian ini mengembangkan model probabilistik yang mampu:

  • Menganalisis data keselamatan kerja secara kuantitatif dari sistem manajemen keselamatan (SMS).
  • Menggabungkan data proaktif (pengamatan keselamatan) dan reaktif (laporan kecelakaan dan insiden).
  • Menggunakan algoritma Bayesian untuk terus memperbarui penilaian risiko seiring dengan berkembangnya lingkungan kerja.
  • Mengoptimalkan alokasi sumber daya untuk mitigasi risiko secara efektif.

Metode ini diuji melalui simulasi serta penerapan di proyek pemeliharaan di sebuah pabrik petrokimia besar, membuktikan efektivitasnya dalam mengurangi risiko kecelakaan kerja.

  1. Studi Simulasi
    • Model diuji dalam lingkungan kerja simulatif yang memiliki 7 kategori risiko keselamatan utama.
    • Dibandingkan dengan metode alokasi sumber daya berbasis heuristik dan metode acak, pendekatan berbasis model probabilistik mampu mengurangi ekspektasi kerugian akibat kecelakaan sebesar 15–20%.
    • Dengan menggunakan data observasi keselamatan, model ini dapat mengalokasikan sumber daya mitigasi risiko secara lebih tepat dibandingkan pendekatan konvensional.
  2. Penerapan di Industri Petrokimia
    • Model ini diterapkan dalam proyek pemeliharaan besar dengan 60 kategori risiko keselamatan yang dianalisis.
    • Penggunaan model memungkinkan identifikasi risiko dengan tingkat keakuratan lebih tinggi, terutama pada kategori seperti "Bekerja di Ketinggian" yang secara konsisten menunjukkan risiko tertinggi.
    • Dibandingkan dengan pendekatan konvensional, model ini menunjukkan konsistensi dalam penilaian risiko meskipun jumlah observasi berbeda antar kategori risiko.

Analisis dan Implikasi bagi Industri

  1. Peningkatan Efektivitas Sistem Manajemen Keselamatan (SMS)
    • SMS modern mengumpulkan data keselamatan dalam jumlah besar, tetapi sering kali kurang mampu menganalisis data tersebut secara efektif.
    • Model probabilistik yang diusulkan memungkinkan pemanfaatan data observasi dan insiden secara bersamaan untuk memberikan gambaran risiko yang lebih akurat.
  2. Optimalisasi Alokasi Sumber Daya
    • Dengan menggunakan metode berbasis Bayesian, perusahaan dapat mengalokasikan sumber daya keselamatan ke area yang paling membutuhkan intervensi.
    • Misalnya, dalam studi industri petrokimia, area “Barricades” dan “Safety Procedures” mendapatkan prioritas lebih tinggi berdasarkan tingkat risikonya.
  3. Peran Teknologi dalam Keselamatan Kerja
    • Integrasi model ini dengan sensor IoT dan teknologi pemantauan otomatis dapat meningkatkan deteksi dini terhadap risiko keselamatan.
    • Teknologi pemodelan risiko ini dapat digunakan dalam sistem otomatisasi industri untuk memberikan peringatan dini terhadap potensi bahaya.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Paper ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis data dapat meningkatkan efektivitas sistem manajemen keselamatan kerja dalam lingkungan industri yang dinamis. Dengan menggunakan model probabilistik hierarkis dan algoritma Bayesian, perusahaan dapat mengoptimalkan mitigasi risiko secara lebih akurat dan efisien.

Untuk penelitian selanjutnya, direkomendasikan eksplorasi lebih lanjut terhadap integrasi model ini dengan kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin untuk meningkatkan deteksi risiko dan prediksi kecelakaan kerja.

Sumber Artikel:
Tewari, A., & Paiva, A. R. (2022). Modeling and Mitigation of Occupational Safety Risks in Dynamic Industrial Environments. Safety Science.

 

Selengkapnya
Pemodelan dan Mitigasi Risiko Keselamatan Kerja di Lingkungan Industri Dinamis

Keselamatan Kerja

Dampak Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Pekerja di Industri Makanan Zimbabwe

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor kritis dalam produktivitas tenaga kerja, terutama di sektor industri makanan yang memiliki berbagai risiko kesehatan dan keselamatan. Dengan demikian, penelitian ini memberikan wawasan penting mengenai perlunya peningkatan kebijakan dan praktik K3 di lingkungan industri makanan.

Penelitian ini bertujuan untuk:

  • Mengidentifikasi jenis masalah kesehatan yang dialami pekerja di industri makanan akibat kondisi kerja yang buruk.
  • Menilai dampak rendahnya standar K3 terhadap produktivitas tenaga kerja.
  • Menganalisis sikap manajemen terhadap kebijakan K3.
  • Mengembangkan rekomendasi peningkatan kebijakan K3 bagi industri makanan.

Metode penelitian yang digunakan mencakup kuesioner, wawancara, serta observasi langsung di beberapa pabrik makanan di Zimbabwe. Studi ini melibatkan supervisor produksi, pekerja di lini produksi, serta petugas kesehatan industri sebagai responden utama.

Beberapa temuan utama dari penelitian ini meliputi:

  1. Tingkat Absensi dan Cedera
    • Rata-rata lima pekerja per bulan mengambil cuti sakit dengan total 11 hari kerja yang hilang akibat cedera dan penyakit terkait pekerjaan.
    • Pada bulan Maret 2008, satu pabrik mencatat lima cedera serius di departemen produksi yang menyebabkan hilangnya 15 hari kerja.
    • Pengeluaran medis untuk kecelakaan kerja mencapai 15% dari pendapatan perusahaan, menunjukkan beban finansial yang signifikan akibat kurangnya perlindungan K3.
  2. Kondisi Lingkungan Kerja
    • Banyak pabrik memiliki kondisi kerja yang buruk, seperti lingkungan yang berdebu, panas, licin, dan bising.
    • Pekerja mengalami tingkat stres dan kelelahan tinggi akibat paparan kondisi kerja yang tidak layak.
    • Mesin-mesin tua dan tidak terawat sering menyebabkan kecelakaan kerja.
  3. Pengaruh terhadap Produktivitas
    • Pekerja yang sering sakit atau mengalami cedera memiliki tingkat produktivitas yang lebih rendah.
    • Kejadian kecelakaan yang tinggi menciptakan lingkungan kerja yang tidak kondusif, menurunkan moral pekerja, dan meningkatkan ketidakhadiran.
    • Kurangnya pelatihan K3 menyebabkan pekerja tidak memahami cara mengurangi risiko di tempat kerja.
  4. Peran Manajemen dalam K3
    • Banyak manajemen pabrik tidak memberikan prioritas pada implementasi K3.
    • Pelatihan keselamatan hanya diberikan kepada pekerja tetap, sementara pekerja kontrak dan harian sering tidak mendapatkan pelatihan yang memadai.
    • Kesadaran manajemen terhadap pentingnya K3 masih rendah, dengan sebagian besar hanya menerapkan kebijakan reaktif setelah terjadi kecelakaan.

Penelitian ini menyoroti bahwa standar K3 yang buruk berdampak signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja dan profitabilitas perusahaan. Beberapa implikasi utama bagi industri makanan meliputi:

  1. Pentingnya Investasi dalam K3
    • Perusahaan harus mengalokasikan anggaran yang memadai untuk meningkatkan kondisi kerja dan pelatihan keselamatan.
    • Penggunaan peralatan modern dan ergonomis dapat mengurangi risiko cedera dan meningkatkan efisiensi kerja.
  2. Perlunya Regulasi yang Lebih Ketat
    • Pemerintah Zimbabwe perlu meningkatkan pengawasan terhadap standar K3 di sektor industri makanan.
    • Inspeksi berkala dapat memastikan bahwa perusahaan mematuhi peraturan keselamatan kerja.
  3. Meningkatkan Kesadaran Keselamatan di Tempat Kerja
    • Program pelatihan rutin harus disediakan untuk semua pekerja, termasuk pekerja kontrak.
    • Perusahaan harus mengembangkan budaya keselamatan dengan melibatkan pekerja dalam inisiatif K3.
  4. Dampak Ekonomi dari K3 yang Efektif
    • Implementasi K3 yang baik dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja hingga 20%.
    • Pengurangan kecelakaan kerja dapat menghemat biaya medis perusahaan dan meningkatkan efisiensi operasional.
    • Perusahaan yang menerapkan standar keselamatan tinggi lebih mungkin mendapatkan reputasi baik dan menarik investor.

Penerapan K3 yang buruk di industri makanan Zimbabwe berdampak langsung pada efisiensi kerja dan beban finansial perusahaan. Dengan meningkatnya jumlah cedera kerja dan penyakit akibat lingkungan kerja yang tidak aman, produktivitas pekerja mengalami penurunan signifikan.

Sebagai rekomendasi, perusahaan di industri makanan harus:

  • Mengadopsi kebijakan K3 yang lebih ketat dan menyeluruh.
  • Meningkatkan investasi dalam teknologi dan pelatihan keselamatan.
  • Mengembangkan budaya keselamatan yang melibatkan seluruh tenaga kerja.
  • Meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi pemerintah untuk memastikan standar K3 yang lebih baik.

Dengan penerapan strategi ini, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja sekaligus menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan berkelanjutan.

Sumber Artikel:
Katsuro, P., Gadzirayi, C. T., Taruwona, M., & Mupararano, S. (2010). Impact of Occupational Health and Safety on Worker Productivity: A Case of Zimbabwe Food Industry. African Journal of Business Management, 4(13), 2644-2651.

 

Selengkapnya
Dampak Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Pekerja di Industri Makanan Zimbabwe

Keselamatan Kerja

Sinergi Manajemen dan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) di Era Digital

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek penting dalam dunia industri yang terus berkembang. Dengan kemajuan teknologi dan semakin kompleksnya lingkungan kerja, perusahaan perlu mengadopsi strategi K3 yang terintegrasi dengan manajemen bisnis untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, produktif, dan berkelanjutan. Paper berjudul “New Safety Paradigm: Management and Occupational Health and Safety (OHS) Synergy in the Digital Era” oleh Andika Prasetya Nugraha, Ice Irawati, Mulyadi, Septa Diana Nabella, dan Nurmayunita menyoroti bagaimana integrasi K3 dengan strategi manajemen dapat meningkatkan efisiensi operasional dan keberlanjutan bisnis.

Perusahaan dapat menyinergikan K3 dengan strategi manajemen menggunakan pendekatan berbasis teknologi dan budaya keselamatan kerja. Beberapa aspek utama yang dikaji meliputi:

  • Tantangan dalam implementasi K3 di era digital.
  • Integrasi K3 dengan strategi manajemen perusahaan.
  • Pemanfaatan teknologi digital dalam meningkatkan keselamatan kerja.
  • Studi kasus perusahaan yang berhasil mengadopsi pendekatan ini.

Penelitian ini menyoroti bahwa meskipun banyak perusahaan telah menerapkan program K3, namun sering kali masih dianggap sebagai fungsi yang terpisah, sehingga tingkat kecelakaan dan penyakit akibat kerja tetap tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi sinergi K3 dan manajemen secara efektif mengalami peningkatan produktivitas dan pengurangan insiden kecelakaan kerja. Beberapa temuan penting dalam penelitian ini meliputi:

  • Perusahaan yang mengadopsi sistem K3 berbasis digital mengalami penurunan kecelakaan kerja hingga 40% dalam lima tahun terakhir.
  • Pemanfaatan Internet of Things (IoT) dalam pemantauan keselamatan kerja meningkatkan deteksi dini risiko kecelakaan hingga 60%.
  • Pelatihan berbasis realitas virtual (VR) untuk keselamatan kerja meningkatkan tingkat retensi pengetahuan pekerja sebesar 35% dibandingkan metode pelatihan konvensional.
  • Perusahaan yang memiliki budaya keselamatan yang kuat menunjukkan peningkatan produktivitas sebesar 20% dibandingkan perusahaan dengan pendekatan K3 yang konvensional.

Penelitian ini memberikan wawasan mendalam mengenai bagaimana strategi K3 dapat diintegrasikan dengan manajemen bisnis untuk mencapai efisiensi operasional dan keberlanjutan. Beberapa implikasi utama dari penelitian ini adalah:

  1. Pentingnya Integrasi K3 dengan Manajemen Bisnis
    • Perusahaan harus menganggap K3 sebagai bagian dari strategi bisnis, bukan hanya sebagai kepatuhan terhadap regulasi.
    • Investasi dalam keselamatan kerja dapat mengurangi biaya kompensasi kecelakaan dan meningkatkan profitabilitas.
  2. Pemanfaatan Teknologi untuk Keselamatan Kerja
    • Penggunaan sensor IoT dan analitik data dapat membantu dalam mendeteksi potensi bahaya sebelum insiden terjadi.
    • Sistem manajemen K3 berbasis kecerdasan buatan (AI) dapat memberikan peringatan dini untuk mengurangi risiko kecelakaan.
  3. Penguatan Budaya Keselamatan
    • Kepemimpinan yang kuat dalam menerapkan budaya keselamatan dapat meningkatkan kepatuhan pekerja terhadap prosedur keselamatan.
    • Program pelatihan berbasis teknologi seperti VR dan simulasi dapat meningkatkan efektivitas dalam membangun kesadaran keselamatan kerja.
  4. Dampak terhadap Produktivitas dan Keberlanjutan Bisnis
    • Perusahaan yang mengutamakan keselamatan kerja cenderung memiliki tingkat absensi yang lebih rendah dan tingkat keterlibatan pekerja yang lebih tinggi.
    • Integrasi K3 dalam strategi keberlanjutan dapat meningkatkan citra perusahaan dan menarik lebih banyak investor.

Sinergi antara K3 dan strategi manajemen bisnis sangat penting dalam menghadapi tantangan keselamatan kerja di era digital. Dengan menerapkan teknologi modern dan membangun budaya keselamatan yang kuat, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan.

Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengeksplorasi lebih dalam bagaimana kecerdasan buatan dan analitik data dapat dioptimalkan dalam strategi K3 untuk meningkatkan deteksi dini risiko keselamatan.

Sumber Artikel:
Nugraha, A. P., Irawati, I., Mulyadi, M., Nabella, S. D., & Nurmayunita, N. (2024). New Safety Paradigm: Management and Occupational Health and Safety (OHS) Synergy in the Digital Era. Postgraduate Management Journal, 4(1).

 

Selengkapnya
Sinergi Manajemen dan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) di Era Digital

Keselamatan Kerja

Peran Dewan Direksi dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Perusahaan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam manajemen perusahaan modern. Paper berjudul “Boards of Directors’ Influences on Occupational Health and Safety: A Scoping Review of Evidence and Best Practices” oleh David Ebbevi, Ulrica Von Thiele Schwarz, Henna Hasson, Carl Johan Sundberg, dan Mandus Frykman mengulas bagaimana peran dewan direksi mempengaruhi implementasi dan efektivitas K3 di perusahaan. Artikel ini menyoroti kesenjangan penelitian terkait keterlibatan dewan direksi dalam strategi dan kebijakan K3 serta dampaknya terhadap kesejahteraan karyawan.

Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis (scoping review) yang menggunakan sumber dari berbagai database akademik seperti PubMed, EMBASE, Web of Science, dan lain-lain. Dari 49 studi yang disaring, mayoritas berisi data empiris (57%), sementara sisanya bersifat normatif atau teoretis.

Beberapa poin penting yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain:

  • Kurangnya penelitian mengenai mekanisme keterkaitan antara kebijakan dewan direksi dan hasil K3.
  • Sebagian besar penelitian hanya berfokus pada aspek keselamatan dibandingkan kesehatan pekerja.
  • Konteks organisasi dan budaya kerja sering kali menjadi faktor penentu efektivitas kebijakan K3.

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor utama yang mempengaruhi efektivitas peran dewan direksi dalam K3:

  1. Kompetensi dalam K3
    • Hanya 16% penelitian yang menyoroti perlunya peningkatan kompetensi anggota dewan dalam aspek K3.
    • Pelatihan dan sertifikasi bagi anggota dewan masih jarang diterapkan secara luas.
  2. Budaya Keselamatan dalam Organisasi
    • 51% studi menunjukkan bahwa budaya keselamatan yang didorong oleh dewan direksi berdampak positif pada pengurangan insiden kecelakaan kerja.
    • Keberhasilan strategi K3 sering kali bergantung pada seberapa jauh dewan direksi mendukung inisiatif keselamatan.
  3. Strategi dan Kebijakan Perusahaan
    • Sebagian besar perusahaan menerapkan kebijakan reaktif terhadap K3, hanya sedikit yang memiliki strategi proaktif.
    • Perusahaan dengan strategi K3 yang kuat melaporkan pengurangan kecelakaan hingga 40% dan peningkatan produktivitas sebesar 20%.
  4. Pelaporan dan Akuntabilitas
    • 41% penelitian menyoroti pentingnya sistem pelaporan yang terstruktur agar kebijakan K3 dapat dievaluasi secara berkala.
    • Sistem insentif dan sanksi bagi manajemen terkait K3 masih jarang diterapkan di perusahaan.

Hasil penelitian ini memberikan wawasan berharga bagi industri dalam meningkatkan efektivitas kebijakan K3, antara lain:

  1. Peningkatan Kompetensi Dewan Direksi
    • Perusahaan perlu memastikan anggota dewan memiliki pemahaman yang cukup tentang K3.
    • Pelatihan berbasis risiko dapat membantu meningkatkan kepatuhan dan implementasi kebijakan keselamatan kerja.
  2. Integrasi K3 ke dalam Strategi Perusahaan
    • K3 harus menjadi bagian integral dari strategi bisnis, bukan sekadar formalitas kepatuhan regulasi.
    • Perusahaan yang mengadopsi kebijakan proaktif dalam K3 terbukti lebih unggul dalam manajemen risiko dan efisiensi operasional.
  3. Penguatan Budaya Keselamatan
    • Peran dewan direksi dalam menciptakan budaya keselamatan sangat penting untuk keberlanjutan kebijakan K3.
    • Komitmen kepemimpinan terhadap keselamatan dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja secara signifikan.
  4. Optimalisasi Pelaporan dan Akuntabilitas
    • Perusahaan harus memiliki sistem pelaporan yang transparan dan berbasis data untuk memantau efektivitas kebijakan K3.
    • Insentif bagi perusahaan yang berhasil mengurangi insiden kecelakaan dapat meningkatkan kepatuhan terhadap standar keselamatan.

Penelitian ini menyoroti pentingnya peran dewan direksi dalam memastikan keberhasilan implementasi K3 di perusahaan. Dengan strategi yang lebih proaktif, peningkatan kompetensi, serta sistem pelaporan yang lebih baik, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif.

Untuk penelitian selanjutnya, direkomendasikan eksplorasi lebih lanjut mengenai efektivitas berbagai model kepemimpinan dewan direksi dalam implementasi K3 serta bagaimana kebijakan yang berbasis bukti dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Sumber Artikel:
Ebbevi, D., Von Thiele Schwarz, U., Hasson, H., Sundberg, C. J., & Frykman, M. (2021). Boards of Directors’ Influences on Occupational Health and Safety: A Scoping Review of Evidence and Best Practices. International Journal of Workplace Health Management, 14(1), 64-86.

 

Selengkapnya
Peran Dewan Direksi dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Perusahaan

Keselamatan Kerja

Akar Penyebab untuk Risiko Berbasis Manusia dalam Praktik K3 di Administrasi Provinsi Khusus

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor kunci dalam operasional institusi, terutama dalam administrasi provinsi khusus yang bertanggung jawab atas layanan publik. Paper berjudul “Root Cause Model Proposal for Human-Related Risks in Occupational Health and Safety Practices of Special Provincial Administrations” oleh Mustafa Erdem dan Alpaslan H. Kuzucuoğlu mengkaji faktor-faktor penyebab risiko berbasis manusia dalam praktik K3 di administrasi provinsi khusus di Turki.

Artikel ini menyoroti bagaimana faktor manusia berkontribusi terhadap kecelakaan kerja dan mengusulkan model akar penyebab untuk mengurangi insiden terkait K3. Studi ini berfokus pada peran pelatihan, kesadaran keselamatan, serta kepatuhan terhadap peraturan dalam meningkatkan kondisi kerja.

Penelitian ini dilakukan pada 372 pekerja dari total populasi 11.463 karyawan yang bekerja di administrasi provinsi khusus di Turki. Data dikumpulkan melalui survei dan dianalisis menggunakan SPSS 22.00 dengan metode uji t independen dan uji varians satu arah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor utama penyebab kecelakaan kerja meliputi:

  • Kurangnya kesadaran terhadap prosedur keselamatan
  • Kurangnya pelatihan keselamatan yang efektif
  • Pengaruh kondisi psikologis dan fisiologis pekerja
  • Faktor organisasi seperti manajemen yang kurang mendukung

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa 29% responden pernah mengalami kecelakaan kerja, sementara 39,2% mengalami kejadian nyaris celaka. Selain itu, data menunjukkan:

  • Tingkat kecelakaan kerja dapat dikurangi hingga 40% jika pelatihan keselamatan diterapkan dengan baik.
  • Produktivitas meningkat sebesar 20% di lingkungan kerja yang memiliki budaya keselamatan yang kuat.
  • Penggunaan peralatan pelindung diri (APD) dapat mengurangi cedera hingga 50%.

Penelitian ini menekankan bahwa sebagian besar kecelakaan kerja dapat dicegah dengan meningkatkan kesadaran keselamatan dan memperbaiki sistem manajemen risiko.

Hasil studi ini memiliki beberapa implikasi penting:

  1. Meningkatkan Kesadaran Keselamatan di Tempat Kerja
    Kesadaran keselamatan yang tinggi dapat menekan insiden kecelakaan kerja dan meningkatkan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan.
  2. Penerapan Pelatihan Berbasis Teknologi
    Penggunaan teknologi seperti realitas virtual (VR) dalam pelatihan K3 terbukti lebih efektif dibanding metode tradisional.
  3. Dukungan Manajemen dan Kepatuhan Regulasi
    Manajemen perlu memastikan bahwa kebijakan K3 diimplementasikan secara konsisten agar tidak hanya memenuhi persyaratan hukum, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang aman.
  4. Budaya Keselamatan sebagai Bagian dari Keberlanjutan
    Mengembangkan budaya keselamatan yang kuat tidak hanya mengurangi risiko kecelakaan tetapi juga meningkatkan loyalitas dan kesejahteraan pekerja.

Wawasan mendalam mengenai faktor-faktor manusia dalam risiko K3 dan bagaimana model akar penyebab dapat membantu mengurangi insiden di lingkungan kerja administrasi provinsi khusus. Penerapan strategi seperti pelatihan berbasis teknologi dan peningkatan kesadaran keselamatan dapat memberikan dampak positif dalam jangka panjang.

Untuk penelitian selanjutnya, disarankan eksplorasi lebih lanjut mengenai efektivitas penerapan teknologi digital dalam meningkatkan kepatuhan pekerja dan menekan risiko kecelakaan kerja.

Sumber Artikel:
Erdem, M. & Kuzucuoğlu, A. H. (2023). Root Cause Model Proposal for Human-Related Risks in Occupational Health and Safety Practices of Special Provincial Administrations. Tr. J. Nature Sci., 12(4), 93-106.

 

Selengkapnya
Akar Penyebab untuk Risiko Berbasis Manusia dalam Praktik K3 di Administrasi Provinsi Khusus
page 1 of 1