kesehatan

Tidur Kita Bukan Sekadar Istirahat Biasa: Otak Punya Tombol Reset Memori

Dipublikasikan oleh Melchior Celtic pada 23 September 2025


Bayangkan kamu punya komputer dengan ruang penyimpanan terbatas dan kamu terus mengunduh data baru setiap hari tanpa pernah membersihkan file lama. Suatu saat, komputermu pasti akan melambat atau bahkan crash, kan? Ternyata, otak kita mirip komputer tadi—ia mendapatkan “input” pengalaman dan informasi baru hampir setiap jam. Lalu bagaimana ia tetap bugar dan siap menerima hal baru setiap pagi?

Saya ingat ketika masa kuliah dulu, teman-teman yang begadang sering mengeluh lupa detail pelajaran. Guru di kelas suka bilang, "Tidur itu buat refresh otak!". Sekarang saya tertawa sendiri, menyadari setiap kata itu benar. Dulu rasanya itu nasihat orang tua, sekarang eh terbukti oleh sains. Hidup modern kadang membuat kita meremehkan tidur; kami rela lembur padahal keesokan harinya sama sekali tidak fokus. Seolah otak penuh cache yang terus menumpuk. Saya sering guyon ke teman: “Kalau kamu belum tidur, otakmu mestinya terinstal antivirus terbaru!” Eh, ternyata tidak jauh berbeda, lho. Otak kita memang perlu disetel ulang.

Penelitian terbaru mengungkap mekanisme kerennya—selama tidur, otak kita menjalankan semacam mode “defrag” yang me-reset memori agar siap diisi esok hari. Tulisan kali ini akan membawa kamu menyelami penemuan itu dalam gaya santai tapi penuh wawasan. Kita akan lihat bahwa tidur itu bukan hanya 'mode mati', melainkan sibuk sendiri di balik layar.

Studi Ini Mengubah Cara Kita Melihat Tidur

Studi baru yang diterbitkan di jurnal Science menemukan bahwa otak kita tidak cuma menumpuk kenangan tiap malam, tapi juga meresetnya. Masih inget istilah “menyimpan file” itu? Saat kita belajar atau mengalami sesuatu, neuron di hippocampus (bagian otak penting untuk memori) aktif merekam pola. Nah, saat kita tidur, neuron ini replay kembali pola-pola tadi melalui proses disebut sharp-wave ripple (SWR). Maksudnya, memori yang baru kita peroleh ‘diputar ulang’ dalam tidur agar menjadi lebih permanen—seperti menyalin file ke penyimpanan panjang.

Tapi bagaimana kalau cuma di-backup terus tanpa henti, kapan otak 'bersih-bersih' data lama? Untuk menjawab itu, para peneliti melakukan eksperimen menarik. Mereka memasang elektroda perekam kecil di otak tikus, memonitor saat tikus belajar lalu tidur. Dari sinyal yang terekam, muncul fenomena mengejutkan. Ternyata saat SWR terjadi, ada jeda pembersihan lain yang disebut BARR (Barrel of Action Potentials). Nama ini unik, tapi esensinya sederhana: gelombang pengaktifan yang membuat neuron memori istirahat sejenak.

Secara teknis, BARR dipicu oleh sekelompok sel khusus di area CA2 hippocampus (bagian yang selama ini kurang disorot). Di saat bersamaan, bagian CA1 dan CA3 (area normalnya menyimpan data memori) seolah dimatikan. Neuron-neuron yang tadi sibuk merekam langsung hening—sama seperti ketika jaringan wifi kamu putus sebentar agar server dapat memproses ulang data. Hasilnya: hippocampus direset. Data memori lama tak dibiarkan menumpuk terus menerus, membuat “kapasitas memori” otak kita optimal.

Dengan begini, kita memiliki gambaran baru: otak kita punya sesi kerja ganda. Sewaktu kita bangun, hippocampus aktif merekam; sewaktu kita tidur, hippocampus malah sibuk menata ulang. Istilah kerennya, tidur kita mempunyai mode backup sekaligus mode refresh. Tidur bukan hanya sekadar istirahat, ia justru bagian penting dari siklus pembelajaran otak: membersihkan sisa-sisa sinyal lama sehingga proses belajar esok hari tetap mulus.

Hasil Utama yang Bikin Terpesona

  • 🚀 Reset Otak Nyata: Aktivitas BARR membuat tingkat sinkronisasi neuron kembali ke normal setelah belajar. Tanpa BARR, neuron tetap terjaga aktif tinggi, memori baru malah sulit disatukan. Intinya, BARR mencegah memori menumpuk berlebihan.

  • 🧠 Bagian Tersembunyi Hippocampus: Penemuan peran CA2 begitu mencengangkan. Selama ini banyak orang fokus ke CA1/CA3, eh siapa sangka CA2 punya peran rahasia. Ini mirip menemukan tombol tersembunyi di smartphone kamu—tiba-tiba saja ponselmu lebih pintar dari yang disangka!

  • 💡 Pelajaran untuk Kita: Otak ibarat komputer dengan garbage collection. Saat tidur, ia mengosongkan cache memori secara otomatis. Pesannya jelas: perbanyak tidur berkualitas, karena itulah saat otak bersih-bersih sendiri. Jangan sakiti “hard disk”mu dengan begadang terus-menerus.

Apa yang Bikin Saya Terkejut

Penemuan ini benar-benar memukau saya. Bayangkan: setiap malam, ada bagian tersembunyi di dalam kepala kita yang begitu cerdas mengatur ulang catatan harian kita. Saat pertama membaca tulisannya, saya cuma mikir "Serius, otak kita begini?". Apakah ini fakta baru atau cuma gaya ilmiah yang keren? Ternyata analoginya langsung klik: kita semua pernah merasakan “kok mikir berat banget nih” setelah kurang tidur, atau sebaliknya, "wow ingatan saya segar setelah tidur nyenyak".

Kenapa kejadian ini keren banget? Karena para peneliti berhasil melihatnya secara langsung di tikus. Mereka mendapati pola SWR muncul saat belajar, diikuti BARR saat tidur. Jika analogi komputernya, SWR itu semacam save game, sedangkan BARR adalah quick restart. Saat tahu proses ini, saya langsung membayangkan rutinitas kita: saya pernah mengalami setelah mengerjakan tugas malam-malam dan tidur jam 10, bangun besoknya hafal materi itu dengan sempurna. Rupanya, otak kita kayak lagi nge-restart di latar belakang.

Meskipun begitu, ada bagian yang bikin saya mikir keras. Istilah teknis seperti CA2, interneuron CCK+, istilah-istilah rumit ini memang berat bagi awam. Rasanya kayak baca resep masakan ala Michelin; menarik, tapi belum tentu langsung paham semuanya. Saya membayangkan seharusnya peneliti bisa menjelaskan ke publik seperti "otak juga bisa kehabisan ruang dan perlu reboot setiap malam." Meski begitu, inti pesannya membuat saya berpikir ulang: "Aduh, jadi selama ini saya sering salah langkah karena tidur sering di-skip.".

Walau sedikit kritis, saya tetap salut dengan gambaran besar penemuan ini. Mereka mengibaratkan gelombang itu seperti “tsunami data” di otak, padahal sesungguhnya ada detik hening agar semua lancar kembali. Penjelasan ini mungkin menakut-nakuti atau membingungkan bagi sebagian orang, tapi inti risetnya menakjubkan: tidur yang kita anggap santai sebenarnya sibuk mengolah memori kita. Saya jadi bergumam sendiri, "Wah, berarti tidur itu bukan pasif! Itu proses sibuk otak yang ga kita sadari.".

Dampak Nyata yang Bisa Saya Terapkan Hari Ini

Jadi, penemuan ini pentingnya apa buat kita? Untuk saya pribadi, riset ini membuat nilai tidur jadi meningkat drastis. Berikut beberapa hal praktis yang bisa diambil:

  • Kurang tidur = masalah serius: Bayangkan kantor terus penuh tanpa jeda pembersihan, lambatnya minta ampun. Begitu juga otak. Prinsipnya, jika kamu tidur terlalu sedikit, “komputer” otakmu ngadat. Jadi, kurangi lembur kalau memungkinkan. Utamakan tidur cukup biar kemampuan berpikir dan konsentrasi tetap prima.

  • Harapan untuk terapi memori: Dengan memahami BARR, barangkali suatu hari ada terapi baru. Misalnya bagi penderita Alzheimer atau PTSD, para ilmuwan bisa coba modulasi gelombang tidur agar memori buruk perlahan hilang. Bayangkan terobosan besar yang bisa menghapus ingatan buruk!

  • Panduan buat pelajar dan profesional: Buat kita yang tengah giat belajar, trik ini jelas: tanamkan kebiasaan tidur teratur. Jangan pernah anggap tidur sebagai 'membuang waktu'. Ini saatnya upgrade mindset: tidur justru investasi otak—korbankan main gadget larut malam demi kualitas belajar besok.

  • Riset lanjutan di rumah: Kalau kamu hobi sains, coba gali lebih jauh tentang bagaimana tidur mempengaruhi pikiran. Ikut komunitas online yang bahas neuroscience atau platform edukatif seperti DiklatKerja bisa membuka wawasan baru, sampai istilah-istilah seperti SWR dan BARR makin familier.

  • Tips praktis tidur sehat: Ayo mulai biasakan ritual kecil: matikan layar gadget satu jam sebelum tidur, atur alarm tidur dan bangun, serta ciptakan suasana gelap-dingin di kamar. Tidur teratur bukan cuma bikin bugar, otakmu juga akan lebih siap menyerap ilmu.

Meskipun saya mengagumi riset ini, ada sedikit catatan. Penyajian ilmiahnya masih sarat istilah teknis yang bisa bikin bingung. Misalnya analogi "tsunami gelombang" terdengar menakutkan dan mengada-ada. Mungkin lebih sering pakai kata yang umum, agar semua orang mudah mengerti. Namun terlepas dari itu, penelitian ini memberi warna baru: menunjukkan bahwa tidur—yang kita anggap sederhana—sebenarnya peristiwa kompleks. Otak kita benar-benar “main catur” saat kita terlelap.

Kalau kamu tertarik dengan proses ajaib ini, jangan berhenti di sini. Sematkan waktu baca paper aslinya di sini untuk melihat detail eksperimennya. Ada hal seru, misalnya grafik yang menunjukkan seberapa drastis neuron “tertidur” ketika BARR berlangsung! Bagi yang ingin belajar lebih dalam, cek juga kursus online tentang ilmu otak di DiklatKerja atau sumber edukatif lain. Siapa tahu semakin banyak belajar, makin nyambung cara kerja “superkomputer” di kepala kita.

Kita sudah belajar banyak tentang proses “reset” di dalam otak. Yang jelas, tidur cukup adalah investasi ke diri kita sendiri. Mulai sekarang, yuk hentikan kebiasaan "tidur ditawar" dan hargai setiap menit istirahatmu. Tubuh dan pikiranmu pasti berterima kasih! Bangun pagi dengan tubuh segar dan siap menyerap pengetahuan baru—itulah ganjaran bagi yang tidur cukup. Jangan tunda lagi: jadikan tidur cukup sebagai kunci produktivitas harianmu!

Kalau kamu punya cerita menarik soal bagaimana tidur memengaruhi harimu, tulis di kolom komentar atau bagikan postingan ini ke temanmu. Siapa tahu pengalamanmu juga jadi pelajaran bagi orang lain! Setelah mengetahui rahasia ini, rutinitas harianmu jadi lebih bermakna. Sekarang giliranmu: atur jam tidurmu, tidurlah yang cukup, dan lihat perbedaannya besok. Kamu sebenarnya sedang “meng-upgrade” dirimu lewat mimpi! Mulai hari ini, usahakan tidur teratur. Tubuh dan pikiranmu pasti berterima kasih! Semoga malam hari besok lebih tenang, dan esoknya produktivitasmu meningkat.

Tidur kita ternyata jauh lebih ajaib daripada yang kita kira. Momen “reload” otak ini membuat kita selalu siap menerima pengetahuan baru. Semoga cerita ini mengingatkan kamu untuk lebih menghargai tidur. Dari sekarang, yuk jaga kualitas tidurmu—biar otakmu selalu siap menyerap ilmu baru dan menjalani hari lebih ringan! Selamat malam dan selamat bermimpi penelitian baru.

Baca paper aslinya disini

Selengkapnya
Tidur Kita Bukan Sekadar Istirahat Biasa: Otak Punya Tombol Reset Memori

kesehatan

Menguak Dampak Nyata Total Quality Management dalam Layanan Kesehatan: Resensi Reflektif atas Studi Sistematik Kualitatif

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 08 Agustus 2025


Pendahuluan: Mendorong Mutu dalam Dinamika Layanan Kesehatan

Dalam iklim global yang semakin kompetitif, sektor kesehatan menghadapi tekanan tinggi dari tuntutan pasien, perubahan teknologi, serta biaya yang terus meningkat. Di tengah tantangan ini, pendekatan Total Quality Management (TQM) muncul sebagai kerangka manajemen strategis yang menjanjikan perbaikan mutu layanan sekaligus kepuasan klien. Paper ini menyajikan sebuah review sistematik kualitatif (Qualitative Systematic Review/QSR) terhadap berbagai studi yang mengeksplorasi hubungan antara penerapan alat dan teknik TQM dengan peningkatan kualitas layanan dan kepuasan pasien di lingkungan kesehatan.

Kontribusi Ilmiah: Penegasan Posisi TQM dalam Layanan Kesehatan Global

Fokus Studi dan Tujuan Penelitian

Studi ini bertujuan untuk:

  • Menganalisis alat dan teknik TQM yang digunakan di fasilitas kesehatan.

  • Mengidentifikasi hubungan antara penerapan TQM dan kualitas layanan.

  • Menelusuri pengaruh TQM terhadap kepuasan pasien.

Secara konseptual, paper ini memberikan kontribusi ilmiah penting dengan menggabungkan berbagai studi lintas negara dan menyusun kerangka sintesis teoretis terhadap efektivitas TQM. Ia menyoroti kesenjangan geografis dalam penelitian (lebih banyak di Asia dan Timur Tengah dibandingkan negara maju), serta menawarkan landasan untuk penelitian lanjutan.

Kerangka Teoretis: TQM Sebagai Pilar Mutu Organisasi

TQM, dalam konteks studi ini, dipahami sebagai serangkaian prinsip manajerial yang mencakup perbaikan berkelanjutan, keterlibatan seluruh organisasi, dan fokus pada kebutuhan pelanggan. Konsep ini diterapkan pada unit-unit layanan kesehatan melalui indikator seperti:

  • Keterlibatan manajemen puncak

  • Pelatihan pegawai dan pasien

  • Pengambilan keputusan berbasis data

  • Pengembangan budaya mutu organisasi

Penulis menggarisbawahi bahwa penerapan TQM harus komprehensif dan terintegrasi. Artinya, jika prinsip-prinsip TQM hanya diterapkan secara parsial atau terdistorsi, maka manfaatnya tidak akan tercapai.

Metodologi: Kajian Sistematis Kualitatif Berbasis QSR

Rangkaian Prosedur QSR

Penelitian ini menggunakan QSR (Qualitative Systematic Review) untuk menyaring dan menilai kualitas 11.517 artikel dari lima basis data besar (WOS, Scopus, PubMed, Medline, dan EBSCO). Setelah melalui proses eksklusi yang ketat, hanya 12 artikel yang dianggap memenuhi kriteria seleksi akhir:

  • Relevansi dengan TQM, kualitas layanan, dan kepuasan pasien

  • Konteks studi di lingkungan layanan kesehatan

  • Pendekatan kualitatif atau gabungan

Refleksi: Pilihan untuk menggunakan QSR memperkuat validitas sintesis yang dihasilkan, sekaligus menunjukkan komitmen penulis terhadap rigornya proses seleksi data. Namun, keterbatasan seperti pembatasan database karena alasan finansial menjadi titik lemah yang perlu dicermati.

Hasil Studi: Refleksi Teoretis atas Data dan Angka

Jumlah Awal dan Seleksi Ketat

  • Total awal: 11.517 artikel

  • Setelah eliminasi: 573 artikel

  • Setelah QSR final: 12 artikel layak dijadikan basis temuan

Temuan Empiris dan Refleksi Teoretis

Beberapa temuan penting dari literatur yang disintesis:

  1. Studi di Jordan menunjukkan bahwa TQM adalah faktor kunci dalam mendorong perbaikan berkelanjutan dan efisiensi rumah sakit.

  2. Analisis di Pakistan menggarisbawahi peran HR TQM dan infrastruktur mutu sebagai penggerak efisiensi layanan.

  3. Penelitian di Iran menyatakan bahwa pelibatan manajemen, pelatihan pelanggan dan staf, serta perbaikan berkelanjutan menghasilkan dampak positif terhadap efisiensi dan kepuasan pasien.

  4. Studi kuantitatif lainnya menemukan bahwa implementasi TQM berdampak langsung pada:

    • Kualitas pelayanan yang dirasakan

    • Kepatuhan prosedural

    • Produktivitas organisasi

Refleksi: Temuan ini secara konsisten menunjukkan bahwa TQM bukan sekadar metode administratif, melainkan kerangka transformasional yang mengubah budaya organisasi, kualitas pelayanan, dan persepsi pasien.

Argumen Utama dan Validitas Logis

Poin-Poin Argumentatif Penulis:

  • TQM tidak bisa diterapkan secara parsial. Jika tidak menyeluruh, efeknya minimal atau nihil.

  • Efektivitas TQM bervariasi tergantung pada konteks budaya, ekonomi, dan organisasi.

  • Kepuasan pasien bukan hanya hasil dari kualitas layanan, tetapi dimediasi oleh efektivitas implementasi TQM.

  • Negara-negara berkembang cenderung lebih aktif meneliti dan mengimplementasikan TQM dalam sistem kesehatannya dibanding negara maju.

Struktur Argumentatif:

Penulis menyusun logikanya secara bertahap:

  1. Identifikasi kebutuhan peningkatan mutu.

  2. Telaah literatur sebagai sumber bukti.

  3. Sintesis konsep TQM dan penerapannya.

  4. Penekanan pada pentingnya pendekatan sistemik dan pelibatan seluruh aktor organisasi.

Kritik Reflektif: Meskipun kerangka berpikir ini kuat, narasi argumentatif masih bersifat umum dan kurang menggali secara kritis variasi konteks institusional antar studi. Aspek perbedaan budaya organisasi, tingkat otonomi klinis, atau regulasi negara tidak dibahas secara eksplisit.

Kekuatan dan Kelemahan Metodologi

Kekuatan:

  • QSR memastikan validitas dan transparansi proses seleksi.

  • Pemilihan artikel dari lima database internasional mengurangi bias sumber.

Kelemahan:

  • Tidak semua wilayah geografis terwakili secara adil (minim data dari Eropa dan Amerika).

  • Terlalu fokus pada konteks rumah sakit, padahal sektor kesehatan lebih luas (misalnya klinik, puskesmas, atau industri farmasi).

  • Tidak adanya analisis kuantitatif untuk mengukur seberapa besar dampak TQM terhadap kualitas layanan.

Implikasi Ilmiah dan Praktis

Implikasi Teoretis:

  • Studi ini memperkuat posisi TQM sebagai kerangka multidimensi yang menjembatani kebutuhan manajemen dan ekspektasi pasien.

  • Menyediakan dasar kuat untuk pengembangan model evaluasi mutu berbasis indikator TQM.

  • Mengungkap bahwa mutu layanan adalah fungsi dari struktur manajemen, bukan hanya kualitas teknis layanan.

Implikasi Praktis:

  • Manajer rumah sakit disarankan untuk:

    • Menyediakan pelatihan sistemik pada staf tentang prinsip-prinsip TQM.

    • Mengintegrasikan pengambilan keputusan berbasis data dalam operasional harian.

    • Menumbuhkan budaya mutu secara lintas departemen.

  • Penerapan TQM terbukti membantu dalam mengurangi biaya layanan, meningkatkan kepuasan pasien, dan memperbaiki efisiensi organisasi secara keseluruhan.

Keterbatasan dan Rekomendasi Masa Depan

Keterbatasan yang Diakui:

  1. Keterbatasan data karena hanya mengakses database tertentu.

  2. Fokus terlalu besar pada rumah sakit dan mengabaikan organisasi kesehatan lainnya.

  3. Mayoritas studi berasal dari negara-negara berkembang.

Rekomendasi:

  • Melibatkan lebih banyak data dari negara maju untuk analisis komparatif.

  • Memperluas konteks studi pada sektor kesehatan non-rumah sakit (misalnya layanan kesehatan digital).

  • Menggabungkan QSR dengan pendekatan meta-analisis kuantitatif untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif.

Kesimpulan: TQM sebagai Pilar Reformasi Layanan Kesehatan Modern

Studi ini menegaskan bahwa Total Quality Management bukan hanya slogan manajerial, tetapi pendekatan holistik yang dapat mengubah kualitas layanan dan persepsi pasien dalam jangka panjang. Di tengah tekanan sistem kesehatan global pasca-pandemi, TQM menawarkan jalan keluar strategis bagi institusi kesehatan untuk menjadi lebih tanggap, efisien, dan berorientasi pada pasien.

Dengan implementasi yang tepat, TQM dapat membentuk lingkungan kerja yang kolaboratif, budaya mutu yang kuat, dan peningkatan berkelanjutan dalam kualitas layanan. Studi ini memberikan wawasan praktis sekaligus membuka ruang penelitian baru yang kaya akan kemungkinan.

DOI Resmi Paper: https://doi.org/10.1051/shsconf/202213102009

Selengkapnya
Menguak Dampak Nyata Total Quality Management dalam Layanan Kesehatan: Resensi Reflektif atas Studi Sistematik Kualitatif

kesehatan

Tantangan dan Solusi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Sekolah di Negara Berkembang

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan mendukung proses belajar mengajar. Namun, dalam banyak kasus, praktik K3 di sekolah-sekolah di negara berkembang masih belum menjadi prioritas. Artikel ini menyoroti pentingnya implementasi sistem K3 yang lebih baik serta kerjasama antara sekolah dan pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi tenaga pengajar dan siswa.

Penelitian ini dilakukan melalui tinjauan literatur yang mencakup:

  • Analisis data kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di sekolah-sekolah di negara berkembang.
  • Identifikasi kesenjangan dalam regulasi dan kebijakan K3 di sektor pendidikan.
  • Pengembangan kerangka kerja manajemen K3 yang dapat diterapkan di sekolah.

Hasil kajian ini digunakan untuk menyusun rekomendasi kebijakan yang bertujuan meningkatkan standar K3 di institusi pendidikan.

1. Statistik K3 di Negara Berkembang

  • Menurut ILO (2019, 2023), sekitar 340 juta pekerja mengalami kecelakaan kerja, sementara 160 juta menderita penyakit akibat kerja setiap tahun.
  • 65% kematian akibat kerja terjadi di Asia, sementara Afrika menyumbang 11,8% dari total kematian kerja.
  • Di Afrika, sekitar 33% penyakit akibat kerja berasal dari penyakit menular, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain.
  • OHS legislation di negara berkembang hanya mencakup 10% dari populasi pekerja, sedangkan 80% dari total bahaya kerja ada di negara-negara ini.

2. Kesenjangan dalam Implementasi K3 di Sekolah

Penelitian ini menemukan beberapa faktor utama yang menyebabkan lemahnya penerapan K3 di sekolah:

  • Kurangnya regulasi dan kebijakan spesifik: Banyak negara berkembang tidak memiliki kebijakan yang jelas mengenai K3 di sektor pendidikan.
  • Minimnya pelatihan dan kesadaran K3: Kurangnya pelatihan bagi guru dan tenaga pendukung menyebabkan rendahnya kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja.
  • Fasilitas yang tidak memadai: Banyak sekolah memiliki infrastruktur yang buruk, termasuk ventilasi yang tidak layak, kurangnya jalur evakuasi darurat, dan sanitasi yang buruk.
  • Kurangnya pendanaan: Keterbatasan anggaran menyebabkan sekolah tidak mampu menyediakan peralatan keselamatan dasar seperti pemadam kebakaran, alat pelindung diri (APD), dan fasilitas kesehatan.

3. Dampak Buruk Lingkungan Kerja yang Tidak Aman

  • Risiko cedera akibat kecelakaan: Lantai licin, kabel listrik terbuka, dan kurangnya sistem evakuasi dapat menyebabkan kecelakaan yang mengancam keselamatan guru dan siswa.
  • Penyakit akibat kerja: Kurangnya ventilasi yang baik di ruang kelas dapat menyebabkan masalah pernapasan, terutama di daerah dengan tingkat polusi tinggi.
  • Dampak psikologis: Guru yang bekerja dalam kondisi tidak aman mengalami stres yang lebih tinggi, yang dapat memengaruhi kualitas pengajaran.

Berdasarkan hasil penelitian, artikel ini menawarkan beberapa solusi untuk meningkatkan K3 di sekolah:

1. Penguatan Regulasi dan Kebijakan

  • Pemerintah perlu mengembangkan dan mengimplementasikan regulasi K3 khusus untuk sektor pendidikan.
  • Standar keselamatan minimum harus ditetapkan dan diawasi secara berkala oleh lembaga pengawas.

2. Peningkatan Infrastruktur dan Fasilitas Sekolah

  • Pembangunan sekolah harus mempertimbangkan aspek keselamatan, termasuk jalur evakuasi, ventilasi yang memadai, dan akses terhadap fasilitas kesehatan.
  • Setiap sekolah harus memiliki peralatan keselamatan dasar seperti alat pemadam kebakaran dan kotak P3K.

3. Pelatihan dan Edukasi Keselamatan

  • Guru dan staf sekolah harus mendapatkan pelatihan rutin mengenai prosedur keselamatan kerja dan tanggap darurat.
  • Kurikulum sekolah harus memasukkan pendidikan keselamatan untuk meningkatkan kesadaran siswa sejak dini.

4. Kolaborasi antara Sekolah, Pemerintah, dan Komunitas

  • Sekolah perlu bekerja sama dengan otoritas lokal dan organisasi non-pemerintah untuk mendapatkan sumber daya tambahan untuk meningkatkan standar keselamatan.
  • Program kesadaran keselamatan harus diterapkan di seluruh komunitas pendidikan untuk menciptakan budaya keselamatan yang lebih baik.

Keselamatan kerja di sekolah harus menjadi prioritas utama bagi pemerintah dan manajemen sekolah. Dengan mengembangkan regulasi yang lebih kuat, meningkatkan infrastruktur, dan memberikan pelatihan yang lebih baik, lingkungan sekolah dapat menjadi tempat yang lebih aman bagi tenaga pengajar dan siswa. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak dalam menciptakan budaya keselamatan yang berkelanjutan di sektor pendidikan.

Sumber: Rielander, C., Visser, T., & Esterhuyzen, E. Schools and Occupational Health and Safety: Perspectives for Developing Countries. African Journal of Inter/Multidisciplinary Studies, Vol. 6 No. 1, 2024, Hal. 1-15.

Selengkapnya
Tantangan dan Solusi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Sekolah di Negara Berkembang

kesehatan

Evaluasi Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Dapur Sekolah Menengah Atas di Ghana

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Maret 2025


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam industri makanan, terutama di lingkungan sekolah, menjadi faktor penting dalam memastikan kualitas dan keamanan makanan yang dikonsumsi siswa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan 20 staf dapur dari enam SMA yang dipilih secara purposif. Selain itu, observasi langsung dilakukan untuk mengevaluasi kondisi dapur dan sistem keselamatan yang diterapkan.

Aspek yang dianalisis dalam penelitian ini mencakup:

  • Jenis bahaya yang dihadapi staf dapur
  • Tingkat kepatuhan terhadap standar K3
  • Dampak praktik K3 terhadap kualitas makanan
  • Hambatan dalam penerapan K3

Penelitian ini mengidentifikasi lima kategori bahaya utama yang dihadapi staf dapur:

  • Bahaya Keselamatan: Lantai licin akibat tumpahan minyak dan air menyebabkan risiko terpeleset dan jatuh.
  • Bahaya Biologis: Kontaminasi dari lalat, kecoa, dan hewan pengerat di area penyimpanan bahan makanan.
  • Bahaya Fisik: Ventilasi yang buruk menyebabkan akumulasi asap dan panas, berdampak pada kesehatan pernapasan staf.
  • Bahaya Ergonomis: Cedera punggung dan bahu akibat pengangkatan beban berat, seperti karung beras dan tepung.
  • Bahaya Psikososial: Stres akibat tekanan kerja yang tinggi dan komunikasi buruk antara staf dan pengelola.

Data penelitian menunjukkan bahwa 85% staf dapur adalah perempuan, dengan mayoritas berusia antara 40-49 tahun (30%). Sebanyak 90% telah bekerja lebih dari 4 tahun, menunjukkan pengalaman panjang namun tetap menghadapi tantangan keselamatan kerja.

Penelitian ini menemukan bahwa minimnya penerapan K3 berdampak langsung pada kualitas makanan yang disajikan kepada siswa:

  • Penyimpanan bahan makanan yang tidak memadai menyebabkan 50% bahan makanan terkontaminasi serangga.
  • Kurangnya sanitasi peralatan dapur meningkatkan risiko penyakit bawaan makanan.
  • 70% dapur tidak memiliki ventilasi yang memadai, menyebabkan akumulasi asap dan polutan udara.

Hambatan utama dalam penerapan K3 meliputi:

  • Kurangnya pelatihan: 80% staf tidak pernah mendapatkan pelatihan K3, sehingga kurang memahami prosedur keselamatan dasar.
  • Minimnya peralatan keselamatan: Sebagian besar staf tidak memiliki sarung tangan, sepatu anti-slip, atau alat pelindung diri lainnya.
  • Ketidakpedulian manajemen: 75% staf merasa manajemen tidak serius dalam menerapkan standar keselamatan kerja.

Paper ini memberikan wawasan yang kuat tentang tantangan K3 di dapur sekolah, tetapi ada beberapa aspek yang dapat diperbaiki:

  • Perlunya solusi berbasis kebijakan: Studi ini tidak banyak membahas bagaimana kebijakan pemerintah Ghana dapat meningkatkan standar keselamatan di dapur sekolah.
  • Kurangnya perbandingan dengan industri lain: Akan lebih baik jika penelitian ini membandingkan tantangan K3 di dapur sekolah dengan sektor perhotelan atau manufaktur makanan.

Studi ini menegaskan bahwa kurangnya penerapan K3 di dapur sekolah memiliki dampak besar terhadap keselamatan staf dan kualitas makanan yang dikonsumsi siswa. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan peningkatan pelatihan K3, perbaikan fasilitas dapur, dan komitmen manajemen dalam menerapkan standar keselamatan.

Sumber: Adzinyo, O. A., Frempong, F., Appaw, E. T. A., Antwi, A. B., & Nkrow, J. E. Assessing Occupational Health and Safety Practices Among Kitchen Staff of Selected Senior High Schools in the Ho Municipality, Ghana. Cogent Food & Agriculture, Vol. 10 No. 1, 2024, Hal. 2392404.

Selengkapnya
Evaluasi Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Dapur Sekolah Menengah Atas di Ghana

kesehatan

Apoteker

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Apoteker (apt.) merupakan gelar profesi bagi seseorang yang telah menempuh pendidikan profesi apoteker dan mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Sebelum menempuh pendidikan profesi apoteker, seseorang harus menempuh pendidikan sarjana farmasi terlebih dahulu untuk memperoleh gelar akademik sarjana sains (S.Si.) atau sarjana farmasi (S.Farm.) yang umumnya ditempuh dalam waktu empat tahun. Setelahnya, barulah seorang sarjana tersebut dapat melanjutkan pendidikan profesi apoteker (apt.) yang umumnya dicapai dalam waktu satu tahun. Jadi, total waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menjadi seorang apoteker adalah lima tahun. Konsep pendidikan ini serupa dengan yang dijalani seseorang untuk menjadi seorang dokter, di mana setelah memperoleh gelar sarjana kedokteran (S.Ked.), mereka harus melanjutkan pendidikan bagi dokter muda atau koasistensi untuk memperoleh gelar dokter (dr.).

Dalam praktik klinis, apoteker berperan sebagai pengawas atas peresepan yang dikeluarkan oleh dokter. Sebagai profesi yang memelajari obat-obatan secara mendalam, mulai dari cara pembuatannya sampai dengan bagaimana obat tersebut memberikan reaksi tertentu pada tubuh, apoteker secara aktif menelaah, mengoreksi, dan memberi masukan kepada dokter dan tim medis lainnya dalam memberikan terapi pada pasien.

Dalam menjalankan praktik kefarmasian, apoteker mengenakan jas berwarna putih gading.Hal ini berbeda dengan dokter yang mengenakan jas berwarna putih tulang saat menjalankan praktik kedokteran. Di Indonesia, tenaga kesehatan yang mengenakan baju resmi berupa jas hanya apoteker dan dokter saja.

Sejarah

Istilah apoteker dan apotek bermula dari dokter Claudius Galenus dari Pergamum (129–199) yang biasa dikenal sebagai Galen. Ia menamakan tempatnya memeriksa pasien sebagai latron dan tempat Galen menyimpan obat sebagai apotheca, yang secara harfiah berarti gudang. Pada tahun 1240, negara Kerajaan Sisilia untuk pertama kalinya mengeluarkan undang-undang yang memisahkan pekerjaan dokter dan apoteker. Dokter hanya boleh memeriksa pasien dan menulis resep, tetapi obat dibuat dan diserahkan ke pasien oleh apoteker.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan di Vancouver 1997 menggunakan istilah 7 Star Pharmacist untuk menyatakan peran dan tanggung jawab seorang apoteker yang bermutu. Pada tahun 1999 yang dicantumkan pada Annex 7, badan dunia ini mengeluarkan Good Pharmacy Practice In Community And Hospital Pharmacy Settings.

Perkembangan di Indonesia

Apoteker di Indonesia bergabung dalam organisasi profesi apoteker yang disebut Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Apoteker di Indonesia sering kali dipersepsikan publik sebagai seseorang yang bekerja di apotek. Namun, sebenarnya lingkup kerja apoteker tidak hanya di apotek semata, melainkan juga dapat bekerja di sektor publik–seperti Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)–atau sektor swasta–seperti perusahaan farmasi.

Sebelum menempuh pendidikan apoteker di Indonesia, calon mahasiswa akan diminta untuk memilih konsentrasi yang menjadi fokus keilmuan apoteker. Umumnya konsentrasi yang dapat dipilih meliputi Farmasi Industri, dan Farmasi Klinik dan Komunitas. Apoteker dengan konsentrasi Farmasi Industri akan tepat untuk bekerja di industri farmasi pada beragam bidang seperti regulatory affairs, pemastian mutu, penjaminan mutu, produksi, distribusi, dan lain-lain. Sementara itu, apoteker dengan konsentrasi Farmasi Klinik dan Komunitas akan tepat untuk bekerja di apotek, rumah sakit, dan lain-lain. Walaupun terdapat klasterisasi semacam ini, sejauh ini tidak dilarang seorang apoteker dengan konsentrasi Farmasi Industri untuk bekerja di lingkungan klinis atau sebaliknya.

Dalam perkuliahan apoteker, terdapat praktik kerja profesi apoteker (PKPA) yang merupakan kesempatan bagi mahasiswa apoteker untuk menjalani magang di berbagai bidang kefarmasian, sehingga mereka akan memperoleh gambaran dan kesiapan dalam dunia kerja di bidang kefarmasian nantinya. Setelah mahasiswa apoteker dinyatakan lulus secara akademik, mereka akan diambil sumpahnya seperti halnya dokter. Sumpah itu dimaksudkan agar seorang apoteker bersungguh-sungguh dalam mengaplikasikan ilmu kefarmasiannya demi kebaikan manusia. Seorang apoteker pun dilarang menggunakan pengetahuannya untuk merugikan orang lain.

Pada awalnya, apoteker teridentifikasi dengan adanya gelar Apt. di belakang nama mereka. Namun, sejak 20 Februari 2020, Komite Farmasi Nasional (KFN) menetapkan perubahan penulisan gelar apoteker menjadi apt. yang diletakkan di depan nama. Penetapan tersebut merupakan kesepakatan bersama antara Komite Farmasi Nasional (KFN), Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Menurut apt. Drs. Purwadi, M.M., M.E. selaku Ketua Komite Farmasi Nasional (KFN) dalam sambutannya pada tanggal 10 Maret 2020, pemindahan letak gelar ini dimaksudkan agar apoteker dapat lebih fokus tampil di depan untuk melayani masyarakat secara langsung. Hal tersebut dikarenakan apoteker di Indonesia masih belum terlalu dikenal perannya di masyarakat secara luas. Apoteker pun sering kali lebih banyak bekerja di balik layar dalam melayani masyarakat. Dengan terlihatnya gelar apoteker di depan nama, masyarakat bisa lebih mengenal sosok apoteker tersebut.

Apoteker spesialis

Saat ini telah ada apoteker spesialis farmasi nuklir dengan pengukuhannya pada 2020.

Penulisan gelar

Gelar apoteker diletakkan di depan nama dengan seluruhnya huruf kecil, dengan contoh:

apt. Aditya Pradhana, S.Farm.

di mana gelar sarjana farmasi yang telah diperoleh sebelumnya tetap dituliskan. Hal ini berbeda dengan profesi dokter yang umumnya hanya menuliskan gelar profesi dokter (dr.) tanpa perlu menuliskan gelar sarjana kedokteran (S.Ked.). Jika gelar apoteker dituliskan bersama dengan gelar lain, maka contoh penulisannya adalah sebagai berikut:

apt. Dra. Corona Mileniawati

apt. Drs. Artifisial Dermawan

apt. Ngangsu Elmu Mardiko, S.Farm., M.Si.

Dr. apt. Ngangsu Elmu Mardiko, S.Farm.

Prof. Dr. apt. Ngangsu Elmu Mardiko, M.Sc.

Prof. apt. Ngangsu Elmu Mardiko, M.Sc., Ph.D.

Ketika dikombinasikan dengan pangkat dan gelar keagamaan nonakademik, maka contoh penulisannya adalah sebagai berikut:

Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. apt. Drs. K.H. Ngangsu Elmu Mardiko, M.Sc.

Pedoman penulisan gelar apoteker yang baru ini berlaku pula untuk apoteker yang lulus sebelum ditetapkannya pedoman ini.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Apoteker

kesehatan

Kedokteran di Indonesia

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Di Indonesia, pendidikan kedokteran dapat ditempuh setelah seseorang menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas atau sederajat. Mahasiswa harus menempuh pendidikan strata-1 selama sekitar 3,5 tahun untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked.) yang kemudian dilanjutkan dengan pendidikan profesi dokter selama 1,5 tahun. Setelah itu, mereka wajib mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter (UKMPPD) atau yang sebelumnya dikenal sebagai Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI). Hanya mahasiswa yang lulus ujian tersebut yang dapat mengangkat sumpah dan dilantik sebagai dokter. Setelah diambil sumpah, seorang dokter diwajibkan untuk mengikuti program dokter internsip selama satu tahun.[3] Setelah menyelesaikan program internsip, seorang dokter umum dapat mengambil pendidikan spesialisasi sesuai pilihannya. Saat ini kurikulum pendidikan kedokteran di Indonesia menganut sistem pembelajaran berdasarkan masalah (PBL).

Konsil Kedokteran Indonesia

Berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dibentuk untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan, dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dari dokter, dan dokter gigi, yang terdiri atas Konsil Kedokteran, dan Konsil Kedokteran Gigi. KKI bertanggung jawab kepada Presiden, dan berkedudukan di Ibu kota Negara Republik Indonesia.

KKI mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, penetapan, serta pembinaan dokter, dan dokter gigi yang menjalankan prakterk kedokteran dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis. KKI mempunyai tugas meregistrasi dokter, dan dokter gigi, mengesahkan standar pendidikan profesi dokter, dan dokter gigi, dan melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran yang dilaksanakan bersama lembaga terkait sesuai dengan fungsi masing-masing. Standar pendidikan profesi dokter, dan dokter gigi yang disahkan Konsil ditetapkan bersama oleh Konsil Kedokteran Indonesia dengan kolegium kedokteran, kolegium kedokteran gigi, asosiasi institusi pendidikan kedokteran, asosiasi institusi pendidikan kedokteran gigi, dan asosiasi rumah sakit pendidikan.

KKI mempunyai wewenang:

  • menyetujui, dan menolak permohonan registrasi dokter, dan dokter gigi,
  • menerbitkan, dan mencabut surat tanda registrasi dokter, dan dokter gigi,
  • mengesahkan standar kompetensi dokter, dan dokter gigi,
  • melakukan pengujian terhadap persyaratan registrasi dokter, dan dokter gigi,
  • mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran, dan kedokteran gigi,
  • melakukan pembinaan bersama terhadap dokter, dan dokter gigi mengenai pelaksanaan etika profesi yang ditetapkan oleh Organisasi Profesi,
  • melakukan pencatatan terhadap dokter, dan dokter gigi yang dikenakan sanksi oleh organisasi profesi, atau perangkatnya karena melanggar ketentuan etika profesi.

Susunan organisasi Konsil Kedokteran Indonesia terdiri atas:

  • Konsil Kedokteran
  • Konsil Kedokteran Gigi.

Konsil Kedokteran, dan Konsil Kedokteran Gigi masing-masing terdiri atas 3 divisi yaitu:

  • divisi registrasi,
  • divisi standar pendidikan profesi,
  • divisi pembinaan.

Jumlah anggota Konsil Kedokteran Indonesia berjumlah 17 orang yang terdiri dari unsur-unsur yang berasal dari:

  • Organisasi Profesi Kedokteran 2 orang,
  • Organisasi Profesi Kedokteran Gigi 2 orang,
  • Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran 1 orang,
  • Asosiasi Institusi Pendidikan Kedoktan Gigi 1 orang,
  • Kolegium Kedokteran 1 orang,
  • Kolegium Kedokteran Gigi 1 orang,
  • Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan 2 orang,
  • Tokoh Masyarakat 3 orang,
  • Departemen Kesehatan 2 orang,
  • Departemen Pendidikan Nasional 2 orang.

Keanggotaan KKI untuk pertama kali ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri Kesehatan (pasal 84 Undang Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran).

Sertifikat kompetensi

Sertifikat kompetensi perlu dibuat bagi dokter lulusan sebelum 29 April 2007, dan belum mengajukan pembuatan Surat Tanda Registrasi (STR) ke Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Proses pembuatan sertifikat kompetensi ini hanya berlaku sampai dengan tanggal 29 Oktober 2007 (batas terakhir pengajuan STR ke KKI berdasarkan surat KKI No. KK. 01.03/KKI/Reg/IV/301). Sertifikat kompetensi akan dikirim ke alamat korespondensi yang tercantum dalam formulir pendaftaran dengan pos tercatat.

Surat tanda registrasi

Surat tanda registrasi (STR) adalah pencatatan resmi dokter dan dokter gigi yang telah memiliki sertifikat kompetensi, telah mempunyai kualifikasi tertentu, serta diakui secara hukum untuk melakukan tindakan sesuai kompetensinya. Registrasi yang memenuhi persyaratan, dan melewati proses verifikasi, konfirmasi, validasi, dan penandatanganan oleh Registar maka terbitlah STR. Surat Tanda Registrasi tersebut menjadi bukti tertulis yang diberikan oleh KKI bagi dokter dan dokter gigi.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Kedokteran di Indonesia
page 1 of 2 Next Last »