Inovasi Ruang Pendidikan
Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 30 April 2025
Pendahuluan: Yogyakarta dan Tantangan Literasi di Era Global
Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya dan pendidikan, rumah bagi ratusan institusi akademik dari SD hingga universitas ternama. Namun, tantangan yang tak kunjung usai menghampiri kota ini: rendahnya minat baca di Indonesia. Ironisnya, meskipun Yogyakarta disebut “Kota Pelajar”, akses terhadap fasilitas literasi yang menarik dan relevan dengan perkembangan teknologi masih terbatas.
Di tengah kebutuhan tersebut, muncul gagasan inovatif dari Erindha Puspitasari dalam skripsinya yang mengusung desain perpustakaan modern berbasis arsitektur futuristik—mewakili wajah baru perpustakaan publik yang lebih dari sekadar rak buku.
Latar Belakang: Meningkatkan Minat Baca Lewat Desain Inklusif
Mengapa Perpustakaan Harus Dirancang Ulang?
Menurut data dari AC Nielsen (2007), minat baca masyarakat DIY meningkat 4,3% dari tahun sebelumnya. Namun angka ini belum sepadan dengan status Yogyakarta sebagai pusat pendidikan. Pemerintah telah mendorong slogan “Ayo ke Perpustakaan”, tetapi fasilitas fisik yang kurang atraktif membuat kampanye ini tidak maksimal.
Dengan melihat tren global seperti Seattle Public Library di AS atau Perpustakaan H.S. Soeman di Riau, yang menggabungkan arsitektur modern dan teknologi digital, Erindha menawarkan sebuah solusi: membangun perpustakaan yang tidak hanya fungsional tetapi juga inspiratif.
Arsitektur Modern sebagai Wajah Baru Literasi
Ciri-Ciri Arsitektur Modern dalam Konteks Perpustakaan
Gaya arsitektur modern menekankan pada:
Bentuk geometris tegas
Penggunaan material industri seperti kaca, baja, dan beton
Fleksibilitas ruang yang sesuai fungsi
Sirkulasi udara dan cahaya alami
Ekspresi teknologi dan transparansi
Penerapan elemen ini tidak hanya bersifat estetika, tetapi juga mendukung kenyamanan, efisiensi energi, dan kemudahan akses.
Analisis Lokasi: Mengapa Yogyakarta?
Kota Seribu Buku, Kota Seribu Tantangan
Yogyakarta memiliki sekitar 175 perguruan tinggi, 133 SMA, dan 227 SD (data 2009), menjadikannya kota dengan konsentrasi pelajar tertinggi di Indonesia. Namun, pertumbuhan jumlah perpustakaan tidak sebanding. Banyak perpustakaan masih mengusung desain konvensional, padahal kebutuhan akan ruang interaktif dan teknologi digital semakin meningkat.
Strategi Perancangan: Dari Site Analysis ke Konsep Ruang
Pendekatan Erindha Puspitasari dalam Perencanaan
Dalam perencanaan desainnya, Erindha menerapkan metode yang komprehensif, mulai dari:
Analisis lokasi (site analysis): mencakup kebisingan, iklim, pencahayaan alami, dan arah angin.
Organisasi ruang: penggunaan pola sirkulasi horizontal dan vertikal untuk memisahkan area baca, koleksi referensi, audio visual, dan lounge.
Konsep struktur dan utilitas: perpustakaan tidak hanya menyediakan buku tetapi juga hotspot internet, ruang seminar, hingga zona audio-visual.
Desain ini menciptakan sebuah perpustakaan dengan fungsi edukatif, informatif, rekreatif, dan kultural dalam satu paket arsitektur yang modern dan fungsional.
Studi Banding: Inspirasi dari Perpustakaan Dunia
Studi Kasus: Seattle Public Library dan H.S. Soeman Riau
Seattle Public Library menjadi simbol teknologi dan inklusivitas dalam arsitektur publik dengan rangka baja dan penggunaan kaca luas.
Perpustakaan H.S. Soeman di Riau menampilkan keselarasan antara teknologi dan kearifan lokal melalui struktur terbuka dan audio visual interaktif.
Kedua preseden tersebut menjadi rujukan desain untuk proyek ini, memperkuat argumen bahwa arsitektur mampu meningkatkan engagement masyarakat terhadap literasi.
Kritik dan Catatan Tambahan
Kekuatan Gagasan
Memadukan desain dengan fungsi sosial yang nyata.
Responsif terhadap isu nasional soal minat baca.
Mampu meningkatkan citra perpustakaan sebagai tempat yang "keren dan relevan".
Ruang Pengembangan
Belum dibahas soal biaya pembangunan dan pemeliharaan, padahal teknologi tinggi membutuhkan investasi besar.
Desain perlu dikaji lebih lanjut untuk menjamin aksesibilitas penyandang disabilitas secara inklusif.
Dampak dan Relevansi: Literasi dalam Balutan Arsitektur
Literasi Digital dan Arsitektur Masa Depan
Di era digital, perpustakaan tidak boleh hanya menjadi gudang buku. Desain ruang harus mendukung:
Pembelajaran mandiri dan kolaboratif
Interaksi antarpengguna
Pemanfaatan big data dan perpustakaan digital
Penerapan arsitektur modern yang fleksibel menjadi kunci dalam menciptakan ruang yang adaptif terhadap perkembangan zaman.
Kesimpulan: Sinergi Desain dan Pendidikan
Karya Erindha Puspitasari bukan sekadar tugas akhir, tetapi manifestasi dari gagasan besar: bahwa arsitektur dapat berperan strategis dalam meningkatkan kualitas SDM melalui literasi.
Perpustakaan modern bukan hanya soal estetika futuristik, tapi juga sarana demokratisasi pengetahuan yang mudah diakses, menarik, dan mendorong partisipasi aktif masyarakat.
Sumber
Erindha Puspitasari. Perpustakaan di Yogyakarta dengan Penerapan Arsitektur Modern. Tugas Akhir Sarjana, Program Studi Arsitektur, Universitas Sebelas Maret, 2010.