Hidrografi

Dosen FITB Teliti Mengenai Dampak Perubahan Pantai terhadap Batas Laut Negara

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Februari 2025


BANDUNG, itb.ac.id -- Kelompok Keahlian Hidrografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung mengadakan penelitian mengenai titik dasar dan garis pantai yang dapat digunakan sebagai penetapan batas laut negara. Penelitian yang diketuai oleh Dr. Eka Djunarsjah menemukan keanehan di beberapa titik dasar dan garis pantai pada tahun 2019.

Penelitian lanjutan dari hasil temuan kelompok yang dipimpin oleh Dr. Eka beserta dicatat pada Rekacipta ITB yang diterbitkan pada Selasa (18/1/2022) atas kerja sama LPPM ITB dengan Media Indonesia. Tujuan dari penelitian lanjutan pada 2021 adalah analisis tentang dampak dinamika DAS dan pantai terhadap perubahan garis pantai serta implikasi terhadap batas laut negara dan batas laut daerah berupa provinsi yang ditetapkan sejauh 12 mil laut dari garis pantai.

Titik-titik dasar dan garis-garis pangkal yang tercatat pada Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2002 yang direvisi di Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2008 memberikan informasi mengenai daftar koordinat geografis titik-titik dan garis pangkal Kepulauan Indonesia. Peraturan tersebut sudah diberikan ke Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa pada Maret 2009. Titik dan garis tersebut digunakan agar dapat menetapkan garis-garis batas laut negara yang terdiri dari Laut Teritorial sejauh 12 mil laut, Zona Tambahan sejauh 24 mil laut, Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen sejauh 200 mil yang dihitung dari garis-garis pangkal dengan setiap segmen garis pangkal dibentuk oleh dua titik dasar.

Penyimpangan yang terjadi, yaitu garis pangkal yang memotong daratan, titik dasar yang terletak di daratan, titik dasar berada terlalu jauh dari daratan, dan garis pangkal yang tidak berimpit dengan titik dasar akibat dari dinamika pantai. Garis pangkal yang memotong daratan di sepanjang muara Sungai Peusangan, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh adalah contoh penyimpangan. Kemungkinan penyimpangan berupa perbuahan garis pantai terjadi akibat dinamika dan interaksi antara lingkungan daerah aliran sungai (DAS), wilayah pesisir, dan bagian lam. Perlu diketahui bahwa luas dari DAS Peusangan mencapai 238.550 hektare.

Ketua Peneliti Dr. Eka Djunarsjah dari KK Hidrografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), mengatakan, berdasarkan hasil penelitian, faktor utama penyimpangan adalah perubahan iklim dan tutupan lahan. Iklim adalah cuaca rata-rata di suatu waktu tertentu dengan rentang waktu yang lama. Perbuahan iklim menyebabkan perubahan dinamika DAS dan pantai karena dapat memengaruhi pola temporal dan spasial sedimentasi, kehilangan tanah akibat curah hujan, banjir pesisir, serta merendam wilayah pesisir dan muara.

“Sedimentasi DAS dan pesisir menyebabkan perubahan fisik lingkungan. Tutupan lahan merupakan garis yang menggambarkan batas penampakan area tutupan di atas permukaan bumi yang terdiri dari bentang alam maupun bentang buatan. Tutupan lahan mempengaruhi DAS karena dapat menentukan laju erosi akibat kecepatan jatuhnya air hujan. Akibatnya adalah lahan terbuka, degradasi, kritis, hingga mudah tererosi,” jelasnya seperti dikutip dari Rekacipta ITB.

Pada penelitian lanjutan tahun 2021 didapatkan hasil identifikasi menunjukkan jumlah sedimen meningkat saat terjadi perubahan tutupan lahan di lahan kuat erosi seperti hutan dengan lahan lemah erosi seperti lahan pertanian yang menyatakan bahwa perubahan tutupan lahan akan menyebabkan jumlah hasil sedimen yang berubah dalam arah yang sama.

Maka perubahan tutupan lahan berpengaruh pada jumlah hasil sedimen yang keluar dari sistem DAS mencapai titik keluar DAS sesuai dengan prinsip sedimen yang terbawa oleh arus sungai akan mengalir hingga muara sungai. Sedimen yang sampai di muara saat arus dari laut ke darat dominan akan membuat sedimen terdeposisi, tapi jika sebaliknya akan menyebabkan erosi.

Ia menjelaskan, hasil dari dinamika di Sungai Peusangan berdasarkan Citra Satelit SPOT dengan resolusi 1,5 meter selama 2016 sampai 2020 menunjukkan wilayah pesisir mengalami penambahan daratan. Penambahan daratan akan mengubah batas laut negara yang berpatokan pada garis pantai. Karena perubahan batas laut, maka batas laut yang berdekatan dengan negara lain perlu dilakukan perundingan.

“Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 Pasal 11 memungkinkan Indonesia memperbaharui titik dasar menggunakan data terbaru. Selain batas negara, batas laut juga dapat diubah untuk kewenangan daerah di laut yang menghadap perairan lepas berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2014,” tutupnya.

Sumber Artikel : ITB

 

Selengkapnya
Dosen FITB Teliti Mengenai Dampak Perubahan Pantai terhadap Batas Laut Negara

Hidrografi

Hidrografi

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Februari 2025


Hidrografi (atau geodesi kelautan menurut pandangan awam) adalah ilmu tentang pemetaan laut dan pesisir. Hidrografi menurut S-32 IHO Hydrographic Dictionary adalah c[1]abang sains terapan yang mengatur pengukuran dan penjelasan fitur fisik bagian permukaan BUMI yang bisa dinavigasi dan wilayah pantai, dengan referensi khusus untuk tujuan NAVIGASI. Secara etimologi, Hidrografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “hidro” yang berarti air dan “grafi” yang berarti menulis, hidrografi artinya gambaran permukaan bumi yang digenangi air.

Dalam ilmu hidrografi lebih banyak disinggung tentang pemetaan di daerah perairan secara praktis yang disebut dengan survei hidrografi. Jenis survei hidrografi berdasarkan wilayahnya adalah:

  • Survei Tepi Pantai
  • Survei Perairan Pantai

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Hidrografi

Hidrografi

Pesisir

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Februari 2025


Pesisir suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan[1] yang merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, di mana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan provinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.


Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Pesisir

Hidrografi

Geografi Pesisir

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Februari 2025


Geografi pesisir (bahasa Inggris: Coastal geography) adalah ilmu yang mempelajari hubungan dinamis antara daratan dengan lautan dan menggabungkanya dengan geografi fisik dan geografi manusia. Selain itu juga mempelajari interaksi manusia dengan pantai, pemahaman tentang proses pelapukan pesisir, cuaca, sedimentasi pantai, dan gerakan gelombang.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Geografi Pesisir

Hidrografi

Ekspedisi Challenger

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Februari 2025


Ekspedisi Challenger tahun 1872-76 adalah sebuah ekspedisi ilmiah yang membuat banyak penemuan untuk meletakkan dasar-dasar oseanografi, dinamai setelah kapalnya, HMS Challenger.

Dicetuskan oleh SkotCharles Wyville Thomson—dari University of Edinburgh dan Merchiston Castle SchoolRoyal Society of London memperoleh penggunaan Challenger dari Angkatan Laut Kerajaan dan pada 1872 memodifikasinya untuk tugas ilmiah, melengkapinya dengan laboratorium terpisah untuk sejarah alam dan kimia.

Kapal ini, dipimpin Kapten George Nares, berlayar dari Portsmouth, Inggris, tanggal 21 Desember 1872. Dibawah pengawasan ilmiah Thomson sendiri, kapal ini telah berlayar hampir 70.000 mil laut mensurvei dan menjelajah. Hasilnya adalah Report Of The Scientific Results of the Exploring Voyage of H.M.S. Challenger during the years 1873-76 yang, di antara banyak penemuan lainnya, mencatat lebih dari 4.000 spesies yang belum diketahui sebelumnya. John Murray, yang memimpin penerbitannya, menjelaskan laporan ini sebagai "kemajuan terbesar dalam ilmu pengetahuan planet kita sejak penemuan abad ke-15 dan 16". Kapal Challenger berlayar dekat dengan benua Antartika tetapi tidak berlabuh di sana.

Challenger kembali ke SpitheadHampshire pada 24 Mei 1876, setelah menghabiskan 713 hari di laut dari 1.606 hari perjalanannya. Pada pelayarannya sejauh 68.890-mil-laut (127.580 km), kapal ini telah melakukan 492 pengukuran kedalaman, 133 pengerukan dasar laut, 151 penjaringan air terbuka, 263 observasi temperatur air, dan menemukan sekitar 4717 spesies baru dalam kehidupan lautan. Salinan catatan tertulis mengenai Ekspedisi Challenger sekarang disimpan di ebberapa institusi kelautan di seluruh Britania Raya termasuk National Oceanography Centre, Southampton dan Dove Marine Laboratory di Cullercoats, Tyne and Wear.

Pesawat Ulang Alik Challenger dinamai setelah HMS Challenger.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Ekspedisi Challenger

Hidrografi

Organisasi Hidrografi Internasional

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Februari 2025


Organisasi Hidrografi Internasional atau International Hydrographic Organization adalah organisasi antar-pemerintah mewakili masyarakat hidrografi. Organisasi ini mempunyai status pengamat di PBB dan merupakan otoritas yang kompeten yang diakui untuk survei hidrografi dan charting bahari. Ketika mengacu pada hidrografi dan charting bahari dalam Konvensi dan Instrumen serupa, itu adalah standar IHO dan spesifikasi yang biasanya digunakan.

Sejarah

Negara anggota Organisasi Hidrografi Internasional

IHO pada awalnya didirikan pada 1921 sebagai Biro Hidrografi Internasional (IHB). Nama ini diadopsi pada tahun 1970 sebagai hasil dari perjanjian internasional yang direvisi antara negara-negara anggota. Namun, nama mantan Biro Hidrografi Internasional dipertahankan untuk badan administratif IHO dari tiga Direksi dan staf yang kecil di markas besar organisasi di Monako. Selama abad ke-19, negara-negara maritim yang didirikan di kantor hidrografi untuk menyediakan sarana untuk meningkatkan navigasi kapal angkatan laut dan pedagang dengan menyediakan publikasi bahari, grafik laut, dan layanan navigasi lainnya. Ada perbedaan besar dalam grafik prosedur hidrografi, dan publikasi. Pada tahun 1889, Konferensi Internasional Kelautan diadakan di Washington, DC, dan itu diusulkan untuk membentuk "komisi permanen internasional." Proposal serupa juga dilakukan pada sesi Kongres Internasional Navigasi diadakan di St Petersburg pada tahun 1908 dan lagi pada tahun 1912. Pada 1919, hydrographers dari Inggris dan Prancis bekerja sama dalam mengambil langkah yang diperlukan untuk menyelenggarakan sebuah konferensi internasional hydrographers. London terpilih sebagai tempat yang paling cocok untuk konferensi ini, dan pada tanggal 24 Juli 1919, Konferensi Internasional Pertama dibuka, dihadiri oleh 24 negara hydrographers. Tujuan dari konferensi adalah "Untuk mempertimbangkan perlu-tidaknya semua bangsa maritim mengadopsi metode yang serupa dalam persiapan, konstruksi, dan produksi grafik mereka dan semua publikasi hidrografi, rendering hasil dalam bentuk yang paling nyaman untuk memungkinkan mereka untuk dengan mudah digunakan; dari melembagakan sistem prompt dari pertukaran informasi hidrografi antara semua negara, dan memberikan kesempatan untuk konsultasi dan diskusi yang akan dilakukan pada subyek hidrografi umumnya oleh para ahli hidrografi dunia ". Ini masih merupakan tujuan utama dari Organisasi Hidrografi Internasional.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Organisasi Hidrografi Internasional
page 1 of 2 Next Last »