Digitalisasi Kontruksi

Strategi Digital Construction Pasca Pandemi: Menyambut Era Konstruksi Cerdas dan Efisien

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 16 Mei 2025


Pendahuluan: Digitalisasi sebagai Keniscayaan di Era Rebound

 

Pandemi Covid-19 bukan hanya menguji ketahanan industri konstruksi Indonesia, tapi juga membuka ruang untuk refleksi dan transformasi. Ketika protokol kesehatan membatasi aktivitas fisik, proyek konstruksi harus tetap berjalan. Dalam kondisi itulah, digital construction menjadi bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan.

 

Penelitian dari Universitas Hindu Indonesia ini mengangkat bagaimana strategi penerapan digital construction dapat meningkatkan efektivitas proyek pada masa rebound, yaitu saat fase pemulihan setelah pandemi mulai mereda. Dengan studi pada 31 paket proyek LPSE di Bali, penelitian ini menyajikan pendekatan kuantitatif menggunakan analisis SWOT yang teruji secara valid dan reliabel.

 

Konteks Penelitian: Mengatasi Dampak Pandemi dengan Inovasi Digital

 

Selama pandemi, proyek konstruksi menghadapi berbagai hambatan: keterlambatan akibat PSBB, kesulitan pengadaan material, hingga krisis tenaga kerja. Namun, pandemi juga mendorong percepatan adopsi teknologi digital sebagai cara untuk mengurangi kontak fisik, mempercepat komunikasi, dan meningkatkan efisiensi.

 

Dalam studi ini, peneliti menggunakan SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penerapan digitalisasi, dilengkapi dengan kuesioner terhadap 71 responden yang berasal dari pelaksana proyek seperti manajer proyek dan mandor.

 

Temuan Utama: Kekuatan dan Peluang Jadi Kunci Strategi

 

Dari hasil pengolahan data, strategi paling kuat adalah strategi SO (Strength-Opportunity), yaitu memanfaatkan kekuatan internal untuk meraih peluang eksternal. Hasil skor tertinggi strategi ini mencapai 5,43—lebih unggul dibanding strategi lainnya seperti ST (3,80), WO (4,19), dan WT (2,56).

 

Berikut ringkasan kekuatan dan peluang yang menjadi dasar strategi agresif ini:

 

  • Kekuatan Internal:

Dukungan anggaran untuk adopsi teknologi digital (skor bobot: 0,10)

SDM yang siap digital dan koordinatif

Tim proyek yang sinergis dalam penggunaan perangkat lunak

Sistem pengawasan yang adaptif terhadap risiko Covid-19

 

 

  • Peluang Eksternal:

Dukungan regulasi pemerintah (Permen PUPR)

Kepercayaan dari pemilik proyek terhadap metode digital

Kolaborasi dengan pemasok berbasis teknologi digital

 

Strategi ini tidak hanya mengandalkan adopsi teknologi, tapi juga membangun fondasi kolaboratif dan kepercayaan, yang terbukti krusial dalam menyukseskan proyek di masa tidak menentu.

 

Kelemahan dan Ancaman: Masih Perlu Dihadapi dengan Strategi W-T

 

Meski ada banyak kekuatan dan peluang, beberapa kelemahan dan ancaman masih membayangi keberhasilan transformasi digital ini, di antaranya:

 

  • Kelemahan:

Kesulitan mengatur shift kerja berbasis data digital

Proses pengadaan material digital belum maksimal, terutama dari luar daerah

Peralatan digital canggih belum sesuai dengan kondisi lapangan

 

  • Ancaman:

Digitalisasi belum cukup mengatasi keterlambatan proyek

Koordinasi virtual masih menjadi tantangan bagi tim proyek

Kondisi pasar konstruksi yang lesu membuat peluang proyek baru makin terbatas

 

Untuk mengatasinya, strategi W-T seperti peningkatan pelatihan tim, penggunaan sistem fleksibel, dan penguatan koordinasi lintas aktor proyek disarankan.

 

Data dan Statistik: Bukti Kuat dari Lapangan

 

Beberapa angka yang mendukung keakuratan analisis ini:

  • Nilai reliabilitas kuesioner (Cronbach’s Alpha) mencapai 0,894, menunjukkan instrumen yang sangat andal.
  • Total bobot faktor internal = 1.0, total skor IFAS (internal factors) = 4.12
  • Total skor EFAS (eksternal factors) = 3.87
  • Koordinat SWOT berada di kuadran (0,62; 0,81), mengindikasikan posisi ideal untuk strategi agresif

 

Hal ini menegaskan bahwa perusahaan konstruksi berada dalam posisi menguntungkan untuk transformasi digital, asal strategi dilakukan dengan terarah dan terukur.

 

Nilai Tambah dan Opini: Digitalisasi Bukan Sekadar Alat, Tapi Paradigma

 

Yang menarik dari studi ini adalah penekanannya bahwa digitalisasi bukan sekadar soal aplikasi atau perangkat keras, melainkan transformasi mindset. Digital construction menuntut kemampuan komunikasi digital, literasi data, dan manajemen informasi secara terintegrasi.

 

Sebagai perbandingan, di Inggris, penerapan sistem seperti Viewpoint for Projects dan FieldView telah menunjukkan efisiensi waktu dokumentasi proyek hingga 40%. Artinya, Indonesia punya potensi serupa jika sistem disiapkan secara komprehensif.

 

Namun, perlu dicatat bahwa banyak daerah di luar Bali mungkin tidak seberuntung dalam hal kesiapan SDM atau infrastruktur digital. Oleh karena itu, pendekatan bertahap, dimulai dari pelatihan berbasis proyek dan pemilihan teknologi yang sesuai konteks lokal, menjadi sangat penting.

 

Rekomendasi Praktis dari Hasil Penelitian

 

Penelitian ini memberikan empat rekomendasi utama bagi kontraktor dan pemangku kepentingan konstruksi:

 

1. Maksimalkan Anggaran untuk Teknologi Digital:

Investasi perangkat dan software harus dilihat sebagai kebutuhan pokok, bukan biaya tambahan.

 

2. Tingkatkan Kompetensi SDM Digital:

Pelatihan tentang perangkat lunak BIM, project management, dan komunikasi virtual menjadi krusial.

 

3. Jaga Kepercayaan Owner:

Proyek digital yang transparan dan akuntabel akan meningkatkan kepercayaan dari pemilik proyek, mempercepat persetujuan dan pencairan dana.

 

4. Bangun Ekosistem Kolaboratif:

Mitra kerja dan pemasok harus diajak dalam sistem digital yang terintegrasi untuk memastikan efisiensi pasokan dan mutu material.

 

Kesimpulan: Digital Construction Bukan Masa Depan, Tapi Masa Kini

 

Strategi agresif berbasis kekuatan internal dan peluang eksternal terbukti menjadi pendekatan terbaik dalam menerapkan digitalisasi konstruksi di masa rebound. Penelitian ini menjadi rujukan penting bagi pelaku industri yang ingin keluar dari stagnasi pasca pandemi dengan pendekatan berbasis data, kolaborasi, dan teknologi.

 

Jika didukung kebijakan publik yang konsisten dan dukungan infrastruktur digital, industri konstruksi Indonesia dapat menyaingi negara-negara maju dalam waktu dekat. Dan masa rebound ini adalah titik awalnya.

 

Sumber:

Indriani, M. N., Widnyana, I. N. S., & Laintarawan, I. P. (2023). Strategi Penerapan Efektivitas Digital Construction di Masa Rebound. Teras Jurnal: Jurnal Teknik Sipil, Vol 13 No 02.

DOI: http://dx.doi.org/10.29103/tj.v13i2.934

Selengkapnya
Strategi Digital Construction Pasca Pandemi: Menyambut Era Konstruksi Cerdas dan Efisien
page 1 of 1