Arsitektur

Mengapa Kita Perlu Melibatkan Arsitek dan Desainer dalam Strategi Ketahanan Bencana Global

Dipublikasikan oleh Raihan pada 01 November 2025


Resensi Riset: Desain dan Ketahanan Bencana: Menuju Peran Desain dalam Mitigasi dan Pemulihan Bencana

Studi ini, yang berjudul "Design and Disaster Resilience: Toward a Role for Design in Disaster Mitigation and Recovery," oleh Esther Charlesworth dan John Fien, menyajikan argumen krusial mengenai peran disiplin desain—khususnya arsitektur, perencanaan kota, dan arsitektur lanskap—dalam mengatasi kompleksitas bencana alam maupun non-alam, baik sebelum maupun sesudah terjadi. Inti dari penelitian ini adalah mengisi kesenjangan kritis dalam pengetahuan dan praktik dengan mengintegrasikan wacana dan praktik desain ke dalam strategi mitigasi risiko bencana (DRR) dan pemulihan jangka panjang.

Jalur Logis Perjalanan Temuan

Penelitian ini berangkat dari pengamatan mengenai peningkatan frekuensi dan intensitas bencana global, yang telah menyebabkan kerugian besar—melebihi USD 5.200 miliar sejak tahun 1980, dengan USD 150 miliar hanya pada tahun 2019. Selain kerugian finansial, intensitas bencana juga menggandakan jumlah pengungsi; bencana yang dilaporkan pada tahun 2019 telah menggusur 24,9 juta orang secara global, tiga kali lipat jumlah yang disebabkan oleh konflik. Meskipun skala kehilangan ini jelas, masalah utamanya, menurut Cadman (2020), adalah bagaimana membuat komunitas lebih tangguh.

Studi ini menemukan bahwa pendekatan yang dominan dalam penanganan bencana cenderung berfokus pada elemen individu dalam sistem, seperti pembangunan tanggul atau batas api, yang seringkali tidak memadai untuk mengatasi kerentanan sistemik yang mendasarinya. Kerentanan ini, seperti pola permukiman yang tidak aman dan desain bangunan yang tidak tepat di daerah rawan bencana, sering kali berakar pada masalah desain lingkungan binaan. Studi rekonstruksi pasca-tsunami Aceh 2004 di Sri Lanka, misalnya, menemukan bahwa desain kota yang buruk bertanggung jawab atas pembangunan kembali desa di lokasi yang tidak aman dan minim infrastruktur dasar.

Para penulis berargumen bahwa desain terintegrasi dengan analisis sistem dapat menawarkan "jendela inovatif" untuk memahami kompleksitas DRR dan menjadi "jembatan konseptual" menuju cara-cara baru untuk membangun ketahanan sosio-ekonomi dan fisik. Mereka mengadopsi konsep 'pemikiran desain' (design thinking), yang sangat cocok untuk mengatasi 'masalah pelik' (wicked problems) yang kompleks dan tidak pasti. Pemikiran desain melibatkan dua proses iteratif: (i) mengidentifikasi dan merumuskan masalah dengan memahami hubungan sistemik, dan (ii) mengembangkan serta menguji solusi alternatif.

Namun, temuan kunci dari paper ini adalah bahwa keterampilan arsitek, perencana kota, dan arsitek lanskap jarang dimanfaatkan dalam mitigasi dan pemulihan bencana, meskipun mereka memiliki kapasitas untuk mengembangkan respons spasial terpadu. Hal ini diperburuk oleh sedikitnya perhatian dalam pendidikan desain untuk melengkapi keterampilan pemecahan masalah kreatif dengan pemahaman kontekstual dan sistemik manajemen bencana. Akibatnya, jumlah arsitek yang siap untuk merespons dalam situasi tersebut masih sangat rendah.

Untuk menjawab kesenjangan ini, studi ini menyoroti lima tema inti dari riset yang melibatkan arsitek kemanusiaan, yang menggarisbawahi potensi desain:

  1. Set Keterampilan Praktis: Arsitek membawa pemahaman interdisipliner tentang sains, teknologi, material, dan perspektif spasial tentang sistem dan pola.
  2. Nilai Estetika dan Psikologis: Kemampuan untuk menciptakan keindahan bahkan di lingkungan yang paling tidak terduga, yang menambah nilai nyata bagi individu dan komunitas yang tertekan secara psikologis setelah bencana.
  3. Kesetaraan: Kaum miskin, terpinggirkan, dan tertekan berhak mendapatkan manfaat dari arsitektur yang baik sama seperti, atau bahkan lebih dari, kaum istimewa.
  4. Kebutuhan Kontekstual: Tidak ada solusi 'satu ukuran untuk semua'; skema yang paling sukses didasarkan pada konsultasi intensif dengan masyarakat lokal, penggunaan material dan sistem konstruksi lokal, serta mempekerjakan masyarakat lokal.
  5. Kesenjangan Pendidikan: Pendidikan desain saat ini belum mendukung bidang desain tangguh bencana; sebagian besar arsitek yang diwawancarai datang ke bidang ini karena nilai-nilai pribadi, bukan kurikulum profesional.

Studi ini kemudian memberikan kasus praktik melalui studi studio desain pascasarjana di Hội An, Vietnam, yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas adaptasi lingkungan binaan terhadap perubahan iklim. Studi ini melibatkan proses analitis dan desain yang mencakup pemahaman sistem, analisis kerentanan, dan perancangan adaptasi.

Temuan ini menunjukkan perlunya reorientasi pendidikan desain agar memasukkan konsep inti manajemen risiko bencana, seperti kerentanan, ketahanan kota, adaptasi perubahan iklim, dan perencanaan berbasis risiko. Hal ini menunjukkan hubungan kuat antara integrasi sistem dan pemikiran desain dan hasil ketahanan bencana yang konkret, yang diejawantahkan dalam desain rekomendasi untuk Hội An—misalnya, penggunaan sistem katrol untuk mengamankan harta benda saat banjir, konstruksi dua lantai, dan penanaman bakau sebagai penyangga alam. Hasil dari studio ini menunjukkan potensi kuat untuk objek penelitian baru, karena mayoritas mahasiswa yang terlibat dalam kursus tersebut kini berprofesi di bidang pembangunan dan bencana, menunjukkan tingkat keberhasilan vokasional yang tinggi.

Kontribusi Utama terhadap Bidang 🏛️

Kontribusi utama paper ini adalah penyediaan dasar teoritis dan bukti empiris untuk meningkatkan peran desain dalam manajemen bencana, yang selama ini terabaikan. Studi ini secara sistematis menjembatani kesenjangan praktik-teori dalam bidang manajemen bencana:

  • Wawasan Konseptual: Menekankan bahwa desain, melalui analisis sistem dan pemikiran desain, menawarkan jalan untuk revisi utama dalam teori bencana, memindahkan fokus dari elemen diskrit ke solusi interdisipliner dan sistemik yang diperlukan untuk 'masalah pelik'.
  • Kritik Praktik: Mengkritik budaya 'pengiriman produk' yang menghasilkan pendekatan 'satu ukuran untuk semua' dalam perumahan pasca-bencana, yang sering mengabaikan aspirasi lokal dan konteks teknologi perumahan setempat.
  • Pembaruan Kurikulum: Menyediakan kerangka kerja pedagogis melalui studi kasus master's degree di Vietnam (MoDDD), yang mengintegrasikan pengetahuan konseptual, etika, dan operasional, serta keterampilan abad ke-21 yang dapat dipindahtangankan untuk bidang kemanusiaan. Secara implisit, paper ini berfungsi sebagai cetak biru kurikuler untuk program pascasarjana dan profesional di masa depan.

Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka 🧐

Meskipun paper ini memberikan kerangka kerja yang kuat, ia memiliki keterbatasan yang membuka jalan bagi penelitian ke depan:

  • Generalisasi Kasus: Studi kasus yang disajikan (Hội An, Vietnam) adalah tunggal, dan meskipun kaya akan detail, potensi untuk generalisasi yang bermakna ke konteks budaya dan kerentanan yang berbeda (misalnya, gempa bumi versus badai siklon) masih belum jelas.
  • Metrik Dampak Jangka Panjang: Meskipun studi kasus Hội An menunjukkan desain yang direkomendasikan dan keberhasilan penempatan kerja mahasiswa, tidak ada data kuantitatif jangka panjang mengenai efektivitas aktual desain yang diusulkan (misalnya, pengurangan kerugian setelah bencana nyata) atau dampak terukur dari kurikulum yang diubah pada kepemimpinan di lapangan.
  • Hambatan Kelembagaan/Politik: Paper ini mencatat keengganan untuk mempekerjakan desainer dan kurangnya perhatian dalam pendidikan. Namun, paper ini tidak secara mendalam membahas hambatan kelembagaan dan politik spesifik yang mencegah organisasi pemerintah/LSM memprioritaskan dan mendanai intervensi desain sistemik, atau bagaimana mengatasi 'konservatisme bawaan' dalam gelar desain.

5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan

Untuk komunitas akademik, peneliti, dan penerima hibah riset, lima rekomendasi riset berkelanjutan berikut ini harus menjadi fokus strategis:

1. Studi Perbandingan Lintas-Budaya tentang Pendekatan "Satu Ukuran untuk Semua"

  • Justifikasi Ilmiah: Paper ini mengidentifikasi pendekatan 'satu ukuran untuk semua' dalam perumahan pasca-bencana sebagai kegagalan kritis yang disebabkan oleh budaya pengiriman produk, yang mengabaikan kebutuhan lokal.
  • Riset yang Direkomendasikan: Sebuah studi komparatif kuantitatif yang menguji korelasi antara tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam desain perumahan (variabel independen) dan tingkat pemanfaatan perumahan serta kepuasan penghuni/ketahanan fungsional perumahan (variabel dependen). Studi ini harus membandingkan proyek-proyek di setidaknya tiga zona risiko bencana utama yang berbeda (misalnya, Asia Pasifik, Amerika Latin, Afrika Sub-Sahara) untuk mengatasi keterbatasan generalisasi kasus tunggal.

2. Validasi Kuantitatif Kerangka Kerja Pendidikan Desain Tangguh Bencana

  • Justifikasi Ilmiah: Paper ini mengusulkan kurikulum dan prinsip pedagogis, seperti integrasi pemikiran sistem dan desain, namun tidak memvalidasi kerangka kerja ini secara kuantitatif.
  • Riset yang Direkomendasikan: Sebuah studi longitudinal, menggunakan metode campuran, untuk mengukur kompetensi desainer pascasarjana (variabel dependen) yang lulus dari program yang mengintegrasikan pedagogi desain tangguh bencana versus program tradisional. Variabel harus mencakup skor kinerja dalam situasi simulasi bencana dan survei persepsi diri terhadap kemahiran etika dan sosial yang diidentifikasi oleh Evans (2015).

3. Analisis Biaya-Manfaat Holistik (H-CBA) Intervensi Desain Spasial

  • Justifikasi Ilmiah: Meskipun desain spasial diakui sebagai inti dari DRR , pengambilan keputusan organisasi pemulihan didominasi oleh pertimbangan kecepatan dan ekonomi, yang mengarah pada solusi universal.
  • Riset yang Direkomendasikan: Pengembangan dan penerapan model Analisis Biaya-Manfaat Holistik (H-CBA) yang mengkuantifikasi nilai moneter dari manfaat psikologis, estetika, dan sosial-budaya yang dibawa oleh desain berkualitas tinggi pasca-bencana (variabel independen) selain pengurangan kerugian fisik. Ini harus memberikan data yang dapat digunakan oleh pemerintah dan LSM untuk secara ilmiah membenarkan pendanaan untuk 'arsitektur kemanusiaan'.

4. Studi Mekanisme Transisi dari Pendidikan ke Kebijakan

  • Justifikasi Ilmiah: Kesenjangan yang signifikan tetap ada karena desainer yang terampil jarang dipekerjakan dalam manajemen risiko bencana.
  • Riset yang Direkomendasikan: Penelitian kualitatif yang mendalam (menggunakan wawancara semi-terstruktur) dengan pembuat kebijakan senior dan manajer program di organisasi utama kemanusiaan dan pembangunan (IFRC, UNHCR, UN-Habitat, dan badan pemerintah). Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi hambatan prosedural dan persepsi yang menghambat perekrutan arsitek/perencana, serta untuk merancang protokol 'spatial agency' formal untuk integrasi mereka di tingkat kebijakan.

5. Pemodelan Sistem Ketahanan Spasial (SSR)

  • Justifikasi Ilmiah: Pendekatan dominan yang fokus pada elemen individu tidak cocok untuk mengurangi kerentanan sistem. Desain harus terintegrasi dengan analisis sistem untuk memahami koneksi yang kompleks.
  • Riset yang Direkomendasikan: Pengembangan Model Pemodelan Sistem Ketahanan Spasial (SSR) yang menggunakan pemodelan dinamika sistem untuk memprediksi efek berantai jangka panjang (positif dan negatif) dari intervensi desain spasial skala besar (misalnya, kebijakan tata ruang ruang terbuka, zonasi ketinggian bangunan) di daerah perkotaan yang rentan. Variabel harus mencakup kepadatan bangunan, permeabilitas tanah, dan risiko limpasan air.

Ajakan Kolaboratif

Penelitian lebih lanjut harus melibatkan institusi seperti Harvard Humanitarian Initiative, IFRC, dan UN-Habitat, serta sekolah-sekolah arsitektur dan perencanaan yang berpikiran maju (seperti yang berpartisipasi dalam simposium Eropa), untuk memastikan keberlanjutan dan validitas hasil yang dapat diterapkan secara global.

Baca paper aslinya di sini

 

Selengkapnya
Mengapa Kita Perlu Melibatkan Arsitek dan Desainer dalam Strategi Ketahanan Bencana Global

Arsitektur

Apa Saja Kerja Seorang Teknolog Arsitek?

Dipublikasikan oleh Anisa pada 26 Maret 2025


Teknolog arsitektur, yang juga dikenal sebagai teknolog bangunan, memberikan layanan desain teknis untuk bangunan dan memiliki pelatihan dalam teknologi arsitektur, desain teknis bangunan, dan konstruksi.

Seorang teknologi arsitektur profesional menerapkan prinsip-prinsip arsitektur dan sering berfokus pada teknologi bangunan, desain teknis, dan konstruksi. Pelatihan mereka memfokuskan pada aspek teknis yang kompleks dalam proyek bangunan, sambil tetap mempertimbangkan aspek non-teknis seperti estetika, ruang, cahaya, dan sirkulasi dalam desain teknis. Mereka terlibat dalam pengambilan keputusan yang mencakup berbagai aspek proyek bangunan dan dapat menangani negosiasi proyek konstruksi serta mengelola seluruh proses dari konsep hingga penyelesaian.

Sebagian besar teknolog arsitektur bekerja di firma arsitektur dan teknik atau di lembaga pemerintah setempat. Namun, beberapa juga menawarkan layanan profesional secara independen langsung kepada klien mereka, walaupun terkadang dibatasi oleh hukum di beberapa negara. Sejumlah lainnya bekerja di bidang pengembangan produk atau penjualan dengan produsen.

Di beberapa negara, seperti Inggris, Irlandia, Swedia, Denmark, Hong Kong, Kanada, dan Argentina, teknolog arsitektur memiliki berbagai keterampilan yang sangat diperlukan dalam bidang teknologi untuk bekerja sama dengan arsitek, insinyur, dan profesional lainnya. Pelatihan yang diberikan kepada teknolog arsitektur memberikan keterampilan dalam teknologi bangunan dan arsitektur, menjadikannya peran yang penting dalam lingkungan pembangunan saat ini. Mereka dapat menjadi direktur atau pemegang saham dalam sebuah firma arsitektur, asalkan diizinkan oleh yurisdiksi dan struktur hukum setempat. Untuk menjadi Ahli Teknologi Arsitektur, seseorang harus memiliki gelar empat tahun (atau setara) di bidang Teknologi Arsitektur (biasanya diploma tiga tahun di Kanada), yang kemudian dapat diikuti dengan gelar Master, pengalaman profesional, dan pekerjaan terstruktur.

Tugas teknolog arsitek berdasarkan negara

Asosiasi Ahli Teknologi Arsitektur Ontario (AATO) didirikan pada tahun 1969 di provinsi Ontario. Ahli Teknologi Arsitektur, Ahli Teknologi Bangunan Terdaftar, Teknisi Arsitektur, Teknisi Bangunan Terdaftar, dan padanannya dalam bahasa Prancis adalah empat gelar yang kini dimiliki Asosiasi. Asosiasi mengakui siswa dan menawarkan anggotanya program magang yang menggabungkan pendidikan dengan pengalaman kerja dunia nyata. Keanggotaan kami berpartisipasi dalam semua aspek sektor konstruksi dan sering bekerja sebagai tim profesional di berbagai proyek.

Royal Institute of the Architects of Ireland (RIAI) mengklaim sebagai asosiasi profesional terbaik untuk ahli teknologi arsitektur di Republik Irlandia. Ahli Teknologi Arsitektur profesional diakui oleh RIAI sebagai perancang teknis yang mahir menggunakan dan mengintegrasikan teknologi konstruksi ke dalam proses desain arsitektur. Di Republik Irlandia dan di seluruh dunia, arsitek dan Ahli Teknologi Arsitektur RIAI diakui sebagai kolaborator profesional dalam penciptaan struktur yang luar biasa. Meskipun demikian, Institut Arsitek Kerajaan Irlandia selalu melarang anggota teknisnya menawarkan layanan arsitektur yang komprehensif. Karena "RIAI bertindak sebagai Badan Registrasi dan Otoritas Kompeten untuk "Arsitek" di Irlandia dan hanya menyediakan layanan dukungan untuk AT Irlandia," banyak ahli teknologi arsitektur yang berkualifikasi merasa bahwa terdapat konflik kepentingan dan bahwa organisasi tersebut tidak dapat membela kepentingan secara efektif. ahli teknologi arsitektur.

Institut Teknologi Arsitektur Afrika Selatan, atau SAIAT, mengawasi profesi ini di Afrika Selatan. Ahli teknologi arsitektur senior yang telah bekerja selama sepuluh tahun atau lebih diberikan status yang sama dengan arsitek. “Arsitektur dapat dipraktekkan di salah satu dari empat kategori orang yang terdaftar, yaitu arsitek profesional, ahli teknologi arsitektur senior profesional, ahli teknologi profesional, atau juru gambar profesional,” menurut Institut Arsitek Afrika Selatan (SAIA). Peraturan tersebut memberikan potensi kemajuan dari satu kategori ke kategori berikutnya."

Ahli teknologi arsitektur sewaan memiliki kedudukan yang sama dengan arsitek di Inggris. Mereka memiliki fokus yang berbeda namun memberikan layanan yang sebanding. Profesi ini diatur oleh Chartered Institute of Architectural Technologists, atau CIAT. Berikut ini adalah bagaimana CIAT mendefinisikan ahli teknologi arsitektur sewaan: Ahli Teknologi Arsitektur Chartered memberikan solusi dan layanan yang berkaitan dengan desain arsitektur. Mereka berperan sebagai perantara antara ide dan konstruksi serta ahli dalam ilmu arsitektur, desain bangunan, dan konstruksi. Mereka mengawasi seluruh proses dari awal hingga penyelesaian dan menegosiasikan proyek konstruksi. Dalam bisnis konstruksi, Chartered Architectural Technologists, atau MCIAT, dapat bekerja sendiri atau bekerja sama dengan MCIAT lain, arsitek, insinyur, surveyor, dan pakar lainnya. Jika mereka memberikan layanan secara langsung kepada pelanggan, mereka harus memperoleh dan memelihara Asuransi Ganti Rugi Profesional (PII) yang diperlukan sebagai profesional yang terikat oleh Kode Etik. Mereka menggunakan literatur perdagangan, Katalog Standar Arsitek, Indeks Barbour, dan Pemilih Produk RIBA untuk menentukan produk.

Disadur dari:

https://en.wikipedia.org

Selengkapnya
Apa Saja Kerja Seorang Teknolog Arsitek?

Arsitektur

Peran Arsitek dalam Masyarakat

Dipublikasikan oleh Anisa pada 26 Maret 2025


Pengaruh seorang arsitek yang menarik dan kreatif dalam dunia desain tidak hanya menciptakan bangunan fisik, tetapi juga menanamkan jiwa dan karakter dalam setiap konsepnya. Mereka adalah seniman dan insinyur sekaligus, menggabungkan keahlian teknis dengan daya imajinasi yang luar biasa.

Secara definisi, seorang arsitek adalah individu yang merencanakan, mendesain, dan mengawasi pembangunan bangunan. Praktik arsitektur melibatkan pemberian layanan terkait desain bangunan dan ruang di sekitar bangunan yang digunakan oleh manusia atau memiliki tujuan utama sebagai tempat tinggal. Secara etimologis, kata arsitek berasal dari bahasa Latin "architectus", yang berasal dari bahasa Yunani (arkhi-, kepala + tekton, pembangun), artinya kepala pembangun.

Persyaratan profesional untuk arsitek bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Keputusan seorang arsitek memiliki dampak pada keselamatan publik, sehingga arsitek harus menjalani pelatihan khusus yang mencakup pendidikan tingkat lanjut dan praktikum (atau magang) untuk pengalaman praktis demi memperoleh lisensi praktik arsitektur. Persyaratan praktis, teknis, dan akademis untuk menjadi arsitek berbeda-beda di berbagai yurisdiksi, meskipun studi formal arsitektur di institusi akademis memegang peran sentral dalam perkembangan profesi ini.

Sepanjang sejarah kuno dan abad pertengahan, sebagian besar desain arsitektur dan konstruksi dilakukan oleh pengrajin, seperti tukang batu dan tukang kayu, yang kemudian naik peran menjadi master builder. Hingga zaman modern, tidak ada perbedaan yang jelas antara arsitek dan insinyur. Di Eropa, gelar arsitek dan insinyur pada dasarnya adalah variasi geografis yang merujuk pada orang yang sama, sering digunakan secara bergantian.

Pengaruh seorang arsitek yang menarik dan kreatif dalam dunia desain tidak hanya menciptakan bangunan fisik, tetapi juga menanamkan jiwa dan karakter dalam setiap konsepnya. Mereka adalah seniman dan insinyur sekaligus, menggabungkan keahlian teknis dengan daya imajinasi yang luar biasa.

Dalam profesi arsitektur, pengetahuan teknis dan lingkungan, desain, serta manajemen konstruksi memerlukan pemahaman bisnis selain desain. Namun, desain merupakan kekuatan pendorong sepanjang proyek dan setelahnya. Seorang arsitek menerima tugas dari seorang klien, dimana tugas tersebut mungkin melibatkan penyusunan laporan kelayakan, audit bangunan, merancang satu atau beberapa bangunan, struktur, dan ruang. Arsitek berpartisipasi dalam mengembangkan kebutuhan yang diinginkan klien dalam bangunan tersebut. Sepanjang proyek (dari perencanaan hingga pemakaian), arsitek mengkoordinasikan tim desain. Insinyur struktural, mekanikal, dan listrik dipekerjakan oleh klien atau arsitek, yang harus memastikan bahwa pekerjaan tersebut dikoordinasikan untuk membangun desain.

Disadur dari: https://en.wikipedia.org/wiki/Architect

Selengkapnya
Peran Arsitek dalam Masyarakat

Arsitektur

Persyaratan Profesional bagi Arsitek

Dipublikasikan oleh Anisa pada 25 Maret 2025


Persyaratan profesional bagi arsitek bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, namun umumnya terdiri dari tiga elemen: gelar universitas atau pendidikan tingkat lanjut, periode magang atau pelatihan di kantor, dan ujian untuk registrasi dengan yurisdiksi tertentu.

Profesional yang terlibat dalam desain dan pengawasan proyek konstruksi tidak selalu memiliki pelatihan di program arsitektur terpisah dalam pengaturan akademis yang terjadi sebelum abad ke-19. Sebaliknya, mereka biasanya menyandang gelar Master Builder, atau survei, setelah mengabdi selama beberapa tahun sebagai magang (seperti Sir Christopher Wren). Studi formal arsitektur di lembaga akademis memainkan peran kunci dalam perkembangan profesi secara keseluruhan, menjadi pusat perhatian untuk kemajuan dalam teknologi dan teori arsitektur.

Persyaratan profesional bagi arsitek menunjukkan keragaman yang signifikan dan bergantung pada peraturan yang berlaku di setiap negara. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, seseorang perlu meraih gelar sarjana dalam arsitektur dari universitas terakreditasi, mengikuti masa magang di bawah bimbingan arsitek berlisensi, serta lulus ujian registrasi arsitektur (Architect Registration Examination) dan memenuhi syarat lisensi yang ditetapkan oleh otoritas setempat.

Inggris

Proses pemberian lisensi arsitek di Inggris melibatkan langkah-langkah seperti pendaftaran sebagai mahasiswa arsitektur di Royal Institute of British Architects (RIBA), menjalani periode pengalaman kerja dengan supervisi arsitek berlisensi, dan mengikuti ujian akhir praktis (Part 3) untuk mendapatkan pendaftaran penuh sebagai arsitek. Di Jerman, persyaratan mencakup memperoleh gelar sarjana dalam arsitektur, menyelesaikan pelatihan praktis di kantor arsitektur, dan berhasil lulus ujian arsitek negara (Architektenprüfung).

Prancis

Proses serupa terjadi di Prancis, di mana calon arsitek harus memperoleh Diplome d'État d'architecte (DEA) atau setara, menyelesaikan periode praktik profesional dengan supervisi, dan lulus ujian profesional (Examen d'État d'architecte). Sementara di Australia, prosesnya melibatkan meraih gelar sarjana dalam arsitektur atau setara, memperoleh pengalaman kerja dengan supervisi arsitek berlisensi, dan lulus ujian arsitektur negara atau teritori untuk mendapatkan lisensi. Merupakan suatu kebijaksanaan bagi calon arsitek untuk selalu memeriksa persyaratan terkini yang berlaku dan merujuk ke badan pengatur arsitektur setempat.

Jerman

Hanya mereka yang terdaftar di Kamar Arsitek provinsi (Architektenkammer http://www.architektenkammern.net/) yang secara hukum berhak menggunakan gelar arsitek di Jerman. Untuk berpraktik sebagai arsitek profesional, seseorang harus diterima di Kamar Arsitek Jerman. Perencana kota, arsitek lanskap, dan desainer interior juga terdaftar di kamar ini.(https://www.thueringen-architekten.de/english/)

Keberhasilan menyelesaikan program arsitektur empat tahun, pendidikan profesional berkelanjutan, dan pengalaman praktis bertahun-tahun di bawah arsitek terdaftar adalah tiga syarat utama untuk pendaftaran, yang berbeda-beda menurut ruangannya. Domisili atau tempat kerja arsitek menjadi dasar pendaftarannya pada kamar arsitek.

India

Arsitek harus mendaftar ke Dewan Arsitektur, yang didirikan oleh pemerintah India sesuai dengan Undang-Undang Arsitek tahun 1972, untuk terlibat dalam praktik profesional di India. Peraturan Arsitek tahun 1989 (sebagaimana direvisi pada tahun 2003) mengatur praktik arsitektur.

Layanan pendaftaran COA juga menawarkan akreditasi kepada sekolah-sekolah yang menawarkan gelar arsitektur, yang berdurasi minimal lima tahun dan memerlukan pengalaman profesional 16 minggu kerja (satu semester). Ada sekitar 280 institusi di India yang menyediakan pendidikan arsitektur dan memberikan kredensial yang diakui. Ini termasuk lembaga otonom, universitas yang dianggap, perguruan tinggi/sekolah yang berafiliasi, dan perguruan tinggi/departemen konstituen dari universitas. Persamaan hak diakui oleh hukum India bagi insinyur sipil bersertifikat yang memiliki dokumen yang diperlukan. Kurikulum sarjana empat tahun di bidang teknik sipil tidak mencakup pengalaman profesional apa pun.

Amerika Serikat

Mereka yang ingin menjadi arsitek berlisensi di AS harus memenuhi kualifikasi yang ditetapkan oleh negara bagian atau otoritas masing-masing. Dewan Dewan Pendaftaran Arsitektur (NCARB) yang berskala nasional membuat dan mengawasi program nasional bagi pemohon yang mencari izin arsitektur, namun setiap yurisdiksi bertanggung jawab untuk mengawasi profesi arsitektur dalam batas-batasnya. Dewan perizinan arsitektur di seluruh 50 negara bagian, Distrik Columbia, Guam, Puerto Riko, Kepulauan Mariana Utara, dan Kepulauan Virgin AS terdiri dari NCARB nirlaba, yang didirikan pada tahun 1919. Selain itu, asosiasi ini membantu para arsitek dalam memperluas profesional mereka cakrawala dengan menawarkan Sertifikat NCARB, sertifikat yang mengizinkan lisensi internasional, memberikan akses terhadap pendidikan berkelanjutan gratis, dan banyak lagi.

Disadur dari:

https://en.wikipedia.org

Selengkapnya
Persyaratan Profesional bagi Arsitek

Arsitektur

Mempelajari tentang Teknologi Arsitektur dan Praktiknya

Dipublikasikan oleh Anisa pada 25 Maret 2025


Teknologi arsitektur, juga dikenal sebagai teknologi bangunan, melibatkan penerapan teknologi dalam merancang bangunan. Ini merupakan bagian integral dari arsitektur dan teknik bangunan, dan terkadang dianggap sebagai disiplin atau subkategori yang berbeda. Seiring kemunculan industrialisasi pada abad ke-19 dan perkembangan material serta teknologi baru, muncul tantangan baru dalam desain dan metode konstruksi bangunan. Teknologi arsitektur terkait dengan berbagai elemen bangunan dan interaksi di antaranya, sejalan dengan kemajuan dalam ilmu konstruksi.

Dapat diringkas bahwa teknologi arsitektur adalah "penyelarasan desain teknis dan keahlian yang diterapkan dalam penggunaan serta integrasi teknologi konstruksi dalam proses perancangan bangunan." Atau dengan kata lain, ini mencakup "kemampuan untuk menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi faktor desain bangunan guna menciptakan efisiensi dan solusi desain teknis yang efektif sesuai dengan kriteria kinerja, produksi, dan pengadaan."

Ide-ide Vitruvius dianggap oleh banyak ahli dan profesional sebagai landasan teknologi arsitektur. Upaya Vitruvius untuk mengkategorikan jenis bangunan, gaya, bahan, dan teknik konstruksi berdampak pada perkembangan berbagai bidang, termasuk teknik struktur, teknologi arsitektur, teknik sipil, dan bidang lain yang telah membentuk kerangka konseptual desain arsitektur sejak abad ke-19. . Hubungan antara teknologi bangunan dan desain dapat ditelusuri kembali ke masa Pencerahan dan Revolusi Industri, ketika kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dipandang sebagai jalan ke depan dan ada keyakinan kuat akan kemajuan, menurut Stephen Emmitt. Ketika kuantitas dan kompleksitas teknologi meningkat, industri konstruksi mulai mengalami disintegrasi.”

Batu bata, batu, kayu, dan baja adalah satu-satunya bahan konstruksi yang tersedia hingga abad ke-20. Batu tulis dan ubin digunakan untuk atap, sedangkan timah dan terkadang tembaga digunakan untuk elemen atap hias dan aksen anti air. Beton digunakan oleh bangsa Romawi, namun sampai beton bertulang dikembangkan pada tahun 1849, beton hampir tidak pernah terdengar sebagai bahan konstruksi. Dengan dinding, lantai, dan atap yang dibangun dari beberapa komponen, termasuk struktur, insulasi, dan kedap air—sering kali sebagai lapisan atau elemen berbeda—bangunan modern jauh lebih rumit.

Teknologi arsitektur melibatkan penggabungan arsitektur, ilmu bangunan, dan teknik, yang diarahkan oleh batasan praktis, peraturan konstruksi, dan standar terkait dengan berbagai aspek seperti keselamatan, kinerja lingkungan, dan ketahanan terhadap api. Tim yang terlibat dalam praktik ini termasuk arsitek, ahli teknologi arsitektur, insinyur struktural, insinyur arsitektur/bangunan, serta pihak-pihak lain yang berkontribusi pada perubahan konsep menjadi realitas yang dapat dibangun. Produsen spesialis yang menghasilkan produk untuk konstruksi gedung juga turut terlibat dalam disiplin ini.

Dalam penerapannya, teknologi arsitektur dikembangkan, dipahami, dan diintegrasikan ke dalam struktur bangunan dengan menyusun gambar dan jadwal arsitektur. Penggunaan teknologi komputer saat ini melibatkan hampir semua jenis bangunan, kecuali yang paling sederhana. Penggunaan perangkat lunak desain berbantuan komputer (CAD) menjadi umum pada abad kedua puluh, memungkinkan pembuatan gambar yang sangat akurat yang dapat dibagikan secara elektronik. Sebagai contoh, rencana arsitektur dapat berfungsi sebagai dasar untuk merancang sistem listrik dan pendingin udara. Seiring dengan perkembangan desain, informasi dapat dibagikan di antara seluruh tim desain. Proses ini mencapai tingkat lebih lanjut dengan Building Information Modeling (BIM), yang menggunakan model tiga dimensi untuk menyatukan kontribusi dari berbagai disiplin ilmu guna menciptakan desain terintegrasi.

Disadur dari:

https://en.wikipedia.org

Selengkapnya
Mempelajari tentang Teknologi Arsitektur dan Praktiknya

Arsitektur

Apa itu Jalan Lingkungan?

Dipublikasikan oleh Anisa pada 24 Maret 2025


Jalan Lingkungan adalah jalan yang terletak di dalam suatu lingkungan perumahan atau berfungsi sebagai jalan servis untuk lingkungan perumahan. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, termasuk jalan nasional, provinsi, kabupaten, kota, dan desa.

Jalan nasional adalah jalan utama yang menghubungkan ibu kota provinsi dan jalan strategis nasional, termasuk jalan tol. Jalan provinsi menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten/kota atau antar ibu kota kabupaten/kota, dan merupakan jalan strategis provinsi. Jalan kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan, antaribu kota kecamatan, dan jalan strategis kabupaten. Jalan kota menghubungkan pusat pelayanan dalam kota, sedangkan jalan desa adalah jalan umum yang menghubungkan permukiman di dalam desa, termasuk jalan lingkungan.

Jalan umum juga dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya menjadi jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Jalan arteri melayani angkutan utama dengan perjalanan jarak jauh, sedangkan jalan kolektor melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan perjalanan jarak sedang. Jalan lokal melayani angkutan setempat dengan perjalanan jarak dekat, dan jalan lingkungan melayani angkutan lingkungan dengan perjalanan jarak dekat dan kecepatan rendah untuk kendaraan kecil.

Selain itu, konstruksi jalan lingkungan dapat dimulai dari jalan tanah yang berasal dari jalan setapak dan dapat ditingkatkan menjadi jalan kerikil, jalan aspal tipis, jalan Telford, jalan makadam, atau jalan paving block. Jalan paving block adalah jalan yang dibuat dengan menggunakan bahan paving block, yaitu campuran semen dan pasir yang dicetak dengan berbagai bentuk dan warna. Jenis paving block dapat disesuaikan dengan beban lalu lintas yang berbeda, seperti paving block dengan ketebalan 6 cm untuk pejalan kaki, 8 cm untuk beban lalu lintas sedang, dan 10 cm untuk beban lalu lintas berat seperti kendaraan tronton dan alat berat lainnya.

Konstruksi jalan lingkungan

Jalan tanah biasanya terletak di pinggir kali, di pedesaan, atau di gunung, dan terbentuk karena manusia mencari akses ke tempat lain. Setelah kaki menginjak permukaan tanah, tumbuhan atau tanaman mati, dan jalan tanah terbentuk. Tanaman atau tumbuhan di permukaan tanah juga dapat dibabat (dibersihkan) dengan pacul atau parang, kemudian diratakan dengan cangkul atau mesin perata agar mudah dilewati. Setelah itu, permukaan tanah dipadatkan dengan ditumbuk atau digilas dengan mesin gilas; pada saat ini, biasanya disiram air. Oleh karena itu, jalan tanah terbentuk.

Setelah itu, jalan tanah dapat diubah menjadi jalan kerikil. Ini dilakukan dengan membagi batu kerikil secara merata, membuatnya rata, dan kemudian memadatkannya. Pada proses pemadatan, air biasanya digunakan untuk memastikan bahwa kerikil menyatu dengan permukaan tanah.

Selanjutnya, jalan kerikil dapat diubah menjadi aspal tipis. Mula-mula, permukaan jalan diratakan dengan air, membuat kerikil licin, dan kemudian dipadatkan. Pemadatan biasanya dilakukan dengan mesin gilas selama 3 hingga 5 kali dan selalu disiram dengan air. Anda juga dapat menggunakan mesin penumbuk jalan.

Mulai dengan menyiram permukaan dengan aspal yang tidak terlalu tebal setelah permukaan kerikil rata dan padat dan kering (dibiarkan kering oleh matahari). Setelah batu diletakkan secara merata di atas pasir tipis. Setelah itu, permuakaan dapat dipadatkan dengan mesin gilas selama tiga hingga lima kali. Untuk memastikan bahwa aspal didak melekat pada permukaan roda mesin gilas, selalu berikan air ke permukaannya. Setelah jalan aspal tipis selesai untuk lalu lintas umum, roda kendaraan yang lewat dapat memadat lebih lanjut.

Disadur dari:

https://id.wikipedia.org

Selengkapnya
Apa itu Jalan Lingkungan?
page 1 of 15 Next Last »