Investasi Hijau Dorong Tata Kelola Air Berkelanjutan di Eropa

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

19 Juni 2025, 14.21

pixabay.com

Pendahuluan: Transisi Hijau Pasca Pandemi

Pandemi COVID-19 bukan hanya krisis kesehatan, tetapi juga momentum untuk reformasi struktural sektor air di Uni Eropa. Melalui skema Recovery and Resilience Facility (RRF) senilai €648 miliar, UE menyelaraskan pemulihan ekonomi dengan agenda transisi hijau, termasuk penguatan manajemen air berkelanjutan yang mendukung SDG 6 dan mitigasi perubahan iklim. Dokumen yang diterbitkan oleh European Parliamentary Research Service (2024) ini membahas bagaimana 15 negara anggota UE mengalokasikan dana pemulihan mereka untuk reformasi dan investasi air senilai lebih dari €12,9 miliar.

Latar Belakang: Tantangan Ketimpangan Akses dan Krisis Iklim

Walaupun sebagian besar penduduk UE memiliki akses air bersih, laporan mencatat masih ada ketimpangan regional dan musiman, serta 61 kasus pelanggaran lingkungan aktif terkait air di seluruh Eropa pada Juli 2024. Krisis iklim memperparah tekanan air, dengan kekeringan bahkan terjadi di wilayah lembab seperti Jerman dan Belgia. Indeks Eksploitasi Air (WEI+) menunjukkan stress parah di Siprus (113%) dan Malta (29,6%), di mana nilai di atas 40% mengindikasikan kelangkaan serius.

Struktur Dana: Dari Reformasi hingga Proyek Infrastruktur

Dana pemulihan terbagi ke dalam beberapa kategori intervensi:

  • 72,3% untuk konservasi dan pengelolaan sumber daya air (termasuk dam dan cadangan air strategis)
  • 19,6% untuk air minum sesuai efisiensi energi
  • 8,1% untuk pengumpulan dan pengolahan air limbah efisien energi

Setiap negara wajib mengikuti prinsip Do No Significant Harm (DNSH) dan menyertakan reformasi yang berkontribusi pada 37% pengurangan emisi karbon, serta mematuhi standar kualitas air dan konservasi laut.

Studi Kasus 1: Italia dan Jaringan Distribusi Air

Italia mengalokasikan €1,924 miliar untuk memperbaiki kebocoran air, terutama di selatan di mana kerugian air melebihi 50%. Proyek mencakup digitalisasi sistem, kontrol cerdas, dan pembangunan 45.000 km jaringan air baru. Reformasi pendukung mencakup konsolidasi operator air menjadi satu entitas per wilayah guna efisiensi investasi.

Studi Kasus 2: Yunani dan Akses Air Minum

Yunani menjalankan proyek €200 juta untuk meningkatkan kualitas dan ketersediaan air, termasuk pembangunan tiga pabrik desalinasi, telemetri jaringan air, dan pengadaan 10.000 meter air digital. Targetnya adalah menghemat air di 45.000 rumah dan 10.000 bisnis pada akhir 2025.

Studi Kasus 3: Portugal dan Efisiensi di Pulau

Portugal menyasar pulau Madeira dan Porto Santo dengan proyek €82 juta untuk membangun dan memodernisasi jaringan irigasi, membuat 53 km pipa, serta menambah 4 hm³ cadangan air. Proyek ini bertujuan memperkuat ketahanan terhadap perubahan iklim dan meningkatkan efisiensi distribusi.

Studi Kasus 4: Slovenia dan Air Limbah Ramah Iklim

Slovenia membiayai 25 proyek pengolahan air limbah kota berenergi nol dan efisiensi tinggi, senilai €54 juta, khusus untuk wilayah Natura 2000 dan area perlindungan air. Semua proyek harus selesai pada Juni 2026 dan menghasilkan sistem yang sesuai dengan Urban Waste Water Treatment Directive.

Progres Pelaksanaan: Revisi dan Tantangan Lapangan

Hingga Juli 2024, hanya 17% target dan milestone proyek air yang tercapai, dengan reformasi mencapai 41%, sementara investasi baru 11%. Hal ini disebabkan banyak proyek infrastruktur masih dalam tahap desain atau tender.

  • Spanyol dan Italia mendominasi alokasi, menyumbang €10,3 miliar (79,5%)
  • Negara seperti Hungaria dan Bulgaria menurunkan alokasi air akibat inflasi tinggi
  • Hanya Finlandia dan Irlandia yang tidak mengubah rencana awal
  • Rata-rata alokasi air dari NRRP: 2%, tertinggi di Kroasia (3,8%)

Dampak Reformasi: Hasil Nyata di Beberapa Negara

  • Polandia mengadopsi peraturan baru untuk kontrol air limbah pedesaan dan penguatan air pertanian
  • Slovakia menuntaskan reformasi legislasi air, membuka jalan untuk revitalisasi sungai dan proteksi banjir
  • Ceko melampaui rata-rata dengan menyelesaikan 55% investasi, termasuk 900 proyek pengendalian banjir

Analisis Tambahan: Peluang untuk Indonesia dan Global South

Pendekatan yang berbasis pada reformasi dan investasi simultan seperti UE dapat menjadi inspirasi untuk negara berkembang. Indonesia bisa meniru:

  • Penggabungan operator air untuk efisiensi investasi
  • Skema desentralisasi air minum dan sanitasi berbasis komunitas
  • Digitalisasi sistem distribusi untuk mengatasi kebocoran yang mencapai 30–40% di beberapa kota

Namun, keberhasilan Eropa juga bergantung pada dukungan regulasi kuat, tata kelola transparan, dan evaluasi berkala, yang masih menjadi tantangan di banyak negara Global South.

Kesimpulan: Air sebagai Prioritas Strategis Pemulihan Hijau

Laporan ini menunjukkan bahwa air bukan sekadar isu lingkungan, melainkan infrastruktur dasar pemulihan ekonomi dan sosial. Pendekatan UE membuktikan bahwa pengelolaan air yang efisien, adil, dan tahan iklim bisa dicapai melalui kombinasi investasi hijau, reformasi kelembagaan, dan dukungan kebijakan fiskal.

Tantangan terbesar ke depan adalah menjamin eksekusi proyek tepat waktu sebelum tenggat Agustus 2026, serta menutup kesenjangan investasi air yang kini mencapai €25,6 miliar per tahun.

Sumber : D'Alfonso, A. (2024). Sustainable water management in recovery and resilience plans. European Parliamentary Research Service. PE 762.375 – July 2024.