Informasi Mengenai Pertumbuhan E-Money di Indonesia

Dipublikasikan oleh Nurul Aeni Azizah Sari

11 Mei 2024, 00.49

Sumber: Pinterest.com

E-money merupakan salah satu metode pembayaran inovatif yang lahir dari pengaruh perkembangan teknologi yang semakin cepat. Di Indonesia, Bank Indonesia telah mencanangkan Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT). Menurut Agus D.W. Martowardojo dalam sambutannya pada peresmian GNNT, gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, sehingga secara bertahap terbentuk komunitas atau masyarakat yang lebih banyak menggunakan instrumen non tunai.

Industri perbankan dan telekomunikasi berlomba-lomba mengeluarkan produk e-money sebagai bentuk dukungan terhadap rancangan pemerintah tersebut dan hasilnya, e-money berkembang sangat pesat selama lima tahun terakhir. Perbankan telah menjadi fungsi penting dalam kehidupan ekonomi banyak masyarakat progresif yang sering kali menandakan kekuatan ekonomi dan keuangan, serta kemajuan sosial dan budaya.

Kedua penerbit yang berpartisipasi dalam survei ini setuju dengan pernyataan ini. Bank Mandiri, dengan produk e-Money-nya, mencatatkan transaksi uang elektroniknya tumbuh 49,06% secara year on year (yoy) atau mencapai Rp 305,4 triliun. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Bank Mandiri) mencatat, per akhir September 2021, frekuensi transaksi uang elektronik Mandiri e-Money sebanyak 697 juta transaksi. Angka tersebut telah mencatatkan nilai transaksi mencapai lebih dari Rp 11,8 triliun. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dengan produk Brizzi-nya juga mencatat hingga Agustus 2021, transaksi uang elektroniknya tumbuh 223% yoy.

Selain perubahan penggunaan uang elektronik bagi konsumen di masa pandemi COVID-19, menurut penerbit, peningkatan penggunaan uang elektronik di masa pandemi ini dikarenakan banyak e-commerce yang melakukan transformasi produk dan layanan sehingga banyak masyarakat yang beralih ke digital. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan e-money BRIZZI mengalami penurunan karena adanya kebijakan mudik pemerintah pada masa pandemi 2021.

Uang elektronik saat ini semakin tumbuh dan berkembang karena semakin diminati oleh kaum milenial karena kepraktisannya. Setiap tahunnya pengguna uang elektronik mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sebanyak 20 dari 23 responden menyatakan telah menggunakan e-money sejak pemerintah memperkenalkan uang elektronik sebagai alat pembayaran di jalan tol. Setelah wabah Covid-19, penggunaan e-money meningkat karena pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran virus.

Akibatnya, masyarakat harus terbiasa dan mulai beradaptasi dengan kondisi yang mengharuskan mereka untuk berdiam diri di rumah dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mengurangi potensi penularan Covid-19. Kondisi ini menyebabkan munculnya perilaku-perilaku baru yang menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat.

Salah satunya adalah pergeseran dari sistem pembayaran konvensional ke digital. E-money sangat bermanfaat di masa pandemi Covid-19 karena dapat melakukan transaksi apapun tanpa melakukan kontak fisik dengan penjual dan pembeli sehingga dapat meminimalisir penularan melalui transaksi uang secara fisik. Hal ini diperkuat oleh penelitian Gürkaynak dan Yilmaz dimana penggunaan uang elektronik dalam bentuk kartu untuk transaksi keuangan semakin meluas dan meningkat oleh konsumen Indonesia, termasuk untuk berbelanja, membayar tagihan, dan membeli tiket.

Informasi kendala uang elektronik
Melakukan transaksi dengan menggunakan uang elektronik atau e-money memiliki nilai tambah tersendiri. Menggunakan e-money dapat membuat transaksi menjadi lebih mudah, cepat, dan tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar. Namun di sisi lain, tetap saja ada risiko bagi pemakainya. Salah satu risiko yang terkait dengan penggunaan uang elektronik adalah risiko keamanan. Pada dasarnya, aspek keamanan dan kenyamanan menjadi faktor pertimbangan utama bagi para pelaku transaksi. Risiko keamanan

Yang mungkin timbul akibat penggunaan uang digital adalah pencurian dan penggandaan kartu asli.
Masalah keamanan dan infrastruktur menjadi perhatian nasabah. Faktor kehilangan dan sarana infrastruktur yang belum memadai (K1, K2, K5, K8-K12, K18, K20, K23) menjadi alasan mereka. Belum meratanya pembangunan jaringan telekomunikasi di Indonesia mengakibatkan kegagalan transaksi karena sinyal telepon seluler yang tidak stabil. Terutama ketika mereka berada di luar kota. Kegagalan transaksi tersebut berdampak pada berkurang atau tidaknya saldo dalam e-money.

Hilangnya kartu juga menjadi masalah utama yang dihadapi nasabah karena hilangnya kartu secara otomatis akan membuat saldo dalam e-money hangus, atau jika kartu dipindahtangankan ke tangan orang lain untuk kemudian menggunakan dana yang tersisa. Peretasan pada produk e-money juga menjadi kendala bagi nasabah (K3, K4, K6, K13). Banyaknya masyarakat yang menggunakan uang elektronik tentu menjadi target peretasan oleh pelaku kejahatan.

Sementara itu, responden lainnya merasa tidak ada hambatan dalam menggunakan uang elektronik. Hilangkan masalah sinyal dengan memilih beberapa provider, sehingga Anda dapat dengan mudah menggunakan uang elektronik di mana pun Anda berada. Sedangkan untuk pencurian data dan risiko lainnya, kunci utamanya adalah lebih berhati-hati dalam penggunaannya. Jika ada masalah ada bantuan teknis dari penyedia layanan e-money. Selebihnya menikmati peluang yang ditawarkan e-money, dengan semakin banyaknya kerjasama dengan merchant e-commerce seperti Shopee Pay, Ovo, Go-Pay dan mitra Dana yang menawarkan banyak kemudahan dan promosi yang menarik.

Masalah terakhir yang ditemukan dalam penelitian ini adalah masalah sosiokultural, ketika seseorang lebih memilih uang tunai daripada uang elektronik (P1). Uang kertas masih menawarkan beberapa keuntungan unik bagi penggunanya. Faktor keamanan membuat transaksi tunai tetap menjadi pertimbangan utama di kalangan masyarakat.

Pernyataan ini dibenarkan oeh penerbit lain (P2). Hingga saat ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengakses keuangan digital karena ternyata masih banyak masyarakat yang belum memiliki rekening bank, terutama bagi penduduk di daerah pedesaan. Namun, bagi kaum milenial, khususnya responden survei ini, lebih efisien menggunakan e-money. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak juga dari responden yang tetap menggunakan uang tunai sebagai alat pembayaran. Delapan belas responden memilih keduanya (uang tunai dan e-money), empat orang memilih e-money, dan hanya satu orang yang memilih uang tunai.

Dalam hal e-money, persepsi responden sebagai generasi milenial sangat optimis. Persepsi responden terhadap kemudahan penggunaan dan kenyamanan menunjukkan bahwa 100% responden mengatakan bahwa e-money membuat hidup mereka lebih nyaman dan efisien. Selain itu, 100% respondennya mengatakan bahwa e-money mudah digunakan dan diingat. Namun, dalam hal persepsi keamanan, hanya 80% respondennya yang mengatakan bahwa menggunakan uang elektronik itu aman, 10% mengatakan tidak aman, dan 10% mengatakan skeptis.
Informasi tantangan uang elektronik

Persaingan di pasar uang elektronik berbasis aplikasi dan layanan uang elektronik semakin memanas, namun kedua penerbit optimis dapat menguasai pangsa pasar domestik dengan mengandalkan jaringan mereka yang luas. Identifikasi pada sub-bab ini adalah tantangan dari kompetitor dimana terdapat persaingan yang tinggi pada produk sejenis, tantangan literasi masyarakat, dan tantangan loyalitas pengguna dimana terdapat ekspektasi pelanggan untuk mendapatkan layanan e-money yang aman, nyaman, dan dapat diandalkan. Kami menemukan bahwa strategi penawaran promosi dan diskon sangat efektif.

Umpan balik nasabah menunjukkan bahwa sebagian besar nasabah menggunakan e-money untuk mendapatkan promosi dan diskon tertentu. Sebanyak 21 dari 23 responden mengatakan bahwa mereka tertarik dengan kampanye uang elektronik dan akan beralih ke platform uang elektronik lain jika mereka merasa bahwa kampanye tersebut lebih efektif. Selain itu, jika Anda merasa bahwa menggunakan uang elektronik itu mahal, Anda akan berhenti menggunakan uang elektronik dan beralih ke uang elektronik lain tanpa ragu-ragu. Nasabah menyadari beberapa biaya yang terkait dengan uang elektronik, seperti biaya administrasi, berbagai biaya transfer bank, dan biaya isi ulang. Selain meningkatkan promosi dan fitur produk, inovasi lebih lanjut yang dilakukan oleh penerbit adalah dengan memperluas jaringan dealer.

Sebagian besar responden tidak mengalami kesulitan untuk menemukan gerai e-money di sekitar tempat tinggal mereka, namun seperti halnya dalam survei ini, mereka adalah generasi milenial yang tinggal di daerah metropolitan yang memiliki fasilitas lengkap. Hasil yang diperoleh akan berbeda jika melakukan penelitian dengan jenis responden yang berbeda. Transformasi digital teknologi telah berkembang pesat dalam satu dekade terakhir dan prosesnya semakin cepat selama pandemi COVID-19.

Perubahan gaya hidup akibat pandemi akan tetap ada, beberapa akan dijalankan secara hybrid (online dan offline) setelah era pandemi. Dalam satu atau dua dekade ke depan, ekonomi digital akan berkembang lebih luas, semua sektor ekonomi di semua wilayah akan terdigitalisasi. Bisnis yang sudah ada harus mengantisipasi dan beradaptasi jika ingin tetap bertahan dan berkembang. Penjelasan ini diperkuat oleh penelitian Dehghan e-money digunakan sebagai alat pembayaran online dan offline yang modern, aman, dan umum di masa depan sebagai alternatif dari uang konvensional dan kartu kredit.

4. Kesimpulan
E-money merupakan salah satu inovasi alat pembayaran yang muncul dari dampak perkembangan teknologi yang semakin pesat. Industri perbankan dan telekomunikasi berlomba-lomba mengeluarkan produk e-money sebagai bentuk dukungan terhadap rancangan pemerintah dan hasilnya, e-money berkembang sangat pesat selama lima tahun terakhir. Uang elektronik saat ini semakin tumbuh dan berkembang karena semakin diminati oleh kaum milenial karena kepraktisannya.

Setelah wabah Covid-19, penggunaan uang elektronik meningkat karena pemerintah menerapkan kebijakan sosial tetap di rumah (PSBB) secara masif untuk mengekang penyebaran virus. Uang elektronik sangat bermanfaat selama pandemi Covid-19 karena semua transaksi dapat dilakukan tanpa kontak fisik dengan penjual atau pembeli, sehingga meminimalisir penularan transaksi uang fisik.

Selain itu, peningkatan penggunaan uang elektronik selama pandemi disebabkan oleh banyaknya perusahaan e-commerce yang melakukan migrasi produk dan layanan mereka sehingga banyak orang yang beralih ke digital. Namun di sisi lain, risiko tetap ada pada pemakainya.

Salah satu risiko yang muncul dengan penggunaan e-money adalah risiko keamanan seperti pencurian dan penggandaan kartu asli, infrastruktur yang tidak merata, peretasan produk e-money, budaya sosial ketika seseorang lebih memilih uang tunai dari pada uang elektronik. Persaingan yang ketat antar penerbit e-money menyebabkan mereka berlomba-lomba memberikan layanan terbaik bagi nasabahnya. Memperbanyak promo dan diskon penggunaan e-money merupakan strategi yang sangat efektif.

Disadur dari: knepublishing.com